5 Alasan Orang yang Gemar Memberi Motivasi Belum Tentu Bahagia

Dalam menjalani kehidupan, kita tentu pernah bertemu dengan tipe orang yang gemar memberikan dukungan maupun motivasi saat kondisi kita sedang tidak baik-baik saja. Bahkan tanpa diminta, mereka kerap menghadirkan afirmasi kepada kita dengan perasaan tulus. Sehingga pada satu titik, kita akan merasa memiliki dorongan untuk bangkit melalui kalimat demi kalimat yang dilontarkannya.
Namun siapa sangka, karakter orang yang gemar memberikan motivasi dan dukungan tidak selamanya mereka berada di kondisi hidup yang bahagia. Di balik senyum dan kalimat-kalimat menyentuh itu, mereka ternyata menyimpan duka. Hal demikian sangat memungkinkan untuk terjadi lantaran alasan seperti berikut.
1. Mereka cenderung menghindari pembahasan mengenai diri sendiri

Orang yang gemar memberikan motivasi dan dukungan cenderung lebih suka mendengarkan. Mereka lebih senang memberikan solusi bagi orang yang membutuhkan. Hingga pada akhirnya, mereka lupa untuk berbicara mengenai kondisi dirinya sendiri.
Hal demikian akan membuat mereka kerap menghindari pembahasan mengenai diri sendiri. Mereka akan terbiasa menjadi pribadi yang membatasi diri dengan lingkungan di sekitar. Seringnya, kondisi tersebut bisa membuat mereka kurang bahagia lantaran tidak bisa bebas mengekspresikan perasaan, pemikiran, serta hal yang dibutuhkan kepada orang lain.
2. Mereka kerap menjadikan pengalaman yang tidak menyenangkan sebagai pelajaran berharga

Orang yang kerap memberikan motivasi dan dukungan pada sekitar belum tentu hidupnya selalu bahagia. Mereka juga layaknya manusia biasa yang mengalami momen suka dan duka.
Mereka berusaha menguatkan dirinya dengan menjadikan pengalaman pahit dalam hidup sebagai pelajaran berharga. Mereka berusaha memaknai hal tersebut dari sudut pandang yang positif.
Dengan begitu, mereka bisa memberikan dukungan dan motivasi bagi sesama. Dengan kata lain, boleh jadi kalimat afirmasi yang mereka coba lontarkan kepada orang lain adalah bentuk dari pengalaman yang pernah dihadapi sebelumnya.
3. Mereka tidak sadar terlalu peduli dengan orang lain sampai abai dengan diri sendiri

Orang yang kerap memberikan dukungan dan motivasi bukan berarti mereka kuat. Bahkan di balik hal tersebut kerap tersimpan kerapuhan dalam diri mereka yang berusaha disembunyikan.
Kerapuhan tersebut bisa bersumber dari tindakannya yang terlalu peduli dengan kondisi orang lain. Hingga pada akhirnya, mereka tidak menyadari bahwa telah mengabaikan hal yang lebih penting, yakni diri sendiri.
Tindakan demikian kerap mendatangkan kekosongan di dalam batin. Maka sudah semestinya setiap orang tidak melupakan kebutuhan diri sendiri dan berusaha untuk mengenal diri sendiri secara lebih dalam.
4. Mereka hanya tidak ingin menunjukkan beban yang dipikul

Orang yang gemar memberi motivasi pada sesama bukan berarti tidak pernah mengalami kesedihan. Bukan berarti pula mereka sosok yang kuat apabila diterpa persoalan hidup yang datang tiada henti.
Orang yang gemar memberi motivasi pada sesama juga sangat memungkinkan menyimpan luka di hati. Namun mereka cenderung berusaha menyembunyikannya lantaran ingin berusaha memberikan upaya positif.
Mereka hanya tidak ingin menunjukkan beban yang dipikul. Mereka hanya berusaha untuk tidak merepotkan siapa pun. Emosi dan tekanan yang diekspresikan kerap membuat batin tersiksa hingga menciptakan kesedihan.
5. Mereka menutup duka itu dengan kalimat afirmasi yang disampaikan kepada orang lain

Terkadang, orang yang terlihat kuat sekalipun belum tentu keadaannya baik-baik saja. Justru realitasnya yang terjadi adalah sebaliknya. Banyak orang yang berusaha menyembunyikan lukanya di balik ketegaran yang berusaha dihadirkan dalam setiap kalimat-kalimat positif yang dilontarkan.
Mereka mencoba menutup setiap duka dengan afirmasi yang disampaikan kepada orang lain. Padahal sebenarnya afirmasi tersebut ditujukan untuk diri sendiri yang juga membutuhkan kekuatan. Setidaknya, mereka akan ikut terhibur dan terbantu dengan cara demikian.
Sejatinya, mencoba menutup luka batin dalam diri boleh saja dilakukan. Namun perlu diingat bahwa setiap orang tidak akan selamanya bisa bertahan dengan lukanya seorang sendiri. Jadi, tidak apa-apa sesekali untuk menyiapkan telinga guna menerima motivasi dan dukungan dari orang lain, tidak melulu mengandalkan mulut yang selalu memberikan afirmasi.