Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Keren! Ini 5 Bukti Kamu Termasuk Teman Curhat yang Bijaksana

Ilustrasi teman curhat (pexels.com/EKATERINA BOLOVTSOVA)
Ilustrasi teman curhat (pexels.com/EKATERINA BOLOVTSOVA)

Jadi tempat curhat langganan teman-teman bikin kamu sempat bertanya-tanya. Apa yang membuat mereka sampai percaya banget mau membuka rahasianya padamu, ya? Bahkan tak jarang, lho yang diceritakan itu menyangkut masalah yang terbilang pribadi.

Gak usah heran begitu, bisa jadi memang bagi mereka kamu adalah teman curhat yang bijaksana. Berikut lima bukti yang memperkuat dugaan tersebut. Coba bandingkan dengan dirimu sendiri. Pasti kelima tanda di bawah ini melekat erat di dirimu, deh. Cek satu per satu, yuk! 

1. Bisa menjadi pendengar yang baik dan sabar

Ilustrasi orang curhat (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Ilustrasi orang curhat (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Tidak semua orang betah mendengarkan ocehan teman soal masalah pribadinya, lho. Apalagi sesi curhat ini memakan waktu hingga berjam-jam lamanya. Namun tidak demikian denganmu. Dari dulu, kamu selalu bisa menjadi pendengar yang baik sekaligus sabar. Prinisipnya, selama kamu bersedia meluangkan waktu, itu artinya harus siap juga mendengarkan uneg-uneg yang dialami oleh temanmu ini. 

Lagi pula sejak awal janjian bertemu, kamu sudah menegaskan hanya punya waktu dua jam. Lebih dari itu, sesi curhat ini bisa dihentikan, dong. Temanmu gak akan marah apalagi tersinggung karena sudah tahu peraturannya. 

2. Tetap berupaya untuk tidak memihak salah satu sisi

Ilustrasi orang curhat (pexels.com/mentatdgt)
Ilustrasi orang curhat (pexels.com/mentatdgt)

Meskipun yang sedang curhat ini adalah sahabat baikmu sendiri, tapi kamu gak lantas membelanya begitu saja. Harus cari tahu dulu siapa yang salah. Jika memang temanmu berada di posisi korban, pasti kamu bakal mendukung dan menguatkannya. Sebaliknya, ketika terbukti dia yang salah kamu gak akan membelanya sama sekali. Justru bakal memberikan teguran keras demi kebaikannya. 

Memang gak jarang ada saja teman yang gak terima karena ditunjukkan di mana salahnya. Tapi begitu hatinya mulai tenang, doi jadi bisa mikir kalau yang kamu bilang itu ada benarnya juga. 

3. Tidak pernah menyepelekan masalah yang dihadapi teman

Ilustrasi menenangkan teman (pexels.com/Alex Green)
Ilustrasi menenangkan teman (pexels.com/Alex Green)

Walaupun masalah yang dihadapi temanmu terbilang receh, tapi kamu gak pernah meremehkannya. Sebab kamu sadar betul kondisi mental tiap orang itu berbeda-beda. Bisa jadi persoalan yang kamu anggap remeh, adalah problem yang cukup menguras emosi bagi temanmu. Makanya, kamu tetap bersikap simpatik padanya. 

Alhasil, teman-temanmu selalu merasa dihargai. Dari situ, mulai timbul kenyamanan saat curhat ke kamu. Memang awalnya yang dibahas cuma masalah sepele, tapi lama-lama mereka gak segan-segan lagi buat membeberkan masalah pribadinya yang lebih rumit, lho. 

4. Memberikan saran dan masukan tanpa berniat mengurui sama sekali

Ilustrasi memberi saran (pexels.com/Alexander Suhorucov)
Ilustrasi memberi saran (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Tak cuma sekadar mendengarkan, gak jarang kamu juga memberikan saran serta masukan kepada mereka. Namun, sebisa mungkin diusahakan untuk tidak terkesan mengurui. Posisinya, kamu cuma memberikan pandanganmu mengenai masalah yang tengah dihadapi temanmu ini. Bisa jadi, dia setuju atau malah menentangnya. 

Intinya, kamu gak mau dikira sok paling benar sendiri. Makanya, dari nada bicara dan penyampaiannya pun dibuat santai tapi tetap serius. Supaya temanmu bisa menerimanya dengan pikiran terbuka. Bukannya merasa sedang diceramahi habis-habisan. 

5. Mengembalikan keputusan final pada yang bersangkutan

Ilustrasi sahabat berpelukan (pexels.com/Anna Shvets)
Ilustrasi sahabat berpelukan (pexels.com/Anna Shvets)

Selesai sesi curhat dan setelah memberikan gambaran pandanganmu atas masalah ini, semua keputusan akhir dikembalikan lagi padanya. Temanmu berhak menolak atau menjalankan saran darimu. Tidak harus selalu nurut apa katamu, kok. Mentang-mentang doi sudah menghabiskan waktumu setengah hari sendiri, nih.

Kamu paham betul, posisimu hanya sebagai teman curhat. Masalahnya bukan masalahmu. Lagi pula, jika dipaksa ikut saran darimu dan ujung-ujungnya makin runyam, kamu juga yang harus bertanggung jawab, kan? 

Sekarang sudah gak heran lagi, kan kenapa kok banyak teman yang suka curhat ke kamu? Memang sedikit merepotkan, karena harus mendengarkan cerita orang mengenai masalah pribadinya. Tapi sisi baiknya, kamu bisa mengambil pelajaran dari pengalaman hidup mereka. Selamat, ya! Kamu telah terbukti sebagai teman curhat yang bijaksana. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Angel Rose
EditorAngel Rose
Follow Us