6 Tanda Kamu Terjebak Kejayaan Masa Lampau

Masa lalu memang berkontribusi pada siapa kamu sekarang. Apalagi prestasi-prestasi yang pernah kamu raih. Ibarat sedang membangun rumah, prestasi-prestasi itu bahan-bahan yang sangat berkualitas untuk mewujudkan rumah idamanmu.
Akan tetapi hati-hati ya. Jangan sampai rasa banggamu pada sederet prestasi yang pernah kamu capai di masa lalu justru membuatmu terjebak kejayaan masa lampau. Nah, apa saja sih, tanda-tanda kamu sudah terjebak kejayaan masa lampau? Simak 6 tanda berikut ini:
1.Tahun terus berganti dan kamu masih saja mengungkit prestasi-prestasimu di masa lalu

Saking berkesannya prestasi-prestasi itu, bagimu semua itu terasa seperti baru kemarin terjadi. Namun bagi orang-orang yang tidak cuma sekali, dua kali mendengar ceritanya langsung darimu, jarak waktu antara tercapainya prestasi-prestasi itu dengan sekarang benar-benar jauh dan rasanya tak relevan lagi untuk dibicarakan hari ini.
Mereka bosan mendengarnya, tetapi kamu tidak menyadarinya karena kamu masih bahkan makin larut dalam kenangan kejayaan masa lampau. Kamu mungkin baru akan menyadarinya ketika respons atas kisah-kisah prestasimu makin sepi.
2.Saking senangnya mengungkit pencapaian-pencapaian di masa lalu, kamu tak sadar bahwa sebenarnya pendengarmu tidak peduli

Banyak sebab mengapa pendengarmu tidak peduli dengan semua kisah pencapaianmu. Salah satunya ialah waktu terjadinya prestasi-prestasi itu terlalu jauh dari sekarang. Apalagi jika kamu menceritakannya pada orang-orang yang jauh lebih muda darimu.
Ketika kamu mencapai prestasi-prestasi gemilang itu, mereka mungkin masih asyik dengan hal-hal lain sesuai usia mereka sehingga tidak menganggap penting kisahmu itu. Mereka tidak bisa menghayati momen-momen yang amat istimewa bagimu. Bukannya membuat mereka terkesan, semua yang kamu ceritakan mungkin hanya akan masuk telinga kanan dan langsung keluar lagi dari telinga kiri.
3.Kamu dicap narsis

Tidak semua orang narsis terjebak kejayaan masa lampau. Namun orang yang terjebak kejayaan masa lampau akan dianggap narsis, berlebihan dalam memedulikan atau mencintai dirinya sendiri. Sayangnya, jika kamu terjebak kejayaan masa lampau, sosok yang terlalu kamu cintai adalah sosokmu pada masa lalu, masa-masa ketika prestasi-prestasi itu kamu raih. Bukan dirimu yang sekarang.
Kamu begitu sering terlempar kembali ke masa-masa keemasanmu itu. Ketika kamu sadar kamu tidak lagi ada di masa-masa itu, kamu merasa perlu membuat sebanyak mungkin orang mengetahui masa-masa keemasanmu. Kamu merasa bahagia dengan ingatan itu dan kebahagiaanmu makin menjadi-jadi saat orang-orang memberikan respons positif atas kisah-kisahmu. Sensasi ini yang bikin kamu ketagihan mengungkit keberhasilan-keberhasilanmu di masa lalu.
4.Kamu haus akan pengakuan

Zaman boleh berganti, tetapi kamu ingin orang-orang tetap mengingat pencapaian-pencapaian terbaikmu. Sebenarnya, tanpa kamu repot-repot mengingatkan, mungkin mereka juga ingat kok kamu pernah mencapai prestasi ini itu. Hanya saja, seiring berjalannya waktu dan begitu banyak hal terjadi dalam hidup mereka sehari-hari membuat mereka tak lagi merasa perlu membahasnya.
Itulah yang tidak sejalan dengan keinginanmu yang haus akan pengakuan. Maka kamu terus mencari cara untuk menunjukkan prestasi-prestasimu. Ketika orang-orang lama yang menjadi saksi masa-masa kejayaanmu sudah tidak ada di sekitarmu, kamu mulai menyasar sembarang orang. Makin mereka tidak tahu kamu pernah mencapai semua itu, keinginanmu untuk memberi tahu mereka terasa makin menggelegak.
5.Sebenarnya kamu merasa sangat tidak puas dengan kondisimu sekarang

Dari mana rasa tidak puas itu muncul? Dari kesadaranmu sendiri bahwa sekarang kamu tidak lagi sejaya dahulu. Prestasimu pernah luar biasa, tetapi makin ke sini makin redup saja.
Yuk, buat daftar prestasimu dari tahun ke tahun. Sejauh kamu jujur, kamu akan mendapati grafik prestasimu terus menurun. Bahkan tanpa kamu menulis atau menggambarnya, hatimu sebenarnya juga sangat tahu kok.
6.Kamu mengalami hambatan besar untuk mencetak prestasi-prestasi baru

Bentuk prestasi tentu bermacam-macam. Namun apa pun bentuknya, kamu merasa ada hambatan yang amat besar sehingga kamu kesulitan untuk mencetaknya. Kamu mengalami kesulitan tanpa menemukan alasan yang jelas kenapa itu menjadi sangat sulit bagimu. Tentu saja, sebab hambatan itu tidak datang dari luar melainkan dari dalam dirimu sendiri.
Seharusnya dengan semua prestasi yang pernah kamu raih, ibarat kendaraan, kamu sudah punya stok bahan bakar yang lebih banyak untuk menghasilkan prestasi-prestasi lainnya. Namun karena pikiranmu terpaku pada kejayaan masa lampau, kamu malah jadi merasa tidak mungkin untuk mencetak prestasi lagi. Tidak yang hampir menyamai prestasi-prestasi terdahulu, apalagi lebih dari itu.
Di satu sisi, ingatan tentang kejayaan masa lampau membuatmu merasa nyaman. Di sisi lain, itu juga membuatmu diam-diam stres. Sebab sebenarnya kamu ingin kembali menciptakan masa keemasan kedua, ketiga, dan seterusnya tetapi kamu merasa telah kehilangan seluruh kemampuanmu.
Padahal tentu saja, kalau dahulu kamu bisa, maka sekarang seharusnya kamu juga bisa. Kamu hanya harus meletakkan memori kejayaan masa lampaumu di laci yang tepat, menutupnya rapat-rapat, dan mau mulai lagi dari nol seakan-akan kamu tidak pernah mencapai prestasi-prestasi itu.
Dengan begitu kamu akan terus belajar hal-hal baru, mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi dan tantangan masa kini, serta tidak memiliki alasan untuk tidak giat berusaha. Jangan biarkan kejayaan masa lampau melenakanmu dan menurunkan produktivitasmu ya.