Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi menulis diary (pexels.com/@karolina-grabowska)

Menulis buku harian atau diary memang memiliki banyak manfaat mulai dari memperkuat daya ingat hingga meredakan stres. Selain itu, dengan menulis diary kita bisa memotret jejak peristiwa yang kita alami dan bagaimana sikap dan pemikiran kita terhadap peristiwa tersebut. Diary juga berfungsi sebagai rekaman jejak masa atau peristiwa yang terjadi di sekitar penulisnya. Jadi, tidak heran jika pada akhirnya beberapa buku diary seperti lima buku ini bernilai sejarah. 

1. Catatan Seorang Demonstran, sebuah diary yang ditulis oleh Soe Hok Gie

Catatan Seorang Demonstran (dok. pribadi/ Silvilla Sani)

Meski golongan mahasiswa saat menuju abad pertengahan dua puluh masih baru, banyak perubahan terjadi karena aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan. Mereka seperti yang kita kenal hari ini sebagai fungsi mahasiswa, yaitu agent of change. Dan Soe Hok Gie, adalah salah satu dari golongan mahasiswa tersebut. Ia merupakan salah satu mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia yang lahir pada tahun 1942.

Dalam buku Catatan Harian Seorang Demonstran, Gie digambarkan Harsja W. Bachtiar  sebagai sosok berperawakan kecil dengan cita-cita yang besar. Ia amat berani melawan ketidaksesuaian yang terjadi di masyarakat terutama lewat tulisan-tulisan yang ia buat.

Buku ini memuat segala bentuk peristiwa serta pandangan pemikiran-pemikiran Soe Hok Gie mulai dari masa remajanya di tahun 1957 hingga 8 Desember 1969 sebelum hari kewafatannya. Setelah terbit, catatan hariannya terus menerus dibaca, utamanya oleh kalangan mahasiswa hingga hari ini. Menjadi pemantik semangat kaum-kaum muda untuk berani membuat perubahan ke arah yang lebih baik.

2. The Diary of a Young Girl, sebuah diary yang ditulis oleh Anne Frank

Editorial Team

Tonton lebih seru di