Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tantangan saat Berusaha Meminimalisir Ekspektasi, Hindari Kecewa!

ilustrasi meminimalisir ekspektasi (pexels.com/William Choquette)
ilustrasi meminimalisir ekspektasi (pexels.com/William Choquette)

Berekspektasi akan suatu hal sebenarnya tidak salah. Kamu berhak memiliki suatu gambaran. Tapi ada catatan penting yang harus diingat, ekspektasi tidak selalu sesuai dengan realita.

Tapi meminimalisir ekspektasi juga tidak segampang kelihatannya. Ada hal-hal tak terduga yang sering terjadi saat kamu berusaha menekan ekspektasi tersebut. Apa saja itu? Berikut lima tantangan saat kamu berusaha untuk meminimalisir ekspektasi.

1. Orang-orang sekitar menuntutmu secara berlebihan

ilustrasi meminimalisir ekspektasi (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi meminimalisir ekspektasi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Orang-orang sekitar tentu memegang peranan penting terhadap kesuksesanmu. Mereka memberi dukungan agar kamu selalu semangat. Tapi di sisi lain, tidak jarang orang-orang sekitar justru menuntutmu secara berlebihan.

Hal inilah yang menjadi tantangan saat kamu berusaha meminimalisir ekspektasi. Kamu sudah bersiap-siap akan hasil yang tidak sesuai harapan. Tapi orang-orang sekitar menuntutmu dan mengharuskan semuanya tercapai secara maksimal.

2. Selalu ada hal-hal kecil yang membuatmu kembali melambungkan ekspektasi tersebut

ilustrasi meminimalisir ekspektasi (pexels.com/Anastasia Shuraeva)
ilustrasi meminimalisir ekspektasi (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Dikendalikan ekspektasi tentu tidak nyaman. Kamu memiliki gambaran semuanya tercapai sesuai yang diharapkan. Di sisi lain, realita kadang tidak sejalan. Bahkan membuatmu kecewa karena realita sangat bertentangan.

Berusaha meminimalisir ekspektasi, tentu saja ada tantangan yang muncul. Terkadang hal-hal kecil yang terlihat sepele justru kembali melambungkan ekspektasi tersebut. Bahkan hal-hal yang terlihat sepele seringkali mengubah jalan pikiranmu.

3. Keraguan dari diri sendiri

ilustrasi meminimalisir ekspektasi (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi meminimalisir ekspektasi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Berekspektasi semuanya berjalan sesuai yang diharapkan boleh-boleh saja. Tapi alangkah baiknya ekspektasi itu juga dikontrol. Ini untuk meminimalisir kekecewaan ketika kamu mendapati realita yang tidak sesuai harapan.

Tapi meminimalisir ekspektasi juga butuh perjuangan. Tidak jarang keraguan dari diri sendiri muncul. Kamu sudah berencana meletakkan ekspektasi serendah mungkin. Tapi dirimu ragu jika ekspektasi yang terlalu rendah justru membuatmu bermalasan.

4. Tidak jarang kamu susah menekan ekspektasi karena sikap perfeksionis

ilustrasi meminimalisir ekspektasi (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi meminimalisir ekspektasi (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Sikap perfeksionis ibarat pisau bermata dua. Bisa membawa dampak positif dan negatif. Mungkin kamu bisa menjadikan sisi perfeksionis sebagai motivasi. Tapi tidak jarang membuatmu susah mengendalikan ekspektasi.

Saat kamu ingin meminimalisir perkiraan, tuntutan sempurna dari dalam diri sendiri justru tidak bisa dikendalikan. Kamu mengharuskan diri sendiri meraih pencapaian terbaik. Meskipun sebenarnya tahu jika hal itu mustahil untuk diraih.

5. Ambisimu terlalu menggebu-gebu

ilustrasi meminimalisir ekspektasi (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi meminimalisir ekspektasi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Keberadaan ambisi bisa bikin kamu semangat dan termotivasi. Namun demikian, beberapa orang justru hidupnya dikendalikan oleh ambisi. Mereka memiliki keinginan yang menggebu-gebu sehingga ekspektasi melambung tinggi.

Sudah tentu ini menjadi tantangan saat kamu berusaha meminimalisir ekspektasi. Ambisi yang terlalu menggebu-gebu membuatmu susah menurunkan standar. Kamu mengharuskan ambisi tersebut tercapai sesuai yang dikehendaki.

Ekspektasi memang harus dikontrol. Tapi mengendalikannya bukan berarti tanpa hambatan. Tidak jarang beragam tantangan muncul saat kamu berusaha meminimalisir ekspektasi. Tapi apapun itu, jangan sampai kamu tenggelam dalam ekspektasi yang terlalu tinggi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Rohmatusyarifah
EditorDwi Rohmatusyarifah
Follow Us