Hasyim dan Pedis Care: Teknologi yang Merawat Luka, Membalut Duka

Pelopor perawatan luka dengan teknologi modern

Bayangkan jika kamu sedang beraktivitas, kemudian kamu terjatuh dan salah satu bagian tubuhmu terluka. Pasti ada sedikit rasa kecewa serta nyeri, ya. Namun, jauh di bawah sadar, kamu akan merasa tenang karena luka itu akan segera sembuh setelah beberapa hari.

Pengalaman terluka pernah dialami oleh semua orang. Namun, tidak semua luka sederhana, loh. Kelompok penderita diabetes, luka kronis, serta luka akibat kanker akan memberikan reaksi yang berbeda ketika berbicara mengenai luka. 

Luka yang tak kunjung sembuh dapat mengurangi kualitas hidup seseorang secara nyata. Lebih jauh, memiliki luka kronis juga membuat citra diri seseorang cenderung rendah karena tidak dapat berfungsi dengan optimal.

Dari premis inilah Ahmad Hasyim Wibisono, yang biasa dipanggil Hasyim, menginisiasi lahirnya layanan kesehatan Pedis Care. Dengan basis nursepreneur, Pedis Care hadir untuk membantu mengobati luka secara komprehensif dengan memanfaatkan teknologi modern.

1. Sekilas tentang Pedis Care

Hasyim dan Pedis Care: Teknologi yang Merawat Luka, Membalut Dukagambar klinik Pedis Care Malang (instagram.com/ahmadhasyimwibisono)

Didirikan pada 2015, Pedis Care dimulai hanya dengan tiga personel. Makin berkembang, kini ada lebih dari 50 tenaga medis yang aktif melayani pengobatan pasien yang berbasis di Malang dan Sidoarjo. Awalnya, Pedis Care hanya melayani perawatan luka, terutama luka diabetes yang sulit sembuh. Namun, demi memenuhi kebutuhan pasien, Pedis Care kini juga melayani jasa homecare 24 jam dengan tenaga profesional yang diberi nama Pedis Caregiver. Tak cukup di sana, melihat makin banyak pihak yang tertarik di bidang pelayanan kesehatan berbasis bisnis, Pedis Care juga mulai mengadakan pelatihan perawatan luka CWCCA serta healthpreneur class, lho.

2. Berawal dari keprihatinan kepada penderita diabetes

Hasyim dan Pedis Care: Teknologi yang Merawat Luka, Membalut Dukaperawatan luka oleh Pedis Care (instagram.com/ahmadhasyimwibisono)

Luka ringan bisa dirawat sendiri di rumah. Sedangkan, luka yang cukup berat, seperti luka dengan penyakit diabetes sebagai penyerta, biasanya memerlukan perawatan khusus di fasilitas kesehatan. Namun, sebagai pendiri Pedis Care sekaligus dosen di Universitas Brawijaya, Hasyim merasa fasilitas kesehatan konvensional menangani luka dengan metode yang terlalu biasa. Dari tahun ke tahun, metode yang dipakai masih relatif sama dan cenderung tidak berkembang.

"Saya sebagai dosen yang membimbing mahasiswa praktek, saya melihat bahwa ketika awal membuat Pedis Care di tahun 2015, masih begitu-begitu saja, tidak ada yang berubah," ungkap Hasyim dalam wawancaranya.

Hasyim juga menyampaikan bahwa ide awal mendirikan Pedis Care adalah karena melihat perawatan luka diabetes yang tidak memadai. Hingga kebanyakan pasien dengan luka diabetes, apalagi di daerah kaki, berakhir di meja operasi untuk dilakukan amputasi. "Apakah iya, semua pasien ini harus berakhir dengan kehilangan kaki? Lalu, kita cari di internet, home searching, baru kemudian ketemu satu pelatihan khusus dan teknologi untuk luka semacam ini," ujarnya.

3. Perawatan luka yang tidak biasa

Hasyim dan Pedis Care: Teknologi yang Merawat Luka, Membalut Dukaperawatan luka oleh Pedis Care (instagram.com/ahmadhasyimwibisono)

Perawatan luka di Pedis Care memang berbeda dari fasilitas kesehatan konvensional. Strategi perawatan akan disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien serta menggunakan metode penanganan luka modern. Tenaga kesehatan yang dimiliki juga dipilih dengan kualifikasi standar Pedis Care serta telah menjalani pelatihan khusus perawatan luka. Alat dan bahan yang digunakan pun memiliki spesifikasi khusus. Tak heran jika tingkat penyembuhan luka pasien di Pedis Care mencapai 80 persen untuk luka biasa serta 88 persen untuk luka diabetes.

Baca Juga: Yoga Pratama, Perjuangkan Kesejahteraan Nelayan Lewat Fish Go!

4. Pemanfaatan teknologi AI

dm-player
Hasyim dan Pedis Care: Teknologi yang Merawat Luka, Membalut DukaAhmad Hasyim Wibisono sebagai CEO Pedis Care (instagram.com/ahmadhasyimwibisono)

Selain tenaga kesehatan, alat dan bahan yang telah distandardisasi, Pedis Care juga memanfaatkan teknologi modern dalam perawatan luka. Menurut Hasyim, salah satu tahap yang krusial dalam menangani luka pasien adalah mengetahui dimensi luka. Dimensi luka penting karena tata laksana awal dalam mengobati luka kronis adalah dengan melihat luas serta kedalaman luka. 

