5 Alasan Penolakan di Masa Lalu dapat Memicu Sikap Perfeksionis

Pernahkah kamu di masa lalu menghadapi penolakan? Bahkan menjadi individu yang terkucil dari lingkungan sosial akan suatu kekurangan. Bagi seseorang yang menerima perlakuan tersebut, hal ini menjadi pengalaman buruk tersendiri. Pengalaman tersebut bahkan tidak bisa dilupakan seumur hidup.
Jika kita mencari tahu lebih detail, ternyata penolakan di masa lalu dapat memicu sikap perfeksionis. Seseorang memberikan tekanan dan tuntutan yang berlebihan terhadap diri sendiri. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan. Pernah mengalami penolakan di masa lalu, apa kamu juga bersikap perfeksionis karena alasan berikut?
1. Keinginan untuk mencari validasi

Tidak semua orang memiliki masa lalu yang menyenangkan. Ada kalanya mereka pernah menghadapi penolakan dari lingkungan sekitar. Seolah-olah menjadi individu yang terkucil dan keberadaannya tidak dianggap. Ternyata penolakan di masa lalu memiliki pengaruh tersendiri terhadap standar kesempurnaan.
Pada akhirnya seseorang memiliki sikap perfeksionis di luar batas wajar. Penolakan di masa lalu membuat dirinya meragukan diri sendiri. Sikap perfeksionis dianggap sebagai salah satu wujud untuk mencari validasi. Sekaligus menjadi cara untuk memastikan tidak ada alasan lagi bagi penolakan.
2. Menghindari perlakuan yang sama

Ketika seseorang memiliki sikap perfeksionis, sebenarnya ia memiliki kemampuan untuk meraih pencapaian terbaik. Tapi jika sikap perfeksionis ini di luar batas wajar, justru menjadi bumerang yang membebani diri. Ternyata sikap perfeksionis bisa muncul dari penolakan yang pernah terjadi di masa lalu.
Mengapa seseorang melakukan tindakan demikian? Karena mereka ingin menghindari perlakuan yang sama. Perfeksionisme sering muncul dari keinginan untuk menghindari perasaan ditolak lagi. Dengan menjadi sosok yang sempurna, dia mengeliminasi peluang gagal di kemudian hari.
3. Bentuk kontrol terhadap ketidakpastian

Mungkin kamu pernah menghadapi penolakan di masa lalu karena suatu hal. Ternyata penolakan tersebut membekas bahkan dalam waktu lama. Untuk kemudian memunculkan sikap perfeksionis yang tertanam kuat di dalam diri. Bagaimana mungkin situasi ini bisa terjadi?
Perlu dicatat, jika perfeksionis sebagai bentuk kontrol terhadap ketidakpastian. Penolakan di masa lalu dapat membuat seseorang merasa tidak aman. Dengan bersikap perfeksionis, mereka merasa memiliki kendali lebih besar atas situasi, sehingga dapat meminimalkan risiko kejadian serupa.
4. Harga diri yang tergantung pada prestasi

Apa yang terjadi saat seseorang pernah menghadapi penolakan di masa lalu? Mungkin ia merasa rendah diri akan kemampuan yang dimiliki. Tapi di satu sisi, ternyata penolakan di masa lalu juga dapat menghidupkan kembali sikap perfeksionis.
Hal ini disebabkan oleh harga diri yang bergantung pada prestasi. Orang yang mengalami penolakan mungkin mulai mengaitkan nilai dirinya dengan pencapaian. Perfeksionisme menjadi cara untuk memastikan bahwa mereka terus diakui melalui keberhasilan mereka.
5. Dorongan untuk membuktikan diri

Menghadapi penolakan memang menjadi pengalaman mengecewakan. Tapi sampai kapan kita larut dalam perasaan tersebut? Apalagi sampai menuntut diri dengan beban perfeksionis yang tidak sesuai dengan batas kemampuan.
Tentu ada beberapa alasan mengapa penolakan di masa lalu dapat memicu sikap perfeksionis. Hal ini dilatarbelakangi oleh dorongan untuk membuktikan diri. Penolakan sering kali dianggap sebagai kegagalan. Bagi sebagian orang, hal ini memicu semangat untuk membuktikan bahwa mereka mampu melampaui ekspektasi.
Penolakan di masa lalu tidak akan pernah terlupakan seumur hidup. Seiring berjalannya waktu akan membentuk sikap perfeksionis yang kuat. Seseorang ingin mencari validasi bahwa dirinya tidak sama dengan di masa lalu. Terdapat dorongan untuk membuktikan diri bahwa ia juga memiliki kemampuan terbaik, bahkan lebih dari ekspektasi orang-orang sekitar.