TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sering Merasa Tak Layak? 5 Ciri-ciri Kamu Memiliki Imposter Syndrome

Kurang percaya diri, sehingga sering merasa tak pantas

ilustrasi merenung (pexels.com/Mikhail Nilov)

Istilah imposter syndrome muncul pertama kali pada tahun 1970-an yang digunakan oleh psikolog Suzanna Imes dan Pauline Rose. Pertama kali diperkenalkan istilah imposter sindrom atau sindrom penipu hanya berlalu bagi perempuan cerdas dan berprestasi saja.  

Kamu pernah merasa tak layak berada di lingkungan sekitarmu, sampai kamu harus selalu berusaha membuktikan kepada orang lain bahwa kamu berkompeten. Atau kamu pernah merasa tidak pantas untuk mencapai sesuatu dan merasa terintimidasi oleh orang-orang sekitarmu. Padahal, orang-orang di sekitarmu mungkin tak sebaik atau sehebat yang kamu kira. Nah! Lebih jelasnya simak 5 ciri-ciri orang yang memiliki imposter syndrome, berikut ini! 

1. Merasa dirinya telah membohongi orang lain, karena selalu menghubungkan kesuksesan dengan faktor eksternal seperti keberuntungan, bantuan orang lain, dan lain-lain

Ilustrasi perempuan sedang makan (Pixels.com/Adrienn)

Seseorang yang memiliki imposter syndrome memiliki kesulitan untuk sadar bahwa apa yang ia raih berasal dari dirinya sendiri. Alih-alih mengapreasiasi diri atas apa yang sudah diraih, ia cenderung merasa apa yang ia dapat hanya faktor keberuntungan saja. Sehingga, ia merasa malu atau takut terhadap orang lain, karena apa yang ia dapatkan tidak sesuai dengan kompetensi yang ia punya.  

Misalnya ketika kamu diberikan promosi dan penghargaan, namun kamu tidak merasa bahagia justru kamu merasa takut orang lain mengetahui bahwa kamu mendapatkan hal tersebut hanya keberuntungan saja. 

2. Memiliki tagline "Jika aku bisa, siapa pun juga bisa"

Ilustrasi wanita melukis (Pexels.com/Ana Sverts)

Seseorang yang memiliki sindrom penipu (Imposter syndrome) merasa dirinya tidak istimewa, tidak merasa ada kemampuan yang menonjol dibandingkan dengan orang lain. Mereka merasa apa pun yang ia bisa lakukan orang lain pun dapat melakukannya. Padahal, belum tentu seperti itu realitanya.

Seseorang yang memiliki sindrom imposter akan selalu berkata " Oh, itu bukan apa-apa. Saya yakin rekan setim saya bisa melakukan hal yang sama" atau "Saya tidak menawarkan sesuatu yang istimewa kepada perusahaan yang tidak bisa dilakukan orang lain."

Baca Juga: Mengenal Imposter Syndrome: Apakah Sukses adalah Keberuntungan?

3. Selalu merasa tak pantas di sekitar orang lian, sehingga ia selalu berusaha membuktikan bahwa dirinya kompeten

Ilustrasi perempuan (Pixels.com/Ekaterina Bolovtsova)

Artis-artis besar sebut saja seperti Emma Watson yang pernah merasa tidak layak menerima seperti penghargaan untuk aktingnya. Padahal, kita tahu bahwa aktingnya dia sangat keren. Tak hanya Emma, Nathalie Portman pun merasa bahwa dia terintimidasi oleh teman-temannya di kampus Harvard. Sehingga, mengharuskan dia membuktikan bahwa dirinya layak berada di sana. 

Berdasarkan hal tersebut, sebenarnya adanya rasa intimidasi, muncul keinginan untuk membuktikan mengindikasikan bahwa kita memiliki keraguan apa tentang diri kita sendiri. Sebenarnya ketika kamu sudah meraih sesuatu yang kamu sudah usahakan, itupun sudah menjadi bukti bahwa kamu memiliki kompetensi.

4. Ketika seorang memuji, ia tidak percaya begitu saja. Ia menganggap orang lain hanya berlaku baik saja

Potret 2 wanita ngobrol (Pixels.com/Cristhina Marillo)

Seorang yang memiliki sindrom imposter tidak menerima pujian begitu saja, karena ia merasa dirinya tidak layak untuk dipuji. Mereka menganggap penyanjung hanya ingin bersikap baik saja. Meraka mempercayai kalimat ini "Mereka memujiku karena harus muji, dan gak sopan kalo gak memuji", "Dia memberi selamat buat aku alasannya karena dia baik, bukan karena aku pantas mendapatkannya". Ya! segitu ragunya pada diri sendiri bagi seseorang yang memiliki sindrom imposter. 

Baca Juga: Mengenal Imposter Syndrome, Gejala Si Cerdas yang Merasa Tak Pantas

Verified Writer

Aneu Rizky Yuliana

A girl without others.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya