Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Mengatur Ekspektasi agar Gak Mudah Kecewa pada Orang Lain

ilustrasi mengatur ekspektasi
ilustrasi mengatur ekspektasi (freepik.com/freepik)

Kadang, rasa kecewa datang bukan karena orang lain jahat, tapi karena kita berharap terlalu banyak tanpa sadar. Kita ingin dimengerti tanpa perlu menjelaskan, ingin diprioritaskan tanpa diminta, dan ingin diperlakukan sama seperti cara kita memperlakukan mereka. Padahal, setiap orang punya cara, kapasitas, dan pandangannya sendiri dalam menjalin hubungan. Mengatur ekspektasi bukan berarti kamu harus berhenti peduli, tapi belajar untuk menyeimbangkan antara memberi dan menerima dengan lebih realistis.

Supaya kamu bisa menjalani hubungan dengan hati yang lebih tenang dan gak mudah terluka oleh hal-hal kecil, berikut lima tips mengatur ekspektasi pada orang lain tanpa kehilangan rasa percaya dan kehangatanmu.

1. Sadari bahwa setiap orang punya kapasitas berbeda

ilustrasi menerima kenyataan (freepik.com/freepik)
ilustrasi menerima kenyataan (freepik.com/freepik)

Langkah pertama dalam mengatur ekspektasi adalah memahami bahwa setiap orang punya kapasitas yang gak sama. Ada yang bisa cepat merespons pesan, tapi ada juga yang sibuk dan baru sempat membalas berjam-jam kemudian. Ada yang bisa mendengarkan keluh kesahmu dengan sabar, tapi ada pula yang gak tahu cara menunjukkan empatinya. Semua itu bukan berarti mereka gak peduli—hanya saja kemampuan mereka mengekspresikan perhatian berbeda.

Ketika kamu menyadari hal ini, kamu akan lebih mudah menerima bahwa kehadiran seseorang gak harus selalu dalam bentuk yang kamu harapkan. Kadang, orang menunjukkan kasih sayang lewat tindakan kecil yang mungkin gak kamu sadari, seperti membantu tanpa diminta atau sekadar memastikan kamu baik-baik saja. Belajar mengenali bentuk perhatian mereka bisa bikin hatimu lebih tenang dan lapang.

Daripada memaksa orang lain memenuhi ekspektasimu, lebih baik belajar untuk melihat mereka apa adanya. Hubungan yang sehat bukan tentang siapa yang paling memberi, tapi tentang saling menyesuaikan dan memahami batas masing-masing.

2. Berkomunikasilah dengan jujur dan terbuka

ilustrasi ajak komunikasi (freepik.com/freepik)
ilustrasi ajak komunikasi (freepik.com/freepik)

Banyak kekecewaan muncul bukan karena orang lain sengaja menyakiti, tapi karena kamu gak pernah benar-benar menyampaikan apa yang kamu rasakan. Kadang kita berharap orang lain bisa membaca pikiran kita—padahal, gak ada yang punya kemampuan seperti itu. Komunikasi yang terbuka bisa membantu orang lain memahami batas, kebutuhan, dan perasaanmu dengan lebih jelas.

Kamu gak harus selalu bicara dengan nada serius atau penuh drama. Cukup sampaikan perasaanmu dengan tenang dan jujur. Misalnya, “Aku sebenarnya sedih waktu kamu gak datang kemarin, karena aku berharap bisa bareng kamu.” Kalimat sederhana seperti ini bisa membuka ruang diskusi tanpa membuat suasana jadi tegang.

Dengan berbicara jujur, kamu juga membantu orang lain untuk menyesuaikan diri dan memahami kamu lebih baik. Ingat, hubungan yang sehat tumbuh dari komunikasi dua arah, bukan dari asumsi sepihak.

3. Jangan mengharapkan perlakuan yang sama dari semua orang

ilustrasi jangan mengharapkan perlakuan yang sama
ilustrasi jangan mengharapkan perlakuan yang sama (freepik.com/freepik)

Salah satu kesalahan umum dalam hubungan adalah berpikir bahwa setiap orang akan memperlakukan kita seperti cara kita memperlakukan mereka. Padahal, setiap orang punya latar belakang, gaya cinta, dan cara menunjukkan kasih yang berbeda. Ada yang ekspresif lewat kata-kata, ada yang lebih nyaman lewat tindakan, dan ada juga yang menunjukkan kepedulian dengan memberi ruang.

