Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Peralatan Pembersih yang Justru Lebih Kotor dari Lantai Rumahmu

ilustrasi seseorang membersihkan rumah
ilustrasi seseorang membersihkan rumah (pexels.com/Helena Lopes)

Kebiasaan kita membersihkan rumah seringkali fokus ke lantai, meja, atau kamar mandi. Wajar, karena itu bagian yang kelihatan. Ironisnya, alat yang kita pakai untuk membersihkan itulah yang sering jadi tempat berkumpulnya kuman, jamur, dan kotoran paling pekat. Tanpa perawatan yang benar, spons, kain lap, kepala pel, dan sikat bisa berubah jadi sumber penyebaran kuman yang lebih 'jahat' daripada debu di lantai. Jadi sebelum menyalahkan lantai yang selalu kotor, ada baiknya cek dulu alat-alat yang kamu pakai setiap hari.

Mengetahui mana alat yang rentan kotor bukan tujuan untuk bikin takut, melainkan biar kamu bisa menjaga kebersihan secara lebih cerdas. Berikut lima peralatan pembersih yang harus kamu curigai, plus alasan kenapa mereka cepat kotor dan cara mudah merawatnya agar gak jadi sumber masalah. Baca sampai habis, praktikkan tipsnya, dan rumahmu akan lebih bersih bukan cuma tampak bersih.

1. Spons cuci piring, sarang mikroba tersembunyi

ilustrasi spons
ilustrasi spons (pexels.com/cottonbro studio)

Spons cuci piring sering dipakai berkali-kali dalam sehari untuk membersihkan piring, wajan, dan permukaan yang berminyak. Karena selalu lembap dan kerap kontak dengan sisa makanan, spons jadi lingkungan ideal bagi bakteri seperti E. coli dan Salmonella untuk berkembang biak. Bahkan, penelitian sederhana menunjukkan spons dapur bisa mengandung lebih banyak bakteri per cm² dibanding dudukan toilet, bukan mitos lagi. Kalau kamu cuma membilas spons dengan air saja, sebagian besar kuman akan tetap tinggal dan menumpuk seiring waktu.

Solusinya: ganti spons setiap 1–2 minggu untuk rumah tangga aktif, atau desinfeksi rutin (mis. rendam di larutan pemutih encer 1:49 selama 1 menit dan bilas) jika ingin menunda penggantian. Alternatif yang lebih higienis adalah spons berbahan nilon yang mudah dikeringkan, atau gunakan sikat piring untuk permukaan berminyak lalu spons hanya untuk sisa ringan. Jangan biarkan spons terendam di air sabun; letakkan di rak terbuka agar cepat kering antara pemakaian.

2. Kain lap/microfiber yang gak pernah diganti, penyebar noda dan bau

ilustrasi lap microfiber
ilustrasi lap microfiber (pexels.com/Liliana Drew)

Kain lap microfiber cepat menyerap kotoran dan minyak sehingga efektif membersihkan, tapi itu pula yang membuatnya jadi jebakan bagi bakteri dan jamur bila dibiarkan lembap. Banyak orang memakai satu kain untuk seluruh rumah, dapur, meja makan, hingga toilet, tanpa mencuci ulang, sehingga kuman berpindah dari satu permukaan ke permukaan lain. Bau apek yang muncul setelah beberapa hari pemakaian menandakan pertumbuhan mikroba. Mengelap dengan kain kotor hanya menyebarkan kotoran, bukan mengangkatnya.

Aturan aman: pisahkan kain untuk area berbeda (dapur, kamar mandi, debu umum) dan cuci setelah satu hari pemakaian intens. Cuci microfiber dengan air panas dan deterjen tanpa pelembut kain (pelembut menutup serat dan mengurangi daya serap). Keringkan penuh, jemur di bawah matahari jika bisa, karena sinar matahari membantu menekan jamur. Simpan kain kering di tempat berventilasi, bukan di wadah tertutup.

3. Kepala pel (mop) yang basah terus-menerus, incubator jamur

ilustrasi pel lantai
ilustrasi pel lantai (freepik.com/freepik)

Kepala pe , terutama yang berbahan kain atau microfiber,  sering dibiarkan dalam ember berisi air sabun atau tergantung lembap setelah digunakan. Kondisi lembap + sisa kotoran organik = habitat sempurna bagi jamur dan bakteri untuk tumbuh. Saat dipakai lagi, kepala pel yang kotor justru menyebarkan mikroorganisme ini ke seluruh lantai, membuat hanya 'memindahkan' kotoran daripada membersihkan. Bau busuk pada kepala pel adalah tanda jelas bahwa sudah waktunya tindakan. Banyak orang gak menyadari bahwa pel yang kotor bisa membuat lantai terasa 'bersih' tapi tetap bau atau lengket.

