4 Alasan Sikap Sinis Justru Memicu Relasi Toksik, Bisa Berakibat Fatal

Tahukah kamu, bahwa emosi itu sifatnya menular? Apa yang kamu rasakan terefleksi dari sikap dan pembawaanmu sehari-hari. Bila dirimu adalah pribadi yang ceria dan periang, kamu akan membawa sukacita di lingkunganmu. Begitu pula dengan sebaliknya, bila dirimu adalah orang negatif, tanpa disadari kamu pun akan membawa sikap pesimis dan sinisme di circle-mu.
Meski sinisme adalah salah satu ekspresi untuk mengungkapkan rasa tidak sukamu pada sesuatu, tapi ini bukan cara komunikasi yang sehat. Bahkan, sinisme dapat memicu relasi toksik karena memicu ketegangan tanpa berterus terang. Untuk pembahasan lebih lengkap, cek empat poin di bawah ini.
1.Sinisme membentangkan jarak antara kamu dengan dia

Sadarkah kamu, dengan bersikap sinis, itu sama saja tidak berterus terang ke orang lain yang berhadapan denganmu? Marah dan kesal dengan sikapnya, merasa dikhianati serta dirusak kepercayaanmu, tapi giliran bertemu langsung kamu hanya menyindir dengan kata-kata yang menyakiti hati.
Kamu berharap dia akan segera tahu dan sadar kesalahannya, tapi ternyata tidak. Hal itulah yang membuatmu makin dongkol dan berakhir mendiamkannya. Kenapa tidak langsung kamu komunikasikan saja akar masalahnya? Bersikap sinis malah tidak menyelesaikan apa-apa. Kesalahpahaman kecil yang seharusnya bisa diselesaikan dengan komunikasi malah berekor panjang, karena sikap kekanak-kanakanmu.
2.Bikin temanmu merasa down

Banyak orang berpikir, sinisme adalah salah satu cara menegur. Padahal, belum tentu ini bekerja pada semua orang. Justru beberapa tipe orang akan merasa down bila dibalas dengan sikap yang sama. Ia merasa tidak berguna, tidak berharga, dan tertekan.
Awalnya, mungkin ia mau berubah menjadi lebih baik. Namun, hal itu gagal dilakukan, karena sikap dan ucapan negatifmu. Memang awalnya kamu gak merasa bersalah akan hal itu.
Sebab, kamu merasa jika niatmu sebenarnya baik, yakni untuk mengingatkan supaya dia tidak melakukan hal yang sama. Namun, kesinisanmu bisa ditangkap orang sebagai penghinaan. Oleh karena itu, penting untuk kita berhati-hati dalam mengolah kata.
3.Sinisme bikin orang sulit percaya padamu

Ketika kamu mengatakan pujian atau kalimat positif lainnya, alih-alih diterima dengan tangan terbuka, hal itu malah menambah tanda tanya dalam benak temanmu. Mereka tidak yakin, apakah pujian yang kamu lontarkan serius atau lagi-lagi hanya sekedar wujud kesinisan saja?
Orang lain jadi gak nyaman bicara denganmu, takut digosipkan, dan takut mendapat sikap sinis saat tidak sengaja melakukan kesalahan. Pembawaan dirimu bisa sangat berpengaruh dengan bagaimana orang akan memandangmu, lho.
4.Sinisme bikin orang tidak nyaman

Apalagi, saat kamu bertemu orang baru. Ia pasti akan langsung merasa risi bila tahu karaktermu yang suka berbicara sinis. Vibes yang kamu bawa negatif dan membuat mereka tidak nyaman. Bahkan orang-orang terdekatmu pun perlahan akan merasa lelah.
Sekali dua kali, mereka memaklumi akan hal itu. Namun, terus-menerus menerima kesinisanmu sama saja dengan menyerap energi negatifmu masuk ke dalam tubuhnya.
Saat berinteraksi dengan orang lain, kamu pasti ingin mendapat energi positif sebanyak-banyaknya. Begitu pula dengan temanmu. Jangan demi suasana hati atau kepentinganmu pribadi, kamu seenaknya bersikap sinis pada orang lain. Coba posisikan diri sendiri, bila kamu yang mendapat sikap sinis tadi. Kamu pasti dongkol juga, kan?