Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perjuangan Reza Riyady Mengalirkan Air Demi Perubahan di Desa Ban

Reza Riyady bersama kawan-kawan baliterseyum.id
Reza Riyady bersama kawan-kawan baliterseyum.id (dok. pribadi/Reza Riyady)
Intinya sih...
  • Reza Riyady Pragita, pahlawan lokal yang menebar senyuman lewat keperawatan
  • Fenomena sulitnya akses air bersih di Desa Ban, Bali timur, menginspirasi Reza untuk membantu
  • Program Sumber Air untuk Sesama (SAUS) berhasil direalisasikan dengan kolaborasi dan dukungan masyarakat
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Hidup di antara kemegahan Gunung Agung, sejuknya Danau Batur, tenarnya Savana Tianyar, dan birunya Laut Bali tak menjamin sejahtera. Buktinya, warga Desa Ban harus menapaki medan terjal sejauh 5 kilometer untuk mendapatkan salah satu sumber kehidupan, air bersih. Keadaan memilukan yang menggugah nurani Reza Riyady Pragita dalam perjalanannya ke Bali timur.

Perjalanan itu menjadi awal bagi Reza, pemuda asal Klungkung, sebagai pahlawan lokal yang patut kita apresiasi. Sisi kemanusiaan menumbuhkan rasa ingin menolong sesama. Berbagai aksi nyata dilakukan untuk membuat sumber air bersih lebih dekat dan mudah diakses oleh warga Desa Ban, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem.

1. Kecintaan terhadap profesi keperawatan inspirasi untuk menebar senyuman

Reza Riyady saat menjadi pemateri di Samudra Maritim Indonesia
Reza Riyady saat menjadi pemateri di Samudra Maritim Indonesia (instagram.com/rezariyadyid)

“Kata orang, bisa saja profesi yang kamu benci, akan menjadi profesi yang akan kamu cintai seumur hidupmu.” tulisan Reza pada 2019 dalam Instagram pribadinya.

Reza sempat menangis dan menyesali menjadi alumnus Ilmu Keperawatan. Banyak cara telah dilakukan untuk keluar dari dunia keperawatan, mulai beralih profesi di bidang marketing, supervisor dan manager store, hingga pengelola sebuah health and dance studio center. Namun, hati tak dapat berbohong. Pengalaman lebih dari setengah dekade membuatnya jatuh cinta dengan profesi tersebut.

Dunia keperawatan modern lekat dengan filosofi “The Light in The Darkness” dan sosok Florence Nightingale yang dijuluki sebagai The Lady with the Lamp. Sosok itulah yang menginspirasinya untuk lebih totalitas. Ia menekuni profesinya dari sisi berbeda dengan terjun langsung di tengah masyarakat.

Semangatnya untuk membantu sesama, terutama di daerah terpencil, muncul dari kebahagiaan yang dirasakan saat melihat orang lain tersenyum. Terlebih, ketika dirinya yang menjadi alasan. Hal ini meyakinkan Reza untuk memulai langkah sebagai founder balitersenyum.id dengan tagline “Senyummu, Senyumku, Senyum Kita Bersama”.

2. Ironi tersembunyi di balik pesona wisata Bali

Warga Desa Ban mengambil air yang jauh dari pemukiman
Warga Desa Ban mengambil air yang jauh dari pemukiman (dok. pribadi/Reza Riyady)

Reza menempuh perjalanan puluhan kilometer dari Klungkung ke Bali timur untuk berlibur. Dalam perjalanannya, ia melintasi desa yang terdampak erupsi Gunung Agung tahun 2019. Sejumlah hunian rusak, sehingga muncul niat untuk membantu memperbaikinya. 

Niat awalnya berubah, ketika fenomena di tengah masyarakat membuat merinding hingga menitikkan air mata. Pandangannya tertuju pada seorang ibu yang memindahkan air ke dalam beberapa jerigen. Kemudian, harus berjalan kaki dan mendorong gerobak, melintasi jalan setapak yang berliku beberapa kilometer.

Seketika terlintas dalam benak Reza, bagaimana kalau hal tersebut dialami oleh ibunya. Ia mengaku kagum pada wanita Bali yang punya tugas mulia, seperti menjaga dan mendidik anak. Di sisi lain juga bertugas menjaga stabilitas finansial keluarga serta memenuhi kebutuhan air, khususnya di Desa Ban.

Kalau kita bisa mandi dua hingga tiga kali sehari, mereka belum tentu dapat menikmati segarnya air dalam waktu tiga hari. Ada kalanya harus membeli air bersih dengan harga mencapai Rp100 ribu per drum. Jika ingin gratis, maka harus menunggu kiriman air yang tidak menentu dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) atau Palang Merah Indonesia (PMI) setempat.

