Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

9 Tips agar Barang Preloved Cepat Laku, Perhatikan Masa Pakainya

ilustrasi menjual sepatu (pexels.com/Anna Shvets)
ilustrasi menjual sepatu (pexels.com/Anna Shvets)
Intinya sih...
  • Jangan menunggu rusak sebelum dijual, jual dalam setahun sejak pembelian.
  • Hindari menetapkan harga seakan-akan masih baru, tampilkan kondisi barang dengan jujur.
  • Beri saran penggunaan produk, terima negosiasi harga, dan beri pilihan untuk membeli beberapa produk sekaligus.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Menjual kembali berbagai barang yang dimiliki dan sudah pernah dipakai gampang-gampang susah. Kalau beruntung, barangmu bisa cepat laku dengan harga yang cukup bagus. Namun, tak jarang pula barang preloved tetap menumpuk meski sudah sering diiklankan.

Bagaimanapun juga, kamu harus memahami bahwa tingkat kepercayaan orang terhadap barang preloved gak sama dengan produk baru langsung dari produsennya. Tidak sedikit orang yang takut tertipu dan memperoleh barang yang jauh dari harapan mereka. Jika kamu hendak menjual barang preloved cepat laku, sembilan tips berikut membantu meningkatkan ketertarikan calon pembeli.

1. Lepas barang sebelum rusak

ilustrasi smartphone (pexels.com/Jakub Zerdzicki)
ilustrasi smartphone (pexels.com/Jakub Zerdzicki)

Apabila kamu sudah berniat untuk menjual kembali barang-barangmu, jangan menunggunya rusak baru dijual. Produk dari merek ternama pun, kalau rusak menjadi kurang menarik bagi calon pembeli. Belum tentu kerusakannya dapat diperbaiki.

Atau, biaya perbaikannya lumayan mahal dan mending beli barang baru dengan merek di bawahnya. Sebaiknya dirimu menjual lagi barang sekitar satu tahun sejak pembelian. Selain kondisinya cenderung baik, juga masih menjadi tren. Harganya gak terlalu jatuh serta lebih banyak orang yang berminat.

2. Buat harga yang masuk akal sesuai masa pakai dan kondisinya

ilustrasi menjual tas (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi menjual tas (pexels.com/Ron Lach)

Hindari kamu menjual barang bekas, tetapi menetapkan harga seakan-akan masih baru. Barang-barang yang sudah dipakai terus mengalami penurunan nilai. Beda dengan emas yang harganya makin naik seiring waktu. Sudah menjadi risikomu memperoleh harga kian rendah seiring usia barang di tanganmu.

Kondisi barang juga amat menentukan harga jual kembalinya. Terlepas dari harganya yang mahal ketika kamu membelinya atau mereknya yang terkenal, kondisi yang sudah di bawah 100 persen pasti menurunkan harganya. Barang itu memang dulu mahal. Tetapi terimalah kenyataan bila kini harganya telah terjun bebas seiring makin lama masa pakai serta kualitasnya yang menurun.

3. Bikin video dan terangkan detail produk

ilustrasi memotret pakaian (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi memotret pakaian (pexels.com/MART PRODUCTION)

Video berbicara lebih banyak daripada foto. Kalau sekadar foto, orang agak kurang percaya. Foto terlalu mudah diedit atau kamu hanya mengambilnya dari sudut tertentu. Dirimu harus memenangkan kepercayaan mereka. Buatlah video tanpa editan sedikit pun.

Pegang produk yang akan dijual dan jelaskan detailnya. Misalnya, produk pakaian. Pastikan warnanya tampak jelas dalam video, beri tahu calon pembeli tentang ada atau tidaknya saku, sekuat apa jahitannya, bentuk kancing, labelnya, dan sebagainya. 

4. Jujur tetang cacatnya jika ada

ilustrasi memotret tas (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi memotret tas (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Menyembunyikan kecacatan pada produk sama dengan kamu hendak mencurangi calon pembeli. Sekalipun awalnya daganganmu laku, ke depan mereka tidak mau lagi membeli apa pun darimu. Bahkan ulahmu itu tersebar dari mulut ke mulut. Apa pun yang dijual, kejujuranmu sangat penting.

Tunjukkan bentuk dan letak kecacatan itu melalui foto dan video. Beri tahu juga bila masih ada cara untuk memperbaikinya. Lebih penting daripada barangmu lekas laku adalah terlebih dahulu membangun kepercayaan orang padamu. Jika kamu jujur, nanti kamu tidak sedang mengiklankan barang preloved pun pasti ada orang yang menanyakan dirimu punya suatu produk atau tidak.