Dengan mengetahui dimensi luka secara cepat, tenaga kesehatan dapat segera memberikan strategi perawatan yang tepat kepada pasien. Pengukuran dimensi luka yang tepat juga menjadi tolok ukur dalam melihat keberhasilan strategi pengobatan. Jika luka mengalami perbaikan signifikan, maka strategi pengobatan pun akan dilanjutkan. Namun, jika hasilnya kurang memuaskan, maka pasien akan dirawat menggunakan strategi pengobatan lain.

Memanfaatkan teknologi AI dan berbekal koneksi dengan pengembang perangkat lunak di Malaysia, Hasyim menginisiasi sebuah aplikasi untuk mengetahui dimensi luka secara instan. Hanya dengan menggunakan satu smartphone, dimensi luka pasien dapat diketahui dengan cepat. Beberapa foto serta video diambil dari sudut pengambilan gambar tertentu, kemudian teknologi AI akan membaca data serta memberikan hasil yang diperlukan. Bahkan, perbaikan luka pasien bisa ditampilkan dalam bentuk grafik, lho. Hal ini tentunya akan memudahkan pasien maupun wali untuk mengetahui perkembangan pengobatan.

5. Kesulitan pemasaran pada awal usaha

Hasyim dan Pedis Care: Teknologi yang Merawat Luka, Membalut DukaAhmad Hasyim Wibisono sebagai CEO Pedis Care (Instagram.com/ahmadhasyimwibisono)

Metode pengobatan yang andal serta penggunaan teknologi terbaru tak serta merta membuat banyak pasien percaya kepada pelayanan Pedis Care. Hasyim mengaku, pada 3 bulan awal pembukaannya, Pedis Care hampir tidak memiliki pasien. "Kita kan developed something new, yang belum pernah ada sebelumnya. Kita masih polos, kita punya tempat dan sudah menyiapkan semuanya. Kita pikir banyak orang akan datang. Ternyata tidak. Selama 3 atau 4 bulan kita hampir tidak ada aktivitas," ujar Hasyim mengingat awal perjalanannya membuka Pedis Care.

Setelah ditelusuri, ternyata ada satu aspek yang kurang dari layanan jasa Pedis Care, yaitu strategi pemasaran yang tepat. Mengetahui hal tersebut, Hasyim segera mencari pelatihan kewirausahaan serta marketing. Berbekal pelatihan ini, Hasyim mulai nemanfaatkan media sosial, mengadakan peyuluhan serta mengunggah konten edukasi melalui YouTube. Usaha Hasyim membuahkan hasil hingga Pedis Care akhirnya dikenal masyarakat dan mendapatkan pasien.

Halangan di bidang pemasaran berhasil dilewati, tetapi rintangan baru siap mengadang. Karena merupakan jenis usaha yang belum pernah ada sebelumnya, sebagian konsumen memberikan pandangan negatif terkait harga jasa yang lebih tinggi dari layanan kesehatan konvensional. Namun, setelah muncul banyak testimoni kesembuhan, Pedis Care justru dicari karena memberikan harapan baru bagi pasien dengan luka kronis yang sudah kehilangan semangat untuk menjalani pengobatan.

6. Pelayanan bagi pasien kurang mampu

Hasyim dan Pedis Care: Teknologi yang Merawat Luka, Membalut DukaProgram penyaluran bantuan Pedis Care bagi pasien tidak mampu. (instagram.com/pedis_care)

Melihat usahanya kian berkembang, Hasyim pun mulai tergerak untuk membantu pihak-pihak yang membutuhkan layanan Pedis Care, tetapi kesulitan secara finansial. Tidak dapat dimungkiri, metode khusus yang dipakai Pedis Care membuat biaya perawatan tidak murah. Tidak semua kalangan beruntung bisa mendapatkan pengobatan di klinik ini. Berbekal kegelisahan ini, Hasyim mengusahakan kerja sama dengan berbagai organisasi sosial yang memiliki visi sama untuk membantu pengobatan pasien yang kurang mampu.

Awalnya, Hasyim memanfaatkan koneksinya ketika berkuliah di Australia dan menawarkan program bantuan. Tanggapan komunitas Indonesia Peduli Adelaide pun positif, banyak relawan yang mau menyumbangkan dana bagi pasien luka kronis yang kurang mampu. Tak sampai di sana, Pedis Care akhirnya juga bekerja sama dengan organisasi sosial lain seperti Rumah Zakat dan Dompet Dhuafa. Hingga saat ini Pedis Care mampu menerima pasien dari kalangan kurang mampu cukup dengan menunjukkan surat keterangan tidak mampu dari kelurahan.

7. Penghargaan bagi Pedis Care

Hasyim dan Pedis Care: Teknologi yang Merawat Luka, Membalut DukaHasyim sebagai finalis SATU Indonesia Awards (Instagram.com/ahmadhasyimwibisono)

Atas kerja keras ini, Hasyim berhasil mendapatkan apresiasi dari Astra lewat program penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards tahun 2019 di kategori kesehatan. Pedis Care dinilai mampu menjadi pelopor jasa layanan kesehatan baru serta bermanfaat bagi banyak orang. Prestasi yang luar biasa, bukan?

Meskipun banyak hal telah diraih, Hasyim rupanya masih memiliki impian besar untuk Pedis Care. Ia berharap layanan Pedis Care bisa lebih mudah diakses dengan memanfaatkan aplikasi yang terintregasi. Tak hanya itu, Hasyim juga memiliki angan-angan Pedis Cara yang kini berbasis di Malang dan Sidoarjo bisa berkembang dan menjangkau kota-kota besar lain di Indonesia.

Baca Juga: Eklin Amtor de Fretes: Merawat Perdamaian Menembus Sekat Segregasi

Anita Hadi Saputri Photo Verified Writer Anita Hadi Saputri

Seorang ibu | Freelancer

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Gagah N. Putra

Berita Terkini Lainnya