Fenomena itu memberikan sudut pandang berbeda di balik citra Pulau Dewata sebagai tempat wisata yang mendunia. Mereka bukan tak mendapat edukasi maupun enggan menjaga kebersihan diri. Namun, sulitnya akses untuk mendapatkan air bersih membuat warga Desa Ban harus menjalani kehidupan dengan cara berbeda.

Reza mendokumentasikan fakta memilukan tersebut dalam ingatan dan kameranya. Tidak tinggal diam, ia menyusun strategi untuk menentukan langkah supaya tepat sasaran. Riset dan musyawarah bersama masyarakat desa pun dilakukan. 

3. Perjalanan Reza mewujudkan Program Sumber Air untuk Sesama (SAUS)

Kondisi Desa Ban tahun 2019
Kondisi Desa Ban tahun 2019 (dok. pribadi/Reza Riyady)

Musyawarah antara Reza dan kawan-kawan bersama masyarakat Desa Ban membuahkan hasil. Mereka telah mencapai kesepakatan untuk membuat bak penampungan di sekitar pemukiman, yang terhubung dengan sumber air berjarak beberapa kilometer. Visi itulah yang kemudian melahirkan Program SAUS untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Berbekal ilmu yang didapatkan semasa kuliah, ia menerapkan pendekatan community as partner sebagai salah satu langkah mewujudkan SAUS. Pendekatan tersebut menjadikan masyarakat sebagai pemeran utama dalam menangani masalahnya sendiri. Di sisi lain, ia bertekad untuk memberikan dorongan yang tak kalah penting.

Aksi demi kebaikan tidak dilakukan sendirian, Reza berkolaborasi dengan Pro Bali Ambassador dan Yayasan Ria Asteria Mahawidia bergerak bersama untuk memberikan dampak positif. Langkah kecil seperti campaign yang disebar melalui media sosial untuk penggalangan dana terasa sangat berarti. Proses ini tidak lepas dari peran masyarakat luas dan influencer.

Pundi-pundi rupiah mulai terkumpul, memberikan harapan, dan impian akan segera menjadi kenyataan. Siapa yang tidak girang? Demikian pula yang dirasakan Reza, ditambah lagi beberapa public figure turut berkontribusi.

Impian sudah di depan mata, langkahnya bebas seolah tanpa hambatan. Namun, jalan yang dilalui tak selamanya mulus. Masih ada kelokan, rintangan, dan medan terjal yang harus ditaklukkan.

4. Jalan terjal menjaga nyala harapan di tengah keterbatasan

Tangkapan layar jumlah penggalangan dana untuk SAUS
Tangkapan layar jumlah penggalangan dana untuk SAUS (dok. pribadi/Reza Riyady)

Pemikiran dan keberanian untuk memulai membawa Reza sejauh ini. Langkahnya mewujudkan SAUS untuk PHBS sudah setengah jalan, tetapi masih ada rangkaian ujian yang harus dihadapi. Ia mempertanyakan komitmen pada diri sendiri sebelum sampai finish. 

Sejumlah kegagalan menghadirkan keraguan dalam dirinya di tengah harapan masyarakat. Rupiah yang terkumpul belum seberapa, apakah cukup untuk merealisasikan SAUS? Untuk apa melangkah sejauh ini? Rentetan pertanyaan itu menghantui pikiran Reza.

Pada hari terakhir penggalangan dana, hanya terkumpul Rp2,8 juta. Padahal berbagai cara telah ditempuhnya, termasuk jalur politik. Tak dipungkiri bahwa ia sempat merasa khawatir, takut, cemas, dan hampir menyerah. Bagaimana jika dirinya tak mampu menunaikan janji pada masyarakat, yang telah menggantungkan secercah harapan padanya?

Semangatnya tak padam begitu saja, ia menepis rasa ragu dan percaya akan pertolongan Yang Maha Kuasa. Niat baik sudah berwujud gerakan nyata, ia tak lupa akan kekuatan doa. Bukankah Tuhan akan membukankan jalan keluar dari arah yang tidak disangka-sangka?

“Apa yang kita kerjakan dari hati, maka akan mengena ke hati lainnya. Ternyata, keajaiban kata-kata itu juga ada di saya pada saat itu,” kenang Reza akan apa yang dialami saat berada di titik terendahnya.

