5 Tanda Hoarding Disorder, Kebiasaan Sulit Membuang Barang

Punya kebiasaan yang suka menimbun barang atau sering dikenal dengan istilah hoarding disorder adalah kondisi psikologis yang berpengaruh besar terhadap kehidupan sehari-hari seseorang. Kebiasaan ini gak sekadar menyimpan barang, hoarding disorder cenderung lebih menyukai untuk mengumpulkan barang secara berlebihan meskipun barang tersebut sudah gak bernilai. Kebiasaan ini sangat mengganggu karena lingkungan tempat tinggal nya pasti dipenuhi dengan barang yang gak terpakai.
Orang yang mengalami hoarding disorder pasti sering kesulitan membuang barang tersebut, meskipun sebenarnya paham bahwa mereka sudah gak diperlukan lagi. Terkadang, orang dengan hoarding disorder merasa semua barang tersebut punya makna penting yang akan berguna di masa depan, meskipun faktanya hanya menambah beban hidup. Berikut beberapa tanda hoarding disorder yang patut kamu ketahui!
1. Senang mengumpulkan barang secara berlebihan

Salah satu ciri utama dari hoarding disorder adalah punya kebiasaan mengumpulkan barang yang sudah diperlukan bahkan gak berguna. Mereka juga sering merasa cemas atau takut kehilangan sesuatu yang menurut nya bisa digunakan di masa depan, meskipun barang tersebut sudah gak berfungsi lagi.
Misalnya, kamu suka menimbun pakaian lama, beberapa benda elektronik yang sudah rusak bahkan gak jarang orang yang mengidap hoarding disorder sangat suka mengumpulkan sampah. Takut kehilangan barang membuat mereka perlu untuk mempertahankan barang tersebut, meskipun tahu bahwa itu hanya memenuhi ruang di rumah.
2. Kesulitan membuang barang yang gak bernilai

Orang dengan hoarding disorder merasa kesulitan membuang barang, bahkan dengan barang yang sudah gak bernilai atau fungsi sekalipun. Setiap benda, yang tampak nya sepele bagi orang lain, bisa memiliki arti atau lebih bagi mereka yang punya gangguan ini.
Proses membuang atau menghapus barang bisa membuat mereka merasa cemas atau rasa bersalah yang luar biasa. Mereka punya pikiran suatu saat akan membutuhkan benda tersebut, padahal hanya menambah beban hidup yang seharusnya bisa dikurangi.
3. Punya rumah yang terlihat berantakan

Salah satu tanda paling nyata dari hoarding disorder adalah kondisi rumah penuh dengan barang yang gak dibutuhkan. Rumah mereka terlihat berantakan dengan tumpukan barang di beberapa sudut bahkan gak ada jalan untuk keluar karena terhalang oleh barang tersebut.
Akibatnya, ruangan menjadi kurang nyaman dan kebersihan tidak terjaga. Selain itu bisa mempengaruhi keselamatan dan kesehatan bagi dirinya sendiri. Tapi, mereka tetap saja kesulitan untuk menata atau membersihkan ruangan, karena perasaan sudah terikat pada barang tersebut.
4. Kehidupan sosial dan pekerjaan terganggu

Hoarding disorder gak hanya memberikan dampak pada kebersihan rumah, tapi berpengaruh juga pada kehidupan sosial dan pekerjaan. Mereka bisa saja merasa malu dengan kondisi rumah yang penuh dengan timbunan barang, sehingga menghindari menerima tamu atau acara sosial.
Hal ini menyebabkan mereka terisolasi dari lingkungan sosial. Selain itu, gangguan ini bisa mengganggu kinerja karena kecemasan dan stres akibat dari kebiasaan menimbun barang. Sehingga, bisa mengalihkan perhatian dan energi yang seharusnya bisa digunakan untuk fokus bekerja atau kegiatan positif lainnya.
5. Kecemasan saat ingin membuang barang

Mereka merasa cemas atau stres saat mau berusaha untuk membuang atau mengurangi jumlah barang yang dimiliki. Bahkan proses memulai pembersihan tersebut bisa membuat mereka merasa takut. Terkadang, kecemasan ini sangat berlebihan, seolah-olah membuang barang berarti kehilangan jati diri atau masa depan.
Perasaan cemas ini yang membuat mereka terjebak untuk terus menimbun barang secara berulang karena merasa ada ikatan dengan barang-barang tersebut. Meskipun sebenarnya mereka tahu bahwa hal itu hanya menambah kekacauan dalam hidup.
Hoarding disorder bukan kebiasaan yang wajar, tapi gangguan psikologis yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang. Jika mulai merasakan tanda hoarding disorder, segera akui sebagai langkah awal kamu bisa memperbaiki kebiasaan ini. Tak perlu malu agar hidupmu bisa melangkah lebih baik ke depannya, ya!