Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Emotional Intelligence Exercises Anak saat Ramadan, Lebih Sabar

ilustrasi seseorang anak di taman (pexels.com/Аня Кринцер)
ilustrasi seseorang anak di taman (pexels.com/Аня Кринцер)

Selama Ramadan, banyak nilai positif yang bisa diajarkan kepada anak-anak, seperti kesabaran, empati, dan pengendalian diri. Salah satunya adalah dengan melatih kecerdasan emosional atau emotional intelligence (EQ) mereka.

Berikut ini adalah lima latihan emotional intelligence yang bisa kamu terapkan selama Ramadan, agar anak-anak lebih peka dan sabar dalam menjalani puasa dan kehidupan sehari-hari. Yuk, terapkan dari sekarang!

1. Latihan mengenali perasaan

ilustrasi menjelaskan pada anak (pexels.com/Werner Pfenning)
ilustrasi menjelaskan pada anak (pexels.com/Werner Pfenning)

Ajarkan anak untuk lebih mengenal dan menyebutkan perasaan mereka dengan menggunakan berbagai kata. Misalnya, saat mereka merasa lapar atau bosan saat puasa, ajak mereka untuk menyebutkan perasaan yang sedang mereka rasakan, seperti 'Aku merasa lapar,' atau 'Aku merasa kesal.'

Ini membantu mereka untuk lebih peka terhadap perasaan diri sendiri. Dengan mengenali perasaan, anak akan lebih mudah belajar mengelola emosi mereka.

2. Berlatih empati dengan mendengarkan cerita

ilustrasi membaca buku untuk anak (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi membaca buku untuk anak (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Cerita-cerita tentang kebaikan dan kesabaran bisa menjadi sarana untuk melatih empati anak. Kamu bisa membaca cerita-cerita Islami atau dongeng yang mengajarkan nilai-nilai empati. Setelah cerita, ajak anak untuk berdiskusi tentang bagaimana tokoh dalam cerita merasakan sesuatu dan bagaimana mereka menghadapinya.

Tanyakan pada anak, 'Bagaimana kalau kamu di posisi tokoh itu? Apa yang kamu rasakan?'. Latihan ini akan membantu anak mengembangkan kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain.

3. Latihan sabar dengan permainan 'tahan diri'

ilustrasi mengenalkan anak berdoa (pexels.com/Timur Weber)
ilustrasi mengenalkan anak berdoa (pexels.com/Timur Weber)

Selama Ramadan, sabar menjadi salah satu nilai yang sangat penting. Cobalah latihan sabar dengan permainan yang menguji kemampuan anak untuk menunggu, misalnya menunggu giliran untuk berbuka puasa atau menunggu waktu shalat. Buat permainan yang melibatkan waktu, seperti, 'Kita akan berdoa dulu selama 5 menit, lalu baru makan.'

Ini melatih anak untuk lebih sabar dalam menghadapi penantian. Kamu bisa memberikan pujian atau hadiah kecil saat mereka berhasil menahan diri dengan sabar.

4. Menulis jurnal perasaan

ilustrasi seseorang anak menulis jurnal (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi seseorang anak menulis jurnal (pexels.com/cottonbro studio)

Ajak anak untuk menulis jurnal singkat setiap hari, di mana mereka menulis tentang apa yang mereka rasakan selama hari itu. Misalnya, setelah berbuka puasa, tanya mereka, 'Bagaimana perasaanmu hari ini? Apa yang membuat kamu senang atau marah?'

Ini akan membantu anak belajar mengelola perasaan mereka dan merenung tentang bagaimana perasaan mereka berubah sepanjang hari. Dengan latihan ini, anak-anak akan lebih peka terhadap perasaan mereka sendiri.

5. Latihan menghargai orang lain melalui pujian

ilustrasi seseorang anak mengucapkan berterima kasih (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi seseorang anak mengucapkan berterima kasih (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Ajarkan anak untuk mengungkapkan rasa terima kasih atau pujian kepada orang lain, misalnya, 'Terima kasih, Mama, sudah membuatkan sahur,' atau 'Kakak, kamu sangat sabar menunggu waktu buka puasa!'

Dengan latihan ini, anak-anak belajar untuk mengenali dan menghargai usaha orang lain, serta mengungkapkan rasa terima kasih secara terbuka. Ini juga melatih mereka untuk lebih peka terhadap perasaan orang di sekitar mereka.

Melalui latihan-latihan emotional intelligence seperti ini, anak-anak bisa belajar untuk lebih sabar, peka terhadap perasaan, dan lebih bijak dalam mengelola emosi mereka. Ramadan menjadi momen yang tepat untuk mengajarkan nilai-nilai tersebut, sehingga mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih empatik dan matang secara emosional.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Desy Damayanti
EditorDesy Damayanti
Follow Us