Setelah hari terakhir penggalangan dana, sebuah yayasan dari Sumatra Utara, yang bahkan namanya tidak dapat ditemukan di Google menghubungi Reza. Mereka memintanya untuk menceritakan lebih detail permasalahan dan program yang akan direalisasikan. Setelah itu, tanpa dinyana, bantuan sekitar Rp28 juta hingga Rp30 juta mengalir untuk mendukung terwujudnya SAUS.

Berkat pertolongan Tuhan, jalannya terasa lebih mudah. Kini, ia bisa bernapas lega. Yayasan Ria Asteria dan kelian adat setempat pun merasakan suka cita akan harapan yang sebentar lagi menjadi nyata. 

5. Aksi sederhana, masyarakat berdaya

Air mengalir di tengah masyarakat Desa Ban untuk pertama kalinya
Air mengalir di tengah masyarakat Desa Ban untuk pertama kalinya (dok. pribadi/Reza Riyady)

Masa sulit sejenak telah terlewati, berbagai bahan dan peralatan untuk membuat bak penampungan air telah didatangkan dari tempat terdekat. Masyarakat bergerak bersama untuk membangun impian lama. Jaringan pipa dari sumber air terdekat yang terhubung ke bak penampungan di sekitar pemukiman semakin nyata.

Kabar baik pun sampai di telinga Reza dan kawan-kawan. Masyarakat Desa Ban sudah berhasil merealisasikan apa yang dibutuhkan selama ini. Tanggal peresmian cubang (tempat penampungan air) pun telah ditetapkan. 

Pada Januari 2020, Reza bersama kawan-kawannya dari berbagai daerah, seperti Denpasar kembali menyambangi Desa Ban. Perjalanan kali ini diiringi cuaca cerah yang semakin lama justru terasa terik. Namun, ketika mendekati tujuan, hujan turun yang dikaitkan dengan pertanda baik. Bukan hujan lebat, melainkan hujan yang memberikan keteduhan.

“Filosofi orang Bali, apabila kita melakukan sebuah kebaikan dan itu hujan, berarti alam semesta merestui kita,” tutur Reza melalui Zoom pada Workshop Kompetisi Menulis Astra X IDN Times. 

Ia juga menuturkan ucapan salah seorang kawannya, “Wih! Sang Hyang Widhi Wasa tuh ngrestuin jalan kita. Buktinya, beliau kasih kita hujan.”

Hujan reda ketika proses peresmian berlangsung. Air mengalir untuk pertama kalinya dari jaringan ke dalam cubang. Senyum merekah terpancar dari wajah siapa saja yang berada di tempat itu.

Reza merasa bahagia, kagum, sekaligus haru saat merasakan betapa segarnya air tersebut. Sederhana, tetapi sangat berharga bagi masyarakat di 18 dusun di Desa Ban. Mereka pun mengucap rasa terima kasih tak terkira, mulai dari memberikan hasil bumi hingga berjanji untuk menjaga cubang yang ada.

6. Kebaikan yang membawa perubahan

Penyerahan cubang kepada warga Desa Ban
Penyerahan cubang kepada warga Desa Ban (dok. pribadi/Reza Riyady)

Kehadiran cubang melalui Program SAUS memberikan dampak luar biasa bagi masyarakat Desa Ban. Akses air bersih lebih mudah dan tercukupi. Selain itu, dapat mendukung peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat. 

Reza juga menjabarkan dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat dari daftar pasien dalam penanganannya. Meski tak sepenuhnya masyarakat dari Desa Ban, tetapi dapat memberikan sedikit gambaran adanya perubahan perilaku hidup menjadi lebih sehat. 

“Pasien-pasien saya dari Desa Ban atau Karangasem bagian utara, mereka lebih condong berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung, tempat saya bekerja. Mereka jarang mau berobat ke Karangasem kota. Jaraknya sama, tapi jalannya lebih enak ke Klungkung daripada ke Karangasem kota. Karena, sudah jalannya sulit, terus lebih jauh.”

“Saya dulu sering dapat pasien anak-anak dari Desa Ban dengan dehidrasi berat, yang di mana et causa adalah bacterial infection akibat dari diare. Belakangan ini, saya udah jarang banget dapat pasien-pasien rujukan pasien bayi dengan dehidrasi berat,” terang Reza.

Ia menyatakan bahwa angka Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) juga meningkat. Selaras dengan hasil utama Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang diunggah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan prevalensi diare pada balita menurun 4,9 persen dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2018 (dari 12,3 persen menjadi 7,4 persen). Selain itu, Kemenkes melalui Ayo Sehat menjabarkan data, secara nasional dari tahun 2007–2018 bahwa proporsi individu yang ber-PHBS berdasarkan kategori baik paling tinggi di Bali (59,2 persen), Jakarta (55,2 persen), Yogyakarta (51,9 persen), Sulawesi Utara (48,1 persen), dan Kepulauan Riau (47,5 persen). Bali selalu masuk 5 besar dalam kurun waktu tersebut.