Saat kamu menyadari bahwa orang lain bisa mencintai atau peduli dengan caranya sendiri, kamu akan lebih mudah menghargai hubungan tanpa merasa kurang. Kamu gak akan lagi menilai hubungan dari ukuranmu sendiri, tapi dari niat dan upaya yang orang itu tunjukkan.

Belajar menerima perbedaan ini juga bisa membuatmu lebih bijak. Kamu gak akan mudah kecewa hanya karena seseorang gak mengekspresikan perasaan dengan cara yang kamu harapkan. Karena pada akhirnya, cinta dan perhatian punya banyak bentuk—dan semuanya tetap berharga jika datang dari ketulusan.

4. Fokus pada hal-hal yang bisa kamu kendalikan

ilustrasi refleksi sebelum merespons (freepik.com/rawpixel.com)
ilustrasi refleksi sebelum merespons (freepik.com/rawpixel.com)

Salah satu cara terbaik untuk menghindari rasa kecewa berlebihan adalah dengan fokus pada hal yang benar-benar bisa kamu kendalikan—yakni dirimu sendiri. Kamu gak bisa memaksa orang lain untuk berubah, lebih perhatian, atau selalu ada setiap saat. Tapi kamu bisa mengatur bagaimana kamu bereaksi, seberapa besar ekspektasimu, dan seberapa banyak energi yang ingin kamu keluarkan dalam hubungan itu.

Dengan mengalihkan fokus ke dirimu, kamu akan lebih tenang dalam menghadapi dinamika hubungan. Kamu bisa belajar mengenali kapan harus memberi, kapan perlu mundur, dan kapan cukup bersyukur dengan yang ada. Kadang, menurunkan ekspektasi bukan berarti menyerah, tapi memilih untuk menjaga ketenangan hatimu sendiri.

Selain itu, dengan fokus pada hal yang bisa kamu kendalikan, kamu akan lebih sadar bahwa kebahagiaanmu gak sepenuhnya bergantung pada orang lain. Itu tumbuh dari keseimbangan antara memahami diri sendiri dan menerima kenyataan bahwa gak semua hal berjalan sesuai keinginan.

5. Belajar melepaskan tanpa menyalahkan

ilustrasi refleksi diri (freepik.com/freepik)
ilustrasi refleksi diri (freepik.com/freepik)

Melepaskan ekspektasi bukan berarti kamu harus berhenti berharap sepenuhnya, tapi belajar menerima bahwa gak semua hal akan berjalan sesuai rencana. Kadang, orang yang kamu anggap akan selalu ada bisa pergi tiba-tiba, atau situasi yang kamu harapkan sempurna malah berakhir mengecewakan. Itu bagian dari hidup yang harus kamu terima dengan lapang.

Daripada terus menyalahkan orang lain atau keadaan, lebih baik gunakan momen itu untuk refleksi diri. Apa yang bisa kamu pelajari? Apa yang bisa kamu ubah agar ke depannya lebih bijak dalam berharap? Dengan pola pikir seperti ini, kamu akan tumbuh jadi pribadi yang lebih kuat, bukan lebih pahit.

Melepaskan ekspektasi juga berarti memberi ruang bagi hal-hal baru untuk datang. Ketika kamu berhenti menggenggam sesuatu terlalu erat, kamu justru memberi kesempatan pada hidup untuk menghadirkan hal-hal yang lebih baik dan lebih tulus.

Mengatur ekspektasi bukan tentang menjadi dingin atau acuh, tapi tentang menjaga hatimu tetap sehat di tengah hubungan yang dinamis. Kamu masih bisa peduli tanpa kehilangan batas, masih bisa berharap tanpa harus terjebak dalam kekecewaan. Karena pada akhirnya, hubungan yang baik bukan tentang menuntut kesempurnaan, tapi tentang saling memahami dan tumbuh bersama. Jadi, pelan-pelanlah belajar untuk menyeimbangkan antara memberi dengan menerima dan biarkan hatimu beristirahat dari ekspektasi yang terlalu tinggi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kirana Mulya
EditorKirana Mulya
Follow Us

Latest in Life

See More

7 OOTD Girly ala Nadhifa Salsabila, Chic Abis!

19 Okt 2025, 17:03 WIBLife