5. Kasih ide produk itu cocok digunakan untuk apa saja

ilustrasi memotret sandal (pexels.com/PNW Production)
ilustrasi memotret sandal (pexels.com/PNW Production)

Kadang orang tidak berminat untuk membeli karena belum punya gagasan tentang penggunaan barang tersebut. Misalnya, kamu menjual sandal preloved. Pada dasarnya semua orang butuh alas kaki. Akan tetapi, khusus sandal yang ditawarkan olehmu bisa buat ke mana saja?

Kamu harus memberikan saran yang masuk akal terkait penggunaan produk. Jangan bilang sandal untuk naik gunung juga cocok untuk menghadiri resepsi pernikahan atau sebaliknya. Tambahkan pula suatu sandal pas dikenakan bersama pakaian apa. Misalnya, sandal itu bagus sekali kalau pembeli memakai kebaya.

6. Beri kesempatan menawar

ilustrasi memotret pakaian (pexels.com/Liza Summer)
ilustrasi memotret pakaian (pexels.com/Liza Summer)

Berbeda dengan produk baru, barang preloved harus bisa ditawar. Nego tipis gak apa-apa, tetapi jangan sama sekali menolak tawar-menawar. Nanti kesannya kamu arogan seakan-akan barang itu sangat bagus dan cuma dijual olehmu.

Kalaupun ada orang yang menawar terlalu rendah, dirimu gak usah ngegas. Apalagi bikin status di media sosial yang menyindirnya. Tunjukkan saja harga asli barang tersebut ketika kamu membelinya. Juga betapa barang tersebut masih sangat bagus. Bila ia tetap menawar rendah, cukup bilang belum bisa.

7. Buat bundling beberapa produk dengan harga lebih murah

ilustrasi menjual kacamata (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi menjual kacamata (pexels.com/Ron Lach)

Berapa total barang yang akan dijual? Daripada dirimu menjual satuan saja, beri pilihan untuk membeli sekalian beberapa produk. Tentu harganya menjadi berbeda. Contohnya, kamu punya tas, sepatu, dan kacamata. Kalau produk dibeli satuan; harga tas 1 juta rupiah, sepatu 800 ribu rupiah, dan kacamata 500 ribu rupiah.

Akan tetapi bila ketiga dibeli sekaligus, total harga yang dibayar cukup 2 juta rupiah. Artinya, ada selisih harga 300 ribu rupiah dibandingkan total harga untuk pembelian satuan. Trik ini bakal meningkatkan daya tarik bagi calon pembeli. Mereka memang menjadi mengeluarkan uang lebih besar daripada jika membeli salah satunya saja. Namun, ketiga produk itu dapat dipakai dalam berbagai kesempatan.

8. Jangan salah target pasar

ilustrasi menjual pakaian (pexels.com/Anna Nekrashevich)
ilustrasi menjual pakaian (pexels.com/Anna Nekrashevich)

Barang preloved sebagus apa pun bisa gak laku cuma karena kamu salah target pasar. Tidak semua orang tertarik dengan barang preloved. Ada orang yang berkeras untuk hanya membeli produk baru yang dijual di toko-toko. Tak ada gunanya kamu mencoba mengubah prinsip mereka dalam berbelanja.

Atau, sekelompok orang juga suka barang preloved. Akan tetapi, produk yang dijual olehmu jauh di atas kemampuan finansial mereka. Transaksi juga gak akan terjadi. Kenali baik-baik siapa saja yang berpotensi membeli daganganmu lalu tawarkan barangmu pada mereka.

9. Harga di bawah rata-rata barang preloved yang serupa

ilustrasi melihat produk online (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi melihat produk online (pexels.com/cottonbro studio)

Ingat, penjual barang preloved bukan cuma kamu. Sementara itu, orang yang suka mencari produk-produk preloved pasti sudah survei harga dari sejumlah pedagang. Penting sekali untukmu bisa bersaing dengan sesama penjual. Kalau calon pembeli saja memantau harga, dirimu jangan ketinggalan.

Bila tujuanmu agar barang preloved cepat laku, pasang harga sedikit di bawah harga barang preloved sejenis. Kamu bisa memberi harga Rp200 ribu lebih murah saja pasti telah menjadi incaran pembeli. Apalagi jika selisihnya mencapai Rp500 ribu atau lebih.

Strategi menjual barang preloved tidak bisa disamakan dengan produk baru. Terkadang hambatannya justru perasaanmu sendiri yang masih sayang untuk menjualnya lebih murah dari harga saat dirimu membelinya. Pengalaman ini dapat menjadi pelajaran berharga ketika kamu hendak berbelanja lagi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us