Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Logis Bangkit dari Keterpurukan Terasa Begitu Berat

ilustrasi sulit bangkit dari keterpurukan (pexels.com/Muhamad Lutfi)
ilustrasi sulit bangkit dari keterpurukan (pexels.com/Muhamad Lutfi)

Ada banyak alasan yang membuat orang merasa terpuruk dalam hidupnya. Bisa karena kegagalan, putus cinta, pengkhianatan, penolakan, dan peristiwa lainnya yang membuat tertekan.

Di kondisi demikian, emosi negatif rentan mendominasi apabila kita menyerah pada keadaan. Bahkan seringnya, untuk bergerak maju pun terasa sulit dilakukan lantaran keadaan yang kurang mendukung.

Mengapa bisa demikian? Berikut beberapa alasan logis di balik sulitnya bangkit saat terpuruk.

1. Setiap orang cenderung enggan menerima kondisi terpuruk

ilustrasi murung (pexels.com/Muhamad Lutfi)
ilustrasi murung (pexels.com/Muhamad Lutfi)

Banyak orang yang masih keliru dalam mengartikan keterpurukan. Mereka menganggap bahwa hal tersebut sebagai kenyataan yang buruk. Sehingga banyak yang menyangkal maupun menolak kehadirannya.

Hal itu tak jarang membuat seseorang sulit berdamai dengan keterpurukan. Penolakan terhadap realitas tersebut membuat seseorang terbelenggu dalam waktu yang cukup lama. Imbasnya, kita cenderung merasa susah untuk bangkit.

2. Sering memendam emosi negatif dalam diri

ilustrasi memendam kesedihan (pexels.com/Rizky Sabriansyah)
ilustrasi memendam kesedihan (pexels.com/Rizky Sabriansyah)

Momen terpuruk dalam hidup tentu memberikan kesan yang mendalam. Ada beragam emosi yang dirasakan. Mulai dari kesedihan, kekecewaan, amarah, dan beragam emosi negatif lainnya.

Seringnya banyak orang yang memilih untuk memendam emosi tersebut dengan beragam alasan. Namun ternyata memendamnya hanya akan membuat kita semakin tertekan dengan keadaan yang terjadi. Imbasnya kita menjadi sulit untuk keluar dari belenggu keterpurukan lantaran tak terbuka pada setiap emosi yang dirasakan.

3. Seringnya, keterpurukan saat itu diasumsikan sebagai akhir dari perjalanan

ilustrasi perempuan murung (pexels.com/Ché Anniea)
ilustrasi perempuan murung (pexels.com/Ché Anniea)

Tanpa disadari banyak orang yang masih keliru memaknai momen terpuruk yang dialaminya. Tak jarang, mereka menganggap masa terpuruk tersebut akan berlangsung dengan waktu yang lama. Bahkan ada pula yang berasumsi bahwa kondisi tersebut merupakan kegagalan yang tak lagi ada harapan.

Hal demikian tentu tak bisa dibiarkan. Sebab kita akan sulit bangkit dari belenggu keterpurukan. Pada dasarnya, fase tersebut hanya sementara dan akan segera berganti dengan kebaikan selama kita mampu bertahan dan bersabar.

4. Merasa tidak ada lagi keajaiban yang bisa diharapkan

ilustrasi merasa pesimis (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi merasa pesimis (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Tak bisa dimungkiri bahwa keterpurukan dalam hidup adalah fase yang sulit dijalani. Ada banyak tantangan yang harus dilawan. Salah satunya kita bisa rentan kehilangan harapan.

Keputusasaan mudah sekali dialami pada kondisi tersebut, seolah tak ada lagi jalan yang bisa ditempuh. Imbasnya, kita akan merasa berat untuk keluar dari keterpurukan.

Padahal, kuncinya kita hanya perlu meningkatkan keyakinan dalam diri. Salah satunya dengan cara menaruh harapan hanya kepada sang pemegang kendali.

5. Enggan memberikan kesempatan pada kemungkinan lain yang bisa saja terjadi

ilustrasi merasa sedih (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi merasa sedih (pexels.com/RDNE Stock project)

Saat mengalami keterpurukan biasanya kita cenderung sulit melihat masa depan. Hal itu yang membuat kita tidak terbuka pada kemungkinan lain yang bisa terjadi di langkah berikutnya. Boleh jadi kesulitan yang dilalui hari ini adalah jalan pembuka takdir yang indah.

Keterpurukan merupakan fase yang tak dapat dihindari dalam hidup. Meskipun demikian, fase adalah perubahan secara berurutan dari sebuah proses. Artinya, titik terpuruk itu juga akan berubah, berganti dengan fase yang lainnya. Sehingga, kita perlu menanamkan hal tersebut pada diri sendiri.

Sebab proses untuk bangkit terasa sulit seringnya karena pengaruh internal, maka sudah saatnya memulai lembaran baru untuk kehidupan yang lebih baik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izah Cahya
EditorIzah Cahya
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Doa Katolik agar Banyak Berkah di Tahun 2026, Mohon Berkat Tuhan

15 Des 2025, 10:15 WIBLife