Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan yang Bikin Kamu Baper Maksimal saat Teman Menyadari Sedihmu

pixabay.com/nastya_gepp

Saat kamu terluka, sadar atau gak seluruh gestur tubuhmu juga akan terlihat sedih. Tapi, keinginan untuk gak dianggap lemah, seringkali bikin kamu pura-pura ceria dan ikut tertawa. Namun hati memang gak bisa dibohongi. Meski menyibukkan diri, rasa sedih yang sesekali muncul itu akan tetap membuatmu murung juga, atau bahkan kehilangan fokus.

Bukan gak mungkin ada teman dekat yang menyadari perbedaan sikapmu dan bertanya, "Kamu baik-baik saja?" Lantas pertanyaan ini tiba-tiba bagai palu yang menghantam tembok pertahananmu. Kamu yang berusaha kuat, akhirnya jadi baper maksimal. Tahu kenapa? Simak nih alasannya!

1. Kamu yang tadinya berusaha lupa, jadi ingat sepenuhnya pada rasa luka

unsplash.com/jurica koletic
unsplash.com/jurica koletic

Bersikap seolah gak terjadi apa-apa adalah usahamu untuk melupakan masalah yang ada. Meski bayangan kesedihan itu hadir sesekali, kamu berusaha menepisnya. Tapi apa daya, momen perubahan sikapmu itu disadari teman terdekat.

Maka saat ia menanyakan kondisimu, kamu seolah dipaksa memutar ulang hal yang paling ingin kamu lupakan. Saat teman membujukmu untuk berbagi dilema, kisah pahitmu semakin detail dalam ingatan.

2. Ternyata kesedihanmu dimengerti saat kamu mengira gak ada yang peduli

pixabay.com/splitshire
pixabay.com/splitshire

Adakalanya kamu merasa sendiri di tengah keramaian. Semua orang disekelilingmu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Kamu berpikir kalau masalahmu hanya akan menambah beban mereka.

Wajar ketika saat ada seseorang yang peka dan menanyakan kondisimu, kamu merasa sangat diperhatikan. Namun entah mengapa, bentuk kepedulian itu malah bikin kamu baper maksimal. Kamu bahkan bisa menangis saat membagikan kisah pilumu.

3. Luka yang ingin kamu anggap ringan, harus kamu akui kalau itu berat

unsplash.com/Christian Erfurt

Pada akhirnya kamu gagal menutupi fakta kalau bebanmu memang berat. Sekeras apapun kamu berusaha ceria, hati yang perih itu nyatanya tetap membuatmu terlihat rapuh.

Ketika ada teman yang menyadari hal itu dan bersedia duduk di sampingmu, pertahananmu runtuh. Kamu harus mengakui kalau lukamu gak ringan. Mengapa harus terus memendam? Gak ada yang salah dengan berbagi. Kalau perlu menangis, menangislah. Setelahnya beban berat itu akan lebih ringan. 

4. Kamu menyadari kalau gak ada satupun yang menuntutmu terlihat baik-baik saja

pexels.com/Elijah O'Donnell

Kamu jadi baper maksimal karena sudah sangat lelah terlihat baik-baik saja. Sebenarnya masalahmu sudah cukup berat, kamu gak perlu menambahnya semakin berat dengan pura-pura kuat.

Kehadiran teman adalah untuk saling berbagi. Dia yang paling peka atas perubahanmu pasti sosok yang peduli. Perhatian teman membuatmu berpikir kalau terlihat rapuh itu bukan aib yang harus ditutupi. Buktinya ada teman yang bersedia mendengar keluh kesahmu.

5. Kepedulian teman jadi bom waktu bagimu untuk mengeluarkan segala luka yang terpendam

pexels.com/Mental Health America (MHA)
pexels.com/Mental Health America (MHA)

Semakin lama memendam segala masalahmu sendirian, semakin berat beban yang kamu rasakan. Masalahmu gak bisa sembuh dengan berpura-pura baik. Sikapmu mungkin ceria, tapi hatimu tidak.

Kepekaan teman yang bertanya, "Kamu baik-baik saja?" seolah jadi momen yang tepat bagimu meluapkan kesedihan. Saking banyaknya yang ingin diceritakan, kamu gak tahu harus memulai darimana. Tangismu pun meledak disampingnya.

Sejatinya kamu gak perlu menutupi kesedihan, sebab terluka adalah bagian dari hidup yang dirasakan semua orang. Selama ada teman atau seseorang yang bisa kamu percaya, berbagilah. Jangan ragu. Siapa pun kamu, semoga selalu mampu menemukan semangat hidup, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nita Nurfitria
EditorNita Nurfitria
Follow Us