5 Aktivis Lingkungan Muda yang Tangguh, selain Greta Thunberg

Sebagai pendiri Earth Uprising, sebuah gerakan perubahan iklim global dan salah satu anggota termuda Global Climate Strike, bukan rahasia lagi kalau Alexandria Villaseñor merupakan salah satu pentolan dari pergerakan perubahan iklim.

Alexandra tertarik untuk mempelajari perubahan iklim setelah mengunjungi California pada 2018 saat Camp Fire, kebakaran paling hebat dalam sejarah California. Asap kebakaran menjalar hingga tempatnya menginap dan memicu asma yang ia idap. Dari situlah, ia mulai memikirkan perubahan iklim dan dampak nyatanya ke bumi.

Anak dari politikus Ilhan Omar ini adalah direktur eksekutif dan co-founder U.S. Youth Climate Strike, kelompok yang mengorganisasi youth climate strikes di seluruh AS dan menjadi advokat untuk kebijakan iklim seperti Green New Deal.

Awalnya, Hirsi hanya fokus untuk melawan tindakan diskriminasi ras. Hirsi mengubah arahnya saat menyadari bahwa ternyata perubahan iklim juga memengaruhi orang-orang dengan warna kulit tertentu.

Kini, Hirsi memiliki banyak dukungan dan selalu membawa isu bahwa perubahan iklim juga berdampak pada masalah kesetaraan ras. Tak jarang, ia juga sering berkoar tentang pentingnya representasi keberagaman dalam aktivisme perubahan iklim.

Aktivis kelahiran Meksiko ini bukan sosok asing di dunia aktivisme seputar perubahan iklim. Seperti yang dijelaskan Bastida pada situs Global Climate Strike, ia dipaksa untuk meninggalkan rumahnya di Meksiko setelah banjir membuatnya tak bisa pergi ke sekolah.

Seperti yang dilansir Huff Post, ia dan keluarganya kemudian direlokasi ke New York City. Dari situlah, ia mulai belajar tentang Hurricane Sandy dan menyadari bahwa perubahan iklim ternyata bersifat global.

Barret, seorang aktivis Afro-Latino, pertama kali mengalami dampak perubahan iklim saat Hurricane Sandy dan tak bisa pergi ke sekolah. Ia berjuang melawan perubahan iklim langsung ke pemerintahan AS.

Melalui Juliana vs United States, Barret, bersama dengan 21 aktivis muda lainnya, ia menuntut pemerintahan karena memperparah perubahan iklim dengan mendukung sistem energi yang menghasilkan limbah gas emisi dalam jumlah cukup besar.

Komitmen Eder untuk memerangi perubahan iklim tak bisa dianggap remeh. Gadis asal Wisconsin itu bahkan mengambil jeda dua tahun sebelum masuk perguruan tinggi sehingga ia bisa fokus memerangi krisis perubahan iklim.

Eder adalah direktur eksekutif dari Future Coalition, jaringan yang ia bentuk pada 2018 dan beranggotakan lebih dari empat puluh aktivis muda. Ia juga membentuk U.S. Youth Climate Strike Coalition yang menyebar ratusan hingga ribuan anak muda di seluruh Amerika Serikat.

Jangan kira untuk jadi aktivis, kamu harus berusia dewasa dan banyak pengalaman. Kamu hanya butuh keberanian untuk bersuara agar kebaikan selalu tersebar dan mendukung perubahan yang lebih baik bagi kehidupan sekitarmu. Yuk, jangan takut bersuara!