Voice Against Reason, Perupa Lintas Asia-Pasifik Hadiri Museum MACAN

Upaya para seniman untuk menantang status quo

Jakarta, IDN Times - Para seniman dan penggemar seni tentunya tidak asing dengan Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN). Sejak berdiri di tahun 2017, museum ini memang sudah menjadi pusatnya seniman modern dan kontemporer. Museum MACAN yang beralamat di AKR Tower, Kebon Jeruk, Jakarta Barat juga terkenal akan berbagai program dan pamerannya.

Bulan ini, Museum MACAN kembali menghadirkan pameran baru berjudul "Voice Against Reason’‘ yang menampilkan karya-karya dari 24 perupa lintas Asia-Pasifik, di antaranya dari Bangladesh, India, Indonesia, Jepang, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Melalui karya tersebut, para perupa berpendapat, bersuara, dan menantang status quo.

Pada Rabu (15/11/2023), IDN Times mendapatkan kesempatan untuk hadir di acara preview "Voice Against Reason", tepat tiga hari sebelum pameran dibuka untuk publik. Rangkaian acara diawali oleh pembukaan dari tiga pembicara, yaitu Fenessa Adikoeseomo yang Ketua Yayasan Museum MACAN, Aaron Seeto selaku Direktur Museum MACAN, dan Putra Hidayatullah sebagai Ko-Kurator Pameran "Voice Against Reason". Lalu, dilanjutkan dengan tur pameran yang dipandu oleh Asisten Kuratorial Museum MACAN, Aditya Lingga dan Asri Winata. Para pengunjung juga dapat menyaksikan pertunjukan wayang bayangan “Oyong-oyong Ayang-ayang” oleh Jumaadi and The Shadow Factory.

Seperti kurator seni untuk karya yang dipamerkan, IDN Times juga telah mengkurasi 4 hal inti yang harus diketahui tentang pameran ‘Voice Against Reason’. Yuk, disimak sama-sama!

1. Tiga benang merah sebagai esensi Voice Against Reason

Voice Against Reason, Perupa Lintas Asia-Pasifik Hadiri Museum MACANNama-nama 24 perupa yang berpartisipasi dalam pameran di sebelah kiri logo ‘Voice Against Reason’ di Museum MACAN, AKR Tower, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, pada Rabu (15/11/2023). (IDN Times/Amara Zahra

Sebagaimana yang tertulis di pengantar pameran, "Voice Against Reason" memiliki tiga benang merah (faktor inti yang menghubungkan beberapa hal) yang menjadi basis karya-karya para seniman, yaitu:

  • Mother, Father, Fortress (Ibu, Ayah, Benteng) - mengeksplorasi hubungan antara kenyamanan dan kendali, patriarki, matriarki, dan belenggu yang mengekang
  • #everystupidlittlething (#semuahalkecilyangbodoh) - upaya pengumpulan penjelasan, pencatatan, dan pengarsipan digunakan untuk mengungkap absurditas dan humor, menjelajahi kerumitan kehidupan manusia dan berbagai susunan yang mereka bangun
  • Obsolescence/Extinction (Kekunoan/Kepunahan) - pembicaraan konsekuensi dari penggantian berbagai metode produksi yang kuno dan tidak efisien

2. Sebuah ruang untuk para seniman bercerita

Voice Against Reason, Perupa Lintas Asia-Pasifik Hadiri Museum MACANPutra Hidayatullah, Aaron Seeto, dan Fenessa Adikoeseomo membawa sejumlah kata pengantar untuk acara preview ‘Voice Against Reason’ di Museum MACAN, AKR Tower, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, pada Rabu (15/11/2023). (IDN Times/Amara)

“Kami harap pameran ini dapat menjadi sebuah safe space untuk kita semua bercerita  dan melalui karya para seniman, dapat melihat rasa kemanusiaan satu sama lain,” ujar Aaron Seeto saat pembukaan preview "Voice Against Reason" di Museum MACAN pada Rabu (15/11/2023).

Sementara itu, Putra Hidayatullah juga menambahkan bahwa banyak cerita dari karya yang menurut ia memiliki values dan hikmah. Cerita-cerita itu dapat membuat kita jadi reflektif serta menimbulkan pertanyaan yang membawa kita kembali ke realitas sehari-hari.

Karya pameran melintasi berbagai topik, seperti pembicaraan soal institusi, sejarah, hingga adat-adat. Sebagian besar diangkat dari pengalaman dan perspektif para seniman sendiri.

dm-player

Baca Juga: Angsukayana Batik Mangkunegaran, Pameran Wastra Keraton nan Legendaris

3. Karya dalam berbagai bentuk seni ditampilkan

Voice Against Reason, Perupa Lintas Asia-Pasifik Hadiri Museum MACAN(Dari kiri ke kanan) ‘Perpetuity’ karya Nadiah Bamadhaj dan ‘Threat’ karya Shilpa Gupta di Museum MACAN, AKR Tower, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, pada Rabu (15/11/2023). (IDN Times/Amara Zahra)

Karya di pameran "Voice Against Reason" hadir dalam berbagai bentuk seni rupa, seperti lukisan, instalasi video, ukiran kayu, hingga teks. Keragaman ini dapat membuat pengunjung memahami inti sari pameran dari berbagai bentuk dan sudut pandang serta mendapatkan pengalaman yang cukup fresh setiap saatnya.

Sebagai contoh, salah satu karya yang ditampilkan adalah instalasi video 12 monitor yang disusun secara sirkuler berjudul ‘Perpetuity’ karya Nadiah Bamadhaj. Karya ini menunjukkan rekaman abdi dalem (aparatur sipil yang bekerja untuk Kraton Yogyakarta) di tengah pelaksanaan laku dodok (cara berjalan dalam posisi jongkok untuk menunjukkan rasa hormat di budaya Yogyakarta).

Di lain sisi, Shilpa Gupta menampilkan karya yang bersifat performatif dan interaktif, yaitu sebuah tumpukan sabun yang menyerupai batu bara dengan tulisan “THREAT” (ancaman). Uniknya, pengunjung diperbolehkan untuk mengambil sabun dan dibawa pulang, lho! Hal ini untuk mengilustrasikan, seiring penggunaan sabun, kata “THREAT” akan mulai terhapus. Lantas, menimbulkan pertanyaan tentang apa yang sebenarnya dianggap sebagai ancaman serta bagaimana ancaman itu dapat dihapus secara kolektif.

4. Penampilan wayang bayangan dari Jumaadi and The Shadow Factory

Voice Against Reason, Perupa Lintas Asia-Pasifik Hadiri Museum MACANPertunjukan wayang bayangan “Oyong-oyong Ayang-ayang” oleh Jumaadi dan The Shadow Factory di Museum MACAN, AKR Tower, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, pada Rabu (15/11/2023). (IDN Times/Amara Zahra)

"Voice Against Reason" juga menampilkan pertunjukan wayang bayangan berjudul ‘Oyong-oyong Ayang-ayang’ oleh Jumaadi dan The Shadow Factory. Pertunjukan ini menceritakan kisah 823 pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia setelah diasingkan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Perpaduan antara seni wayang, cahaya, musik, serta alur cerita yang menarik, membuat penonton amat mudah untuk mendalami kisahnya.

Pameran "Voice Against Reason" akan mulai dibuka untuk publik dari hari Sabtu, 18 November 2023 hingga 14 April 2024. Tiketnya sudah bisa dibeli melalui halaman resmi Museum MACAN serta situs web lainnya seperti Tiket.com dan Traveloka.

Tunggu apa lagi? Jangan lupa beli tiketnya, ya!

Baca Juga: 8 Tips Mengunjungi Pameran, Jangan Datang saat Lapar! 

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya