5 Alasan Sikap Toksik Justru Membahayakan Diri, Kapan Berubah?

Jika mendengar kata toksik, apa yang kamu pikirkan? Pasti serangkaian sikap dan perbuatan kurang menyenangkan. Contohnya seperti menjatuhkan orang lain, atau kebiasaan gemar bergosip di belakang. Sikap toksik sudah seharusnya dikendalikan.
Kamu harus tahu jika sikap dan perbuatan toksik justru membahayakan diri. Ibarat kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan terjatuh. Menjadi orang yang gemar mempertahankan sikap toksik, kamu tidak takut dengan lima bahaya di bawah ini? Pertimbangkan dengan matang.
1. Kemungkinan terkecil dari lingkungan masyarakat

Selama ini sifat toksik sering dipandang sebelah mata. Beberapa orang dengan mudahnya mempertahankan kebiasaan kurang baik. Contohnya saja bergosip di belakang, atau membiasakan perilaku bermuka dua.
Sikap toksik tersebut sebenarnya bisa membahayakan diri. Cepat atau lambat akan terkucil dari lingkungan masyarakat. Seolah lingkungan sekitar tidak mau menerima. Perilaku yang terlihat sepele ternyata kurang berkenan di hati orang lain.
2. Sering berkonflik dengan orang-orang sekitar

Pada faktanya banyak orang tidak sadar memelihara sifat toksik dalam diri. Sekarang mungkin dampaknya masih belum terlihat. Tapi bagaimana dengan dampaknya dalam jangka panjang? Ternyata bisa membahayakan diri sendiri.
Seseorang yang memiliki karakter toksik kerap berkonflik dengan orang-orang sekitar. Ada saja tingkahnya yang memancing kemarahan. Baik berupa ucapan maupun perbuatan. Di manapun berada, kehidupannya tidak pernah tenang.
3. Stres dan kecemasan berkelanjutan

Beberapa orang tanpa sadar sering bersikap toksik. Mereka dengan mudahnya berbuat tanpa memikirkan dampak jangka panjang. Jika kamu termasuk orang dengan kebiasaan sedemikian rupa, harus segera sadar memperbaiki diri.
Tentu ada penjelasan logis di baliknya. Sikap toksik justru membahayakan diri karena berkaitan dengan stres dan kecemasan. Seseorang tidak memiliki kestabilan mental yang terjaga. Sebaliknya, dikendalikan oleh rasa takut tanpa alasan yang pasti.
4. Memiliki relasi sosial yang buruk

Kualitas hidup seseorang tidak hanya ditunjukkan dari kestabilan finansial. Sebagai makhluk sosial, juga harus bisa menempatkan diri dengan baik di lingkungan masyarakat. Namun beberapa orang justru mempertahankan karakter toksik dalam diri.
Seolah tidak sadar jika karakter toksik justru membahayakan diri sendiri. Sikap dan kebiasaan kurang baik bisa merusak relasi sosial. Hubungan dengan masyarakat sekitar tidak harmonis. Bahkan sering berselisih paham dengan orang lain.
5. Tidak pernah fokus dengan kehidupan sendiri

Sikap toksik tidak bisa selamanya dianggap wajar. Apalagi mempertahankan perilaku dan kebiasaan tersebut dalam waktu berkelanjutan. Karena yang namanya sifat toksik pasti membahayakan diri. Mengapa bisa dikatakan demikian?
Seseorang dengan karakter toksik tidak pernah fokus dengan kehidupan sendiri. Konsentrasinya sudah terbagi dengan sikap serakah dan kepo terhadap kehidupan orang lain. Padahal dalam kehidupan sendiri masih ada sejumlah urusan yang belum terselesaikan. Akibatnya, kehidupan sendiri justru berakhir terbengkalai.
Tidak dapat dimungkiri jika sikap toksik justru membahayakan diri. Selain relasi sosial yang buruk, kehidupan diri sendiri juga terbengkalai. Semua kembali lagi pada dirimu, apakah masih mempertahankan karakter toksik atau segera memperbaiki diri. Setiap keputusan yang kamu perbuat ada konsekuensinya.