Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bolehkah Minta Oleh-oleh pada Teman saat Libur Nataru?

ilustrasi siap berlibur (pexels.com/Gustavo Fring)

Sebagian besar temanmu hendak pergi berlibur memanfaatkan momen Natal dan tahun baru. Mereka pergi ke berbagai tujuan. Ada kawan yang sekadar pulang kampung, piknik ke dalam dan luar negeri, atau bekerja sekalian berwisata. Apa yang biasanya kamu lakukan?

Apakah dirimu termasuk orang yang suka cepat-cepat minta oleh-oleh? Ke mana pun tujuan liburannya, kamu mengharapkan jatah khusus. Bahkan bila kamu sendiri juga akan berlibur. Dirimu tetap merasa kurang lengkap andai tak mendapatkan buah tangan dari orang lain.

Lebih-lebih ketika kamu tidak bisa ikut berlibur. Boleh jadi sikapmu setengah memaksa mereka untuk membawakanmu sesuatu sepulang berlibur. Sebenarnya, boleh atau tidak minta oleh-oleh pada kawan yang hendak pergi berlibur? Di bawah ini penjelasan mengenai tata kramanya.

1. Jika dia yang menawari, kenapa tidak?

ilustrasi berlibur (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Teman yang murah hati boleh jadi tergerak buat terlebih dahulu menawarimu ingin dibawakan apa. Mungkin juga dia kasihan padamu yang tak dapat berlibur seperti mayoritas orang. Ia pun tak enak apabila bertemu denganmu selepas liburan tanpa memberikan sesuatu pun.

Niatnya sejak awal untuk membelikanmu oleh-oleh telah kuat. Daripada dia salah membeli sesuatu yang kurang disukai olehmu, lebih baik buatnya bertanya dulu. Jika kamu yang mengatakannya, oleh-olehnya pasti bakal bermanfaat. Bila begini situasinya, gak ada salahnya buatmu menyebutkan oleh-oleh yang diinginkan.

Kalau dirimu selalu menolak tawaran orang lain, ia justru bisa merasa kurang disukai olehmu. Selama kamu tahu dia bukan tipe orang yang cuma senang berbasa-basi, jangan malu-malu. Dengan ia menawarimu, artinya ia telah menyiapkan bujetnya. Biasanya orang yang menawarimu oleh-oleh begini hanyalah kawan yang amat dekat.

2. Tapi jangan minta oleh-oleh yang mahal atau sulit dicari

ilustrasi siap berlibur (pexels.com/Clem Onojeghuo)

Meski teman baik sudah menawarimu terlebih dahulu, tetap ada batasan yang wajib diperhatikan. Ini bukan waktumu buat memanfaatkan kebaikannya sebesar-besarnya. Jangan bersikap tidak tahu diri dengan meminta oleh-oleh yang mahal. Boro-boro dia mau membelikannya untukmu.

Ia pun mungkin belum pernah membelinya buat diri sendiri. Makin murah oleh-oleh yang diminta makin baik. Kalaupun nanti dia membelikanmu lebih dari itu gak masalah. Terpenting kamu tak membebaninya di awal. Dirimu dapat meminta gantungan kunci atau gelang kayu yang banyak dijual di tempat-tempat wisata.

Selain harga yang terjangkau, barangnya juga wajib gampang dicari. Terutama kalau kawan bukan sekadar pulang kampung. Dia murni wisatawan di suatu tempat tujuan wisata sehingga gak tahu banyak lokasi. Mintalah oleh-oleh yang menjadi ciri khas daerah tersebut supaya ia mudah memperolehnya. 

3. Batasi satu jenis dan sedikit saja

ilustrasi berlibur (pexels.com/Nina Uhlikova)

Minta oleh-oleh tidak sama dengan kamu memberikan sejumlah uang pada seseorang buat membelikan ini itu. Makanya, batasi permintaanmu menjadi satu jenis oleh-oleh saja. Contohnya, kaus. Jumlahnya juga gak boleh banyak-banyak.

Sekalipun oleh-oleh yang diminta hanya sejenis, kalau jumlahnya banyak tentu menjadi mahal. Juga kasihan temanmu dalam membawanya. Ingat bahwa dia mungkin mesti membawakan oleh-oleh untuk banyak orang. Belum lagi barang bawaannya sendiri. Jangan sampai ia menambah biaya bagasi.

Sebagai contoh, seseorang hendak berlibur ke Jogja. Mintalah bakpia satu kotak saja buat pengobat rindu untukmu yang gak bisa pulang kampung. Barangnya yang berukuran cukup kecil dan ringan memudahkannya dalam membawa. Dari segi harga juga sangat terjangkau. Jika ternyata dia membelikanmu lebih dari itu, terserah dirinya saja.

4. Bila tidak ditawari, jangan minta atau kasih kode

ilustrasi berlibur (pexels.com/Trần Long)

Miliki rasa malu pada saat yang tepat biar orang lain gak sebal padamu. Terkesan remeh, tetapi kebiasaan meminta oleh-oleh dapat sangat mengganggu orang lain. Utamanya tanpa dia terlebih dahulu menawarimu. Artinya, ia kemungkinan besar memang tak berniat membelikanmu oleh-oleh.

Sedekat apa pun hubungan kalian, kamu tidak perlu tahu-tahu minta dibelikan sesuatu. Bahkan sekadar memberikan kode halus pun terlarang. Kawanmu yang perasa bakal merasa tidak enak apabila mengabaikan