Perawatannya sederhana: bilas kepala pel sampai bersih setelah tiap pemakaian, peras hingga hampir kering, dan jemur sampai benar-benar kering sebelum disimpan. Ganti kepala pel setiap beberapa bulan atau lebih cepat jika sering dipakai di area lembap. Alternatif aman: gunakan pel sekali pakai untuk area sangat kotor atau gunakan pel dengan kepala yang bisa dicuci di mesin cuci. Jangan biarkan ember berisi air kotor semalaman, buang, bilas, dan keringkan ember juga.

4. Sikat toilet, lokasi ideal untuk bakteri 'keras kepala'

ilustrasi sikat toilet
ilustrasi sikat toilet (freepik.com/pvproductions)

Sikat toilet langsung kontak dengan kotoran dan air yang penuh bakteri; wajar kalau ia jadi salah satu alat paling kotor di rumah. Yang memperparah: sering disimpan di wadah tertutup yang menahan kelembapan dan percikan air, sehingga bakteri bertahan lama dan bahkan berkembang. Ketika sikat dipakai lagi, tetesan air atau partikel menempel ke permukaan lain jika gak hati-hati. Banyak orang juga jarang membersihkan wadah sikat, sehingga wadah itu sendiri menjadi koloni mikroba tersendiri.

Untuk mengurangi risiko: setelah menyikat, bilas sikat di air bersih dan semprot atau rendam sebentar di desinfektan (mis. larutan pemutih encer) lalu letakkan di tempat terbuka untuk kering. Bersihkan wadah sikat secara berkala dan ganti sikat toilet setiap 6–12 bulan atau segera jika bulu sikat mulai rusak. Pertimbangkan sikat toilet dengan kepala yang bisa diganti untuk mengurangi limbah dan mempermudah pergantian. Simpan wadah di lokasi yang mudah dikeringkan, bukan di sudut lembap.

5. Sikat & roller vacuum (alat penyedot debu), tempat terkumpulnya debu, tungau, dan bakteri

ilustrasi vacuum cleaner
ilustrasi vacuum cleaner (pexels.com/La Miko)

Kepala sikat, roller, dan tabung penampung debu pada vacuum cleaner bekerja mengumpulkan debu, rambut, kulit mati, dan partikel lainnya, tapi kalau gak rutin dikosongkan dan dibersihkan, semua itu jadi gudang mikroba. Filter yang kotor dan roller yang penuh rambut juga menurunkan efisiensi mesin dan menyebarkan partikel halus kembali ke udara saat vacuum dijalankan. Banyak orang menunda mengosongkan kantong atau tabung sampai penuh, padahal sebaiknya dikosongkan setiap kali dipakai di area berdebu atau berbulu hewan. Selain itu, filter HEPA perlu dibersihkan atau diganti sesuai rekomendasi pabrikan.

Ritual perawatan: kosongkan wadah debu di luar rumah agar partikel gak beterbangan ke dalam, bersihkan roller dari rambut setelah setiap sesi, dan cuci filter pra (jika bisa dicuci) secara berkala. Ganti filter HEPA sesuai interval pabrikan; kalau menggunakan kantong sekali pakai, ganti sebelum penuh. Lakukan servis ringan setahun sekali (cek motor, seal, dan rollernya) supaya vacuum tetap bekerja optimal. Dengan perawatan baik, vacuum jadi alat yang benar-benar membersihkan udara dan permukaan, bukan sebaliknya.

Membersihkan rumah tanpa merawat alat pembersih sama saja dengan membersihkan dengan tangan yang kotor ,  hasilnya gak maksimal dan malah berisiko menyebarkan kuman. Spons, kain lap, kepala pel, sikat toilet, dan bagian vacuum adalah 'pelabuhan' bagi bakteri, jamur, dan debu jika dibiarkan lembap dan kotor. Kabar baiknya, langkah pencegahan yang efektif amat sederhana: keringkan, cuci, desinfeksi, dan ganti secara berkala.

Mulai sekarang, buat jadwal perawatan alat pembersih: misalnya cuci kain & kepala pel seminggu sekali, desinfeksi spons tiap minggu, dan kosongkan wadah vacuum setiap pemakaian intens. Investasi kecil, seperti rak pengering, gantungan, atau sikat cadangan, bisa membuat perbedaan besar. Dengan alat yang terawat, rumahmu bukan cuma tampak bersih, tapi benar-benar bersih dan sehat. Mau aku bikin checklist perawatan alat pembersih yang bisa kamu print dan tempel di dapur?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ken Ameera
EditorKen Ameera
Follow Us

Latest in Life

See More

[QUIZ] Dari Tanggal Lahirmu, Kami Tebak Tempat Kamu akan Bertemu Jodohmu

29 Des 2025, 13:50 WIBLife