Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mahasiswa menyesal (pexels.com/cottonbro studio)

Setelah melalui pasang surut perkuliahan, akhirnya kamu sampai di tahun terakhir. Tentu perasaanmu campur aduk. Ada rasa bangga karena berhasil bertahan sampai sejauh ini sekaligus haru karena perjalananmu segera berakhir. Dengan ini, kamu tinggal selangkah lagi untuk mencapai garis finish.

Namun, tak jarang perasaan menyesal juga menghantui mahasiswa di tahun terakhirnya. Biasanya, ini muncul karena mereka merasa belum memaksimalkan waktu dan kesempatan di perkuliahan dengan baik.

Berikut ini sederet penyesalan terbesar yang biasanya dirasakan mahasiswa tingkat akhir. Apakah kamu relate juga?

1. Gak mengikuti magang

ilustrasi mahasiswa belajar (pexels.com/Armin Rimoldi)

Persaingan di dunia kerja semakin ketat. Karena itu, banyak mahasiswa berlomba-lomba mengisi CV dengan beragam aktivitas dan pencapaian agar dilirik perusahaan impian. Di antaranya bahkan mulai sejak masih jadi mahasiswa baru.

Salah satu kegiatan yang bisa menambah poin plus bagi mahasiswa ialah magang. Ini membantu mereka mempersiapkan diri sebelum terjun ke dunia kerja. Di sini, mereka bisa menambah pengalaman, mengembangkan keterampilan, dan membangun relasi. Semua ini dapat memperbesar peluang mendapatkan kerja setelah lulus.

Idealnya, magang dimulai saat mahasiswa memasuki tahun kedua perkuliahan. Pada tahap ini, mereka sudah memiliki bekal akademik selama satu tahun dan mereka juga punya banyak waktu untuk mengeksplorasi perusahaan yang akan menjadi tempat magang. 

Namun, jika baru dilakukan di tahun terakhir, fokus mahasiswa bisa terbagi, karena harus sambil mengerjakan tugas akhir. Waktunya juga lebih singkat, sehingga mereka gak bisa memaksimalkan potensi saat magang. Karenanya banyak mahasiswa tingkat akhir yang menyesal karena tak mengikuti magang sejak awal. 

2. Gak aktif berorganisasi

ilustrasi mahasiswa belajar (unsplash.com/@kyledevaras)

Selain magang, berorganisasi juga bisa menambah pengalaman kerja. Organisasi menjadi wadah untuk mengembangkan berbagai kemampuan nonteknis (soft skill), seperti bekerja sama, kepemimpinan, dan komunikasi yang sangat diperlukan di dunia kerja.

Ini juga dapat membantumu memperluas relasi. Siapa tahu kamu mendapatkan informasi magang atau lowongan kerja dari sesama teman atau alumni organisasi tersebut. Lebih baik lagi kalau kamu direkomendasikan oleh mereka.

Biasanya, pendaftaran organisasi dibuka untuk mahasiswa baru dan tahun kedua. Karena itu, mahasiswa bisa dibilang terlambat jika baru menyadari pentingnya berorganisasi di tingkat ketiga atau tingkat akhir. Tak jarang banyak yang menyesal karena hal ini.

3. Memegang teguh "IPK bukan segalanya"

ilustrasi sekelompok mahasiswa berinteraksi (pexels.com/Monstera)

Ada juga mahasiswa tingkat akhir yang sejak dulu aktif berorganisasi dan terlibat dalam kepanitiaan di kampus. Dia tampak selalu hadir di setiap acara. Jadwalnya pun sangat padat sejak pagi hingga dini hari. Sebagai anggota organisasi dan panitia acara, dia dikenal sebagai sosok yang dapat diandalkan.

Namun, kesuksesannya ini tak diiringi dengan prestasi akademik yang baik. Banyak tugas yang terbengkalai, dia juga tak mempersiapkan ujian dengan maksimal, dan masih banyak lagi. Selama ini, dia berpegang pada prinsip bahwa IPK bukanlah segalanya, karena pengalaman organisasilah yang akan memperbesar peluang kerja di masa depan.

Kenyataannya, IPK juga menjadi salah satu syarat penting dalam melamar pekerjaan. Hal ini kerap menjadi penghalang bagi para fresh graduate, terutama jika nilai mereka tidak memenuhi syarat minimal. Kalau kamu kurang serius mempersiapkan akademik di tahun-tahun sebelumnya, maka kejarlah nilai semaksimal mungkin di tahun terakhirmu.

4. Terlalu ambisius dan hanya fokus belajar

ilustrasi mahasiswa belajar (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Membangun prestasi akademik dan mengikuti organisasi tentu ada baiknya. Ini bisa memberikanmu poin plus di mata para recruiter. Apalagi kalau kamu juga sering menjuarai berbagai perlombaan, baik di tingkat kampus maupun internasional. 

Namun, terlalu ambisius juga punya sisi negatif yang tak banyak disadari. Kamu jadi kurang menikmati masa perkuliahan karena terlalu fokus belajar dan berorganisasi. Akan lebih baik kalau kamu bisa menyeimbangkan dunia perkuliahan dan kehidupan pribadi, supaya kamu memiliki kenangan indah untuk dikenang di masa depan. 

5. Gak mencari tahu tentang skripsi lebih awal

ilustrasi mahasiswa melakukan riset (pexels.com/Pixabay)

Tugas akhir menjadi momok bagi kebanyakan mahasiswa. Karenanya, banyak yang menghindari topik ini dan juga enggan mencari informasi lebih awal. Mereka lebih memilih untuk memikirkannya saat memasuki tahun terakhir.

Padahal jika dipersiapkan lebih awal, mereka bisa menentukan bidang penelitian untuk skripsi dengan lebih tepat dan memilih dosen pembimbing yang sesuai dengan bidang tersebut. Dengan waktu yang lebih panjang, mereka bisa mempertimbangkan setiap pro dan kontra secara menyeluruh, sehingga keputusan bisa diambil tanpa tergesa-gesa.

Masa-masa kuliah adalah waktu yang tidak bisa diulang, dan setiap keputusan yang kamu buat akan memengaruhi masa depanmu. Oleh karena itu, mulailah menggunakan waktumu dengan lebih bijak dan kejar hal-hal yang belum sempat kamu lakukan sesuai kemampuanmu. Kerahkan upaya terbaik untuk masa depan agar gak dihantui penyesalan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team