Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Kenapa Academic Burnout Bisa Mengganggu Kesehatan Mental

Ilustrasi seorang wanita burnout (Pexels.com/Anna Shvets)
Ilustrasi seorang wanita burnout (Pexels.com/Anna Shvets)

Apakah kamu pernah merasa lelah secara fisik dan mental, bahkan setelah tidur yang cukup? Atau mungkin kamu sering merasa kesulitan untuk fokus meskipun daftar tugas akademikmu terus menggunung? Jika iya, bisa jadi kamu sedang menghadapi academic burnout, sebuah kondisi yang sering kali terabaikan karena dianggap sebagai bagian dari kehidupan akademik yang “wajar”. Padahal, dampaknya jauh lebih serius daripada sekadar kelelahan biasa.

Burnout dalam konteks akademik bisa mengganggu keseimbangan hidup, memengaruhi kesehatan mental, dan bahkan menghalangi kamu untuk mencapai potensi terbaikmu. Mari kita simak lebih dalam alasan kenapa kamu harus lebih peduli terhadap kondisi ini dan bagaimana dampaknya bisa lebih besar dari yang kamu bayangkan.

1. Stres yang berkepanjangan memicu kecemasan dan depresi

Ilustrasi wanita merasa stres (Pexel.com/Yan Krukau)
Ilustrasi wanita merasa stres (Pexel.com/Yan Krukau)

Academic burnout seringkali dimulai dari tekanan yang terus menerus untuk meraih prestasi tinggi. Setiap tugas yang datang, ditambah dengan ujian dan tenggat waktu yang ketat, menambah lapisan stres yang membuat kamu merasa terjepit. Ketika stres ini berlangsung dalam waktu yang lama, dampaknya bisa sangat merusak kesehatan mental, memicu kecemasan, dan bahkan mengarah pada gejala depresi.

Kondisi ini tidak hanya mempengaruhi produktivitas akademik, tetapi juga kualitas hidup secara keseluruhan. Terkadang, kita terlalu fokus pada pencapaian akademik hingga melupakan bahwa kesehatan mental adalah pondasi utama dari semua keberhasilan. Ketika stres tidak dikelola dengan baik, bisa jadi kamu malah merasa terjebak dalam lingkaran setan yang sulit dipecahkan.

2. Kurangnya waktu untuk pemulihan diri

Ilustrasi seorang pria belajar (Pexels.com/Edward Jenner)
Ilustrasi seorang pria belajar (Pexels.com/Edward Jenner)

Dalam dunia akademik, kita sering kali menganggap waktu istirahat sebagai pemborosan atau kemewahan yang tidak perlu. Padahal, tubuh dan pikiran kita membutuhkan waktu untuk pulih dari tekanan yang dialami. Tanpa waktu pemulihan yang cukup, kamu akan semakin mudah merasa kewalahan, bahkan bisa mengalami kelelahan kronis yang berimbas pada performa di kelas dan kualitas hidup.

Tidak memberikan ruang untuk diri sendiri untuk beristirahat dapat membuat kamu merasa terus menerus terkejar-kejar oleh deadline dan tanggung jawab. Padahal, tubuh dan otak kita memerlukan waktu untuk reset dan memperbaharui energi. Inilah mengapa penting untuk menciptakan waktu untuk diri sendiri, baik itu hanya dengan bersantai, melakukan hobi, atau bahkan tidur yang cukup.

3. Kehilangan rasa cinta terhadap pembelajaran

Ilustrasi seorang pria belajar (Pexels.com/Arina Krasnikova)
Ilustrasi seorang pria belajar (Pexels.com/Arina Krasnikova)

Salah satu tanda paling jelas dari academic burnout adalah hilangnya motivasi. Dulu, mungkin kamu sangat antusias untuk belajar, tetapi karena terus tertekan dan merasa terbebani dengan tugas yang tak ada habisnya, rasa cinta terhadap pembelajaran pun mulai memudar. Burnout dapat merusak rasa ingin tahu dan minat yang sebelumnya kamu miliki terhadap subjek tertentu.

Kehilangan motivasi ini sering kali membuat kamu merasa seolah-olah belajar hanya untuk memenuhi kewajiban, bukan untuk menambah wawasan atau menemukan hal-hal baru yang menarik. Jika kondisi ini terus berlanjut, bisa sangat berisiko menghambat perkembangan intelektual dan merusak hubunganmu dengan dunia akademik yang seharusnya bisa memberikan kepuasan batin.

4. Kehidupan sosial yang terabaikan

Ilustrasi seorang wanita belajar (Pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
Ilustrasi seorang wanita belajar (Pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Burnout akademik juga sering kali menyebabkan kamu merasa terisolasi. Ketika seluruh energi dan waktumu terfokus pada tugas akademik, kamu mungkin mulai menarik diri dari interaksi sosial. Tanpa adanya dukungan sosial yang cukup, perasaan kesepian dan terasing semakin menguat, memperburuk kondisi mentalmu.

Tentu saja, hidup tidak hanya tentang tugas dan nilai akademik. Kesehatan mental kita sangat dipengaruhi oleh hubungan sosial yang positif. Kehilangan koneksi dengan teman-teman, keluarga, atau bahkan diri sendiri bisa memperburuk burnout dan menyebabkan perasaan tertekan yang lebih dalam. Penting untuk tetap menjaga keseimbangan antara kewajiban akademik dan kehidupan sosial yang sehat.

5. Fisik yang mulai terganggu

Ilustrasi sakit kepala (Pexels.com/Thirdman)
Ilustrasi sakit kepala (Pexels.com/Thirdman)

Terkadang, tubuh memberikan sinyal saat kita sudah berada di ujung batas. Sakit kepala yang terus-menerus, gangguan tidur, hingga masalah pencernaan bisa menjadi gejala fisik dari academic burnout. Ketika tekanan mental bertambah, tubuh kita bereaksi dengan cara yang sering kali terabaikan. Jika dibiarkan, masalah fisik ini bisa berkembang menjadi kondisi yang lebih serius, memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan.

Stres yang terus-menerus juga bisa menyebabkan gangguan pada sistem kekebalan tubuh, membuat kamu lebih rentan terhadap penyakit. Menjaga tubuh tetap sehat dengan berolahraga ringan, makan dengan baik, dan cukup tidur sangat penting dalam menjaga kesehatan fisik yang pada gilirannya mendukung kesehatan mental.

Jika kamu merasa sedang mengalami burnout, ingatlah bahwa itu bukan tanda kelemahan. Itu adalah isyarat tubuh dan pikiran yang memberitahumu bahwa sudah saatnya untuk berhenti sejenak dan merawat diri sendiri. Mengabaikan tanda-tanda ini hanya akan memperburuk keadaan dan menghalangi kamu mencapai potensi penuh.

Jangan ragu untuk mencari dukungan, baik itu dari teman, keluarga, atau seorang profesional. Karena, hanya dengan menjaga keseimbangan antara akademik dan kesehatan mental, kamu bisa mencapai keberhasilan yang sejati dan berkelanjutan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us

Latest in Life

See More

Profil Jane Godall, Aktivis Primata yang Berpulang di Usia 91 tahun

02 Okt 2025, 12:34 WIBLife