7 Tips agar Tak Menutup Pintu Maaf untuk Orang Lain, Sembuhkan Lukamu

Saat terbawa emosi, keputusan menutup pintu maaf untuk orang yang melakukan kesalahan padamu dapat terasa sebagai tindakan yang tegas. Dengan menolak memaafkannya, dia bakal tahu rasa dan putus sudah hubungan kalian sebagai teman, pasangan, bahkan saudara. Tepatkah kamu menunjukkan sikap sekeras ini?
Tentunya tidak karena pada dasarnya manusia adalah tempatnya segala kesalahan. Kamu boleh marah, kecewa, sedih, dan kapok memercayai seseorang; tetapi tetaplah membuka pintu maafmu buatnya. Kalau sulit, tujuh tips berikut ini barangkali dapat memudahkanmu menjadi lebih pemaaf.
1. Hindari membesar-besarkan masalah dan kesalahan

Apa sih, yang bikin kamu sampai gak mau memaafkan seseorang? Benarkah kesalahan dan masalahnya begitu besar? Coba bandingkan dengan kekeliruan serta persoalan orang lain yang lebih berat dari apa yang dirimu hadapi.
Mungkin kamu cukup sering menyaksikan berita tentang orangtua yang kehilangan nyawa anaknya karena menjadi korban kejahatan. Kesedihannya tentu tak tertahankan. Akan tetapi, mayoritas dari orangtua yang terluka hebat ini akhirnya mampu memaafkan pelaku sekalipun proses hukum harus tetap berjalan.
Dibandingkan problem mereka, berapa nilai permasalahanmu serta kesalahan seseorang padamu? Membandingkan kondisimu dengan orang lain kadang perlu dilakukan supaya tindakanmu lebih terukur. Jangan berlebihan mengambil sikap terkait kesalahan orang lain yang mungkin sebetulnya gak seberapa.
2. Ingat pentingnya memaafkan untuk kedamaian hati

Barangkali sejauh ini kamu masih berpikir bahwa memaafkan orang lain cuma menguntungkannya. Dirimu malah dirugikan dua kali oleh kesalahan seseorang serta keputusan untuk memaafkannya. Ini gak tepat karena maaf yang kamu berikan akan memberimu kedamaian hati.
Menutup pintu maafmu buat siapa pun sama dengan menjadikanmu seorang pembenci. Orang yang dibenci boleh jadi cuma satu, tetapi perasaan negatifmu yang begitu kuat bikin hatimu jauh dari kedamaian. Dalam berbagai kesempatan, ingatan tentang perbuatannya padamu serta rasa sakit yang ditinggalkan kembali muncul bahkan menguat.
3. Kalau sulit menyatakan secara lisan, maafkan dalam hati

Pemberian maaf dapat terasa berat ketika kamu mesti menyatakannya secara lisan. Terlebih orang yang melakukan kesalahan padamu saja gak tergerak buat meminta maaf. Jika kamu tiba-tiba berkata telah memaafkannya, rasanya malah seperti menjatuhkan kehormatan sendiri.
Pun orang yang tak merasa bersalah padamu tidak akan menghargai sikapmu yang pengampun. Namun, tanpa permohonan maaf pun kamu mesti tetap memaafkannya dalam hati. Kesadarannya tentang kesalahan sendiri bukan tanggung jawabmu dan tugasmu sebatas memaafkan.
4. Memaafkan kemudian agak menjarak sebagai kehati-hatian

Mungkin kamu enggan memaafkan seseorang karena takut kembali disakiti atau dirugikan olehnya. Apalagi ini bukan pengalaman burukmu yang pertama dengannya. Meski mendongkol, jangan tutup pintu maafmu.
Setelah memaafkan, kamu boleh lebih menjaga jarak darinya sebagai bentuk kehati-hatian agar tidak kembali mempunyai pengalaman yang buruk bersamanya. Ini tak dapat disebut dendam karena kamu gak punya niat sedikit pun untuk membalas perbuatannya yang kurang menyenangkan. Kamu cuma berusaha melindungi diri dari kemungkinan kembali terluka oleh orang yang sama.
5. Mengingat hubungan jangka panjang dan tujuan yang lebih besar

Tidak mau lagi memaafkan seseorang bikin hubungan baikmu dengannya terputus. Akan tetapi, kalian dapat tetap saling dipertemukan bahkan bekerja bersama. Contohnya, masalah dengan teman kerja.
Sebenci apa pun dirimu padanya, tak mungkin kamu sampai resign cuma gara-gara dia. Ada tujuan yang lebih besar mengapa dirimu bekerja di kantor tersebut, yaitu mencari nafkah. Repot kalau kamu menolak memaafkan teman padahal masih harus bekerja sama.
Banyak tugas akan terkendala lantaran hubungan kalian yang memburuk. Turunkan egomu dengan tetap memaafkannya. Kesalahannya padamu adalah satu hal, tetapi di luar itu masih banyak hal penting yang mesti menjadi fokusmu.
6. Sampaikan syarat agar kamu dapat memaafkannya

Untuk kesalahan yang menimbulkan kerugian besar di pihakmu, memaafkannya begitu saja juga bukan sikap yang bijak. Kamu mungkin perlu menuntut pertanggungjawabannya, seperti ganti rugi atau permintaan maaf secara terbuka. Misalnya, dia memfitnahmu sehingga ia harus menarik perkataannya itu di depan orang-orang yang sudah mendengarnya.
Sampaikan saja syarat untukmu dapat memaafkannya. Selama syarat itu sesuai dengan perbuatannya, tentu tidak akan memberatkannya. Kamu gak mempersulit situasinya, melainkan sebatas memintanya bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri.
7. Waspadai menutup pintu maaf menjadi kebiasaan

Sekali kamu menutup pintu maaf untuk seseorang, hatimu mulai mengeras. Ini dapat menjalar sehingga dalam berbagai persoalanmu dengan orang lain, kamu dengan mudahnya mengambil sikap yang sama. Sekecil apa pun kesalahan orang menjadi terasa begitu serius bagimu dan gak mampu dimaafkan.
Lama-lama kamu malah tidak punya teman. Tak ada orang yang bebas dari kesalahan baik disengaja maupun tidak. Jangan mempersulit hidupmu dengan sedikit-sedikit menolak memaafkan orang lain.
Menutup pintu maafmu buat seseorang bukan tindakan yang keren. Walau proses memaafkan tak mudah, selalu miliki niat untuk tidak memperpanjang problem dengan siapa pun. Memaafkan adalah kata 'tamat' untuk banyak masalah dan kesalahan orang padamu.