Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Hal yang Membuat Seseorang Bergantung dengan Kebahagiaan Eksternal

ilustrasi belanja (pexels.com/Borko Manigoda)

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang. Beberapa mungkin ada yang berasal dari dalam diri sendiri. Contohnya seperti pola pikir, kesadaran untuk bersyukur, maupun sikap menerima diri secara utuh. Namun demikian, tidak jarang faktor-faktor yang berasal dari luar juga turut berperan.

Tapi yang menjadi persoalan, seseorang justru bergantung sepenuhnya dengan kebahagiaan eksternal. Mereka terpaku pada lingkungan sekitar yang penuh dengan ketidakpastian. Padahal ini bisa menghambat kebahagiaan itu sendiri.

Lantas, apa yang membuat seseorang bergantung dengan kebahagiaan eksternal? Barangkali disebabkan tujuh hal berikut.

1. Pengaruh dari standar sosial

ilustrasi validasi orang lain (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi validasi orang lain (pexels.com/Karolina Grabowska)

Kebahagiaan bisa berasal dari banyak hal. Baik dari segi faktor internal maupun eksternal. Tapi yang menjadi persoalan, seseorang justru menggantungkan kebahagiaan secara penuh terhadap faktor-faktor yang berasal dari luar. Sudah tentu ini menjadi pembahasan menarik.

Terdapat beberapa hal yang membuat seseorang bergantung dengan kebahagiaan eksternal. Salah satu yang paling dominan adalah pengaruh dari standar sosial. Contohnya kebahagiaan diukur berdasarkan prestasi, karier, atau pencapaian hidup tertentu yang berlaku di lingkungan tersebut.

2. Keinginan untuk memperoleh validasi

ilustrasi validasi orang lain (pexels.com/Felicity Tai)
ilustrasi validasi orang lain (pexels.com/Felicity Tai)

Validasi sosial memang bisa menumbuhkan rasa percaya diri. Seseorang paham bahwa ia bisa melakukan yang terbaik. Tapi jika terlalu berlebihan justru membawa dampak negatif. Seseorang justru mengabaikan aspek-aspek hidup yang jauh lebih penting dan bermakna.

Di sinilah sebab seseorang bergantung dengan kebahagiaan eksternal. Ia memiliki keinginan untuk memperoleh validasi sosial. Seseorang cenderung mengabaikan proses yang dijalani. Ia hanya berfokus pada pujian dan respon positif yang didapat

3. Tidak mampu menerima diri secara utuh

ilustrasi merasa minder (pexels.com/Liza Summer)

Setiap dari kita pasti memiliki sisi kekurangan masing-masing. Ini adalah hal yang mutlak terdapat dalam diri setiap individu. Sudah keharusan bagi kita untuk mampu menerima diri secara utuh. Baik mengenai sisi kelebihan maupun kekurangan.

Apa jadinya jika seseorang tidak mampu melakukan hal tersebut? Di sinilah sebab mengapa seseorang bergantung dengan kebahagiaan eksternal. Saat seseorang tidak mampu menerima diri secara utuh, ia akan mengalami kekosongan emosional.

4. Tidak memiliki prinsip dan pendirian yang tegas

ilustrasi sosok plin-plan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Prinsip dan pendirian merupakan kendali utama dalam kehidupan. Ketika seseorang memiliki prinsip dan pendirian yang jelas, ia tidak akan terombang-ambing. Dalam bertindak selalu mengedepankan pemikiran matang dan terukur.

Tapi, berbeda jadinya saat seseorang memiliki prinsip dan pendirian yang mudah berubah. Inilah sebab mengapa mereka cenderung bergantung dengan kebahagiaan eksternal. Dalam menjalani hidup seseorang tidak memiliki pedoman yang pasti.

5. Tidak mengetahui tujuan hidup yang ingin dicapai

ilustrasi bingung (pexels.com/engin akyurt)

Siapa yang tidak ingin merasakan kebahagiaan dalam menjalani hidup? Tentu ini menjadi impian banyak orang. Bukan hanya kebahagiaan yang dirasakan dalam jangka pendek. Tetapi, kebahagiaan diupayakan bertahan dalam jangka panjang. Meski pada faktanya banyak dari kita yang bergantung dengan kebahagiaan eksternal.

Mengapa bisa terjebak dalam situasi demikian? Salah satu jawabannya tidak mengetahui tujuan hidup yang ingin dicapai. Mereka bertindak hanya untuk memenuhi tuntutan dan standar orang lain. Meskipun sudah berhasil meraih diupayakan, tapi tidak terdapat kepuasan di dalamnya.

6. Keinginan untuk terus membandingkan diri dengan orang lain

ilustrasi perempuan berjejer (pexels.com/Cottonbro studio)

Hidup di lingkungan masyarakat kita pasti berdampingan dengan orang lain. Sebenarnya memiliki jiwa kompetitif tidak salah. Ini membantu kita agar tetap bertahan di tengah lingkungan yang penuh persaingan. Tapi bagaimana saat berdampingan dengan orang lain justru berambisi membandingkan diri?

Hal tersebut menjadi penyebab seseorang bergantung dengan kebahagiaan eksternal. Dalam menjalani hidup terdapat tuntutan untuk terus merasa lebih baik dari orang lain. Mereka lebih memilih terjebak pada standar kebahagiaan semu yang berpotensi merugikan diri.

7. Tidak mampu mensyukuri apa yang sudah dimiliki

ilustrasi sedih (pexels.com/Rosa Garcia)
ilustrasi sedih (pexels.com/Rosa Garcia)

Harus diakui jika kehidupan memang penuh dengan lika-liku. Apalagi saat kita ingin memperoleh kebahagiaan. Tapi apa jadinya jika seseorang justru bergantung dengan kebahagiaan yang berasal dari aspek eksternal? Di sinilah kita harus berpikir dengan cermat.

Termasuk dengan mencari tahu penyebab di baliknya. Seseorang bergantung dengan kebahagiaan eksternal karena tidak mampu mensyukuri apa yang sudah dimiliki. Ia cenderung merasa kurang dan tidak beruntung. Pada akhirnya mencari kebahagiaan berdasarkan hal-hal yang terlihat sempurna di lingkungan luar.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kebahagiaan dari aspek eksternal. Tapi kita juga harus menjaga agar berada dalam posisi yang sesuai. Ketika seseorang ketergantungan dengan Kebahagiaan dari aspek eksternal, justru berpotensi buruk. Inilah yang harus kita hindari agar tidak menyesal di kemudian hari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mutiatuz Zahro
EditorMutiatuz Zahro
Follow Us