Tanpa disadari, SAUS di Desa Ban turut berkontribusi untuk meningkatkan tren ber-PHBS di Provinsi Bali maupun nasional. Minimal mempertahankan di jajaran lima besar provinsi ber-PHBS paling baik. Walau beberapa tahun terakhir indikator Riskesdas mengalami perubahan.

Di sisi lain, Reza juga merasakan dampak besar dari Program SAUS. Ia tak menyangka, bahwa seseorang menghubungi dan memintanya untuk menceritakan kembali aksi nyata mewujudkan mimpi masyarakat Desa Ban. Tanpa ragu, ia menjabarkan perjalanannya.

Alhasil, Reza masuk dalam daftar penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards Tingkat Provinsi 2022 di bidang Kesehatan. Pencapaian tersebut menghubungkannya dengan orang-orang hebat dan organisasi yang memiliki misi serupa. Ia juga memperoleh relasi yang dapat membantu aksinya untuk menebar kebaikan dan mengukir senyum sesama di masa depan.

7. Semangat tetap berkobar untuk memberikan dampak yang lebih luas

Warga Desa Ban
Warga Desa Ban (dok. pribadi/Reza Riyady)

Rangkaian pencapaian yang diperoleh Reza tak membuatnya cepat puas. Semangatnya tetap berkobar untuk mewujudkan harapan dan memberikan dampak lebih luas. Cita-citanya lebih besar dari sebelumnya.

Setelah berhasil mengalirkan air di tengah masyarakat. Ia berharap para pemuda Desa Ban tidak lagi merantau. Sebagai gantinya, kembali untuk memajukan kampung halamannya.

Di dekat Desa Ban juga terdapat perusahaan air mineral. Tandanya, ada potensi besar ketersediaan air bersih. Jika masyarakat dapat memanfaatkannya dengan baik, maka dapat memiliki perusahaan air mineral yang dikelola secara mandiri.

Potensi lain untuk memanfaatkan sumber air bersih adalah membuat tirta pengelukatan, disesuaikan dengan masyarakat Bali yang terkenal religius. Tidak hanya sebagai tempat suci, tetapi juga dapat menjadi daya tarik wisatawan. Hal ini akan menjadikan Desa Ban sebagai desa wisata.

Reza berharap aksinya dapat menjadi percontohan untuk menyelesaikan masalah air bersih di Bali. Ia juga menginginkan masyarakat sejahtera, ada maupun tanpa kehadiran dirinya. Sebab, ia hanya bisa mendekatkan sumber air bersih yang belum cukup ketika musim kemarau tiba. 

Untuk mewujudkan harapannya diperlukan riset mendalam. Seperti mengutip jurnal Sistem Pengembangan Sumber Air Baku di Desa Ban Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem Bali, Desa Ban memiliki curah hujan yang rendah dan kondisi geologi yang kurang mendukung keberadaan sumber air permukaan yang memadai. Badan Wilayah Sungai (BWS) Penida Bali telah melakukan pengeboran sebanyak empat sumur. Namun, hanya satu yang saat ini dapat digunakan, tiga sumur lainnya terkendala pengadaan mesin pompa dan perlengkapan pendukung.

“Negara ini tidak butuh orang yang hanya sekadar pintar, namun jutaan orang yang memulai melakukan perubahan,” quote yang ditulis Reza saat menjadi pembicara. 

Meski permasalahan air bersih dapat muncul kembali ketika musim kemarau, tapi Reza sudah memberikan dampak dan membawa perubahan. Ia juga mengajak kita untuk terus bergerak, sekali pun dari hal kecil. 

“Mari kita bergerak dari hal yang kecil! Karena prinsip dalam saya, hidup seperti pohon. Hidup untuk menghidupi.”

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya, itu yang saya tanamkan,” pungkas Reza.

Prinsip hidup dan kutipan dari hadis riwayat Ahmad, Thabrani, dan Daruqutni tersebut menjadi penutup kisah yang dibagikan Reza pada Workshop Kompetisi Menulis Astra X IDN Times. Kisahnya semoga dapat menginspirasi kita untuk melakukan kebaikan terhadap sesama. Mari kita bergerak dari hal kecil! 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us

Latest in Life

See More

6 Cara Mengaplikasikan Buku Self Growth ke dalam Kehidupan Sehari-hari

11 Nov 2025, 23:15 WIBLife