Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Hal tentang Kebijaksanaan, Bisa Terbentuk dari Kepahitan Hidup

ilustrasi seorang pria
ilustrasi seorang pria (pexels.com/ELIOMAR REIS)
Intinya sih...
  • Usia bukan penentu kebijaksanaan
  • Bijak juga tahu kapan diam
  • Kebijaksanaan terlihat dari perilaku, bukan hanya ucapan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Apa yang dirasakan olehmu saat berdekatan atau berbicara dengan orang yang bijaksana? Kebijaksanaannya mungkin membuatmu tenang. Terutama ketika dirimu menghadapi berbagai masalah yang cukup berat.

Keberadaan orang bijak dapat sangat membantumu untuk menyelesaikannya. Namun, tidak semua orang yang terlihat arif di matamu benar-benar demikian. Begitu pula orang yang selama ini diremehkan olehmu boleh jadi memiliki watak bijaksana.

Kamu bisa membedakan mana orang yang bijak sungguhan dengan sekadar pencitraan dari enam poin di bawah ini. Siapa pun bisa lebih bijak asal mau melatih diri.

1. Bukan tentang usia tua

ilustrasi berpikir
ilustrasi berpikir (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Orang yang bijaksana sering kali dihubungkan dengan umur. Buktinya, orang yang lebih tua lebih didengarkan. Sementara orang yang lebih muda cenderung diabaikan. Termasuk kalau selisih usia mereka tidak terlalu jauh.

Seperti pendapat dan peran anak pertama lebih dinantikan ketimbang adik-adiknya. Apalagi si bungsu yang sampai kapan pun bisa dipandang belum dewasa karena paling muda dalam keluarga. Namun, mengaitkan umur dengan kebijaksanaan gak tepat.

Jangan lagi kamu meyakini watak orang khususnya seputar kebijaksanaan tergantung usianya. Dengarkan baik-baik perkataan setiap orang. Dirimu akan lebih tepat menyimpulkan siapa di antara mereka yang cara berpikirnya paling panjang dan hati-hati.

2. Tidak selalu jago berpetuah, tapi juga tahu kapan harus diam

ilustrasi seorang pria
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Andrew Patrick Photo)

Orang yang bijaksana memang kerap dimintai nasihat. Bahkan tak jarang terkait hal-hal yang dia sendiri sebetulnya belum pernah mengalami. Seperti orang yang belum menikah malah diminta memberikan saran untuk kondisi rumah tangga seseorang.

Ini karena cara berpikirnya amat jernih. Bedanya orang yang asli bijaksana dengan tidak akan lebih tampak dari kesediaannya bungkam. Pribadi yang tak betul-betul arif terlalu suka berbicara. Dia menasihati siapa saja tanpa mempertimbangkan tempat, suasana, serta perasaan orang.

Ia pun tak paham bahwa kebenaran sekalipun dapat menjadi kesalahan kalau disampaikan dengan cara yang tidak tepat. Sementara itu, orang bijak dapat sengaja memilih diam apabila apa yang dikatakannya berpotensi memperburuk keadaan. Pada akhirnya barangkali ia bakal tetap menyampaikannya. Namun, tunggu situasinya pas.

3. Kebijaksanaan bukan hanya dari ucapan, melainkan juga perilaku

ilustrasi seorang pria
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Radis B)

Kalau kamu tidak jeli, orang yang cuma jago berteori akan disamakan dengan pribadi bijaksana. Padahal, dampak dari mengikuti nasihat keduanya akan sangat berbeda. Orang yang berbicara hanya berdasarkan teori atau idealismenya sering kali sukar diterapkan. Bahkan andai dia sendiri yang harus melakukannya juga belum tentu mampu.

Sementara itu, orang bijaksana antara ucapan dan perilakunya nyambung. Apa yang dikatakannya kemungkinan besar sudah pernah dikerjakannya. Alhasil, saat kamu mencoba mengikutinya pun cukup mudah serta efektif untuk mengatasi persoalanmu. Bahkan hanya dengan dirimu memperhatikan perilaku orang bijak, kamu telah belajar banyak. Dirimu akan tahu caranya menghadapi berbagai rintangan dalam hidup.

4. Konsisten dan bukan bijak cuma saat mood bagus

ilustrasi seorang pria
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Orang bijak bukannya memiliki emosi yang tumpul. Perasaannya tetap bisa terpengaruh oleh berbagai hal yang terjadi di sekitarnya. Namun, emosi itu gak pernah sampai menguasainya secara penuh. Akal sehatnya selalu masih dapat bekerja.

Oleh karena itu, dalam keadaan ia sebenarnya kurang bahagia pun tetap bisa bersikap lebih bijaksana daripada kebanyakan orang. Dia tahu bahwa perasaan sendiri pun kadang perlu diwaspadai. Ia tak mau terbawa emosi lalu menyesal di kemudian hari.

Sebagai manusia biasa, tentu kemarahan dan kesedihannya dapat terpicu. Namun, itu tak sesering serta separah orang lain. Pengendalian diri yang baik lebih mendorongnya buat mencari ketenangan dulu ketimbang gegabah terbawa emosi.

5. Mendahulukan introspeksi, bukan mengoreksi orang

ilustrasi seorang pria
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Sarazh Izmailov)

Dengan kearifannya, seseorang tidak akan gampang menuding orang lain benar atau salah. Dalam setiap masalah yang melibatkannya, hal pertama yang dilakukannya ialah berintrospeksi. Tak ada perasaan dirinya selalu paling benar. Ia gak mau menyalahkan siapa pun karena boleh jadi kesalahan justru ada padanya.

Namun, dia juga bukan orang yang suka menyudutkan diri, ya. Ia tidak akan menimpakan semua kekeliruan ke diri sendiri. Dia hanya siap bertanggung jawab seumpama bersalah. Kalau ia sudah yakin kesalahan bukan di pihaknya, baru evaluasi ke dalam berubah menjadi ke luar diri. Dia akan bersikap objektif dalam menghadapi sejumlah orang yang saling menyalahkan.

6. Dapat terbentuk dari kepahitan hidup

ilustrasi seorang pria
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Ramin Aghaei)

Dampak pengalaman hidup pada setiap orang tentu berbeda-beda. Gak semua orang yang hidupnya penuh ujian akan menjadi lebih bijaksana. Malah sebagian dari mereka dapat berperilaku menyimpang.

Selain faktor bimbingan dari lingkungan, tekad kuat seseorang amat penting. Jika dia mau terus latihan bersabar dan mencoba melihat masalah hidupnya dari berbagai sisi, kebijaksanaan akan tumbuh. Semua hal yang tadinya hanya terasa menyakitkan, ternyata juga kasih banyak pelajaran berharga.

Ia belajar berdamai dengan liku-liku hidupnya. Dia tidak lagi cuma iri pada kehidupan orang lain yang lebih mulus. Berbagai kepahitan hidup itu malah seperti pupuk yang membantu dirinya terus berkembang.

Dengan karunia pikiran serta perasaan, bibit kebijaksanaan sebetulnya ada dalam diri setiap manusia. Benih baik itu cuma perlu dikembangkan. Meski orang bijak kerap terlalu diandalkan dalam beragam persoalan, hidupnya tetap lebih tenang daripada orang-orang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Inaf Mei
EditorInaf Mei
Follow Us

Latest in Life

See More

[QUIZ] Kalau Perasaan Bersalahmu Berwujud, Akan Jadi Apa Bentuknya?

14 Sep 2025, 07:38 WIBLife