Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Mengapa Kamu Harus Menunda Investasi, Keuangan Belum Siap!

ilustrasi orang berinvestasi (freepik.com/rawpixel.com)

Investasi menjadi cara ampuh untuk membangun kekayaan di masa depan. Pasalnya, dengan berinvestasi, nilai asetmu akan terus bertumbuh. Terlebih jika kamu memanfaatkan instrumen seperti saham, keuntungan yang diperoleh mungkin jauh berlipat-liipat dalam jangka panjang.

Semakin cepat memulai berinvestasi, semakin besar pula potensi return yang kamu raih suatu hari nanti. Namun demikian, ada beberapa kondisi yang mengharuskanmu menunda investasi seperti yang akan dijelaskan berikut. Kalau kamu relate, tahan sebentar sampai sudah lebih siap, ya!

1. Belum menyiapkan dana darurat

ilustrasi menyimpan dana darurat (vecteezy.com/johnstocker)

Sebelum memulai investasi, kamu harus terlebih dahulu memiliki cadangan dana yang bisa digunakan dalam situasi-situasi darurat. Misalnya, kehilangan pekerjaan, sakit, renovasi rumah, dan masih banyak lagi. Tanpa dana darurat, kamu akan kesulitan menghadapi hal-hal tak terduga di masa depan. 

Karena itu, sebaiknya fokuslah dulu menyiapkan dana darurat yang jumlahnya minimal enam kali pengeluaran bulanan. Kalau setiap bulan kamu menghabiskan Rp5 juta, baik untuk kebutuhan primer, sekunder, atau bahkan tersier, maka kamu harus memiliki dana darurat minimal Rp30 juta. Kamu bisa mencicilnya setiap bulan sesuai dengan kemampuan.

Saat tercapai, kamu bisa mulai investasi untuk jangka panjang. Namun, pastikan dana daruratmu dievaluasi berkala. Saat pengeluaranmu meningkat, maka jumlah dana darurat pun harus ditambahkan. Selain itu, hindari menyimpan dana darurat dalam instrumen investasi karena akan sulit dicairkan saat kamu membutuhkannya di kondisi genting.

2. Masih memiliki cicilan

ilustrasi membayar utang (pexels.com/Monstera)

Kondisi keuangan lain yang mengharuskanmu menunda investasi ialah memiliki cicilan. Sebaiknya fokus dulu menyelesaikan cicilan agar jumlahnya tidak semakin besar. Apalagi jika kamu memiliki lebih dari satu cicilan dengan bunga yang sangat tinggi.

Untuk melunasi utang dengan bijak, kamu bisa mencoba strategi debt snow ball. Metode ini menganjurkan untuk membayar utang dengan bunga terendah terlebih dahulu. Apabila cicilan dengan bunga terendah sudah lunas, kamu bisa beralih pada utang dengan bunga yang lebih tinggi. 

Seteleh merdeka dari utang, kamu bisa mulai mencoba investasi. Namun ingat, sebaiknya hindari berutang terutama yang bersifat konsumtif. Ini termasuk penggunaan kartu kredit berlebihan untuk hal-hal di luar kebutuhan primer. Rasio utang yang dianggap sehat adalah 3 persen dari pengeluaran. Jadi, pastikan jangan melebihi rasio atau hindari sama sekali.

3. Belum memahami investasi

ilustrasi investasi (pexels.com/Anna Nekrashevich)

Ada berbagai macam instrumen investasi, mulai dari saham, obligasi, reksa dana, hingga properti. Masing-masing memiliki karakteristik dan tingkat risiko yang berbeda. Sebagai contoh, saham adalah investasi yang high risk high return. Sebaliknya, reksa dana termasuk instrumen yang low risk low return.

Memulai investasi tanpa pemahaman yang dalam terhadap instrumen yang dipilih bisa berisiko. Jika kamu belum memiliki pengetahuan yang cukup, ada baiknya untuk menunda investasi sampai kamu benar-benar memahami risiko dan potensi hasil dari instrumen tersebut. Memilih dengan tergesa bisa menyebabkan kerugian finansial yang besar.

4. Keuangan belum stabil

ilustrasi orang memiliki keuangan terbatas (pexels.com/Karolina Grabowska)

Jika penghasilan atau pengeluaranmu masih fluktuatif dan belum stabil, menunda investasi bisa menjadi pilihan bijak. Kondisi keuangan yang stabil sangatlah penting agar kamu tidak perlu menarik dana dari investasi di saat mendesak. Sebab, nilai investasimu bisa saja sedang anjlok ketika kamu membutuhkannya. Jika ditarik saat itu juga, kamu akan merugi.

Sebaiknya, periksa pola pemasukan dan pengeluaran kamu selama beberapa bulan terakhir. Kalau kamu belum memperoleh pendapatan tetap, maka ada baiknya untuk fokus menstabilkan keuangan terlebih dahulu sebelum memulai investasi.

5. Belum punya tujuan yang jelas

ilustrasi investasi (unsplash.com/Marga Santoso)

Investasi tanpa tujuan yang jelas bisa membuat kamu kurang termotivasi dan cenderung mengambil keputusan yang tidak terarah. Idealnya, investasi dilakukan berdasarkan tujuan finansial yang spesifik, misalnya untuk jalan-jalan, dana pensiun, biaya pendidikan anak, atau membeli rumah.

Tujuan ini akan memandumu memilih instrumen yang tepat beserta  waktu yang dibutuhkan untuk mencapainya. Misalnya, untuk tujuan jangka panjang seperti dana pensiun, kamu bisa memilih saham yang fundamental dan kondisi keuangan perusahaannya baik. Karenanya, tetapkanlah tujuan yang spesifik sebelum mulai berinvestasi.

Menunda investasi bukan berarti melewatkan peluang. Memiliki persiapan yang matang dan kondisi finansial yang sehat sangatlah dianjurkan karena akan membantumu memaksimalkan keuntungan. Karena itu, janganlah terburu-buru dan pastikan kamu siap secara finansial untuk berinvestasi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nadhifa Arnesya
EditorNadhifa Arnesya
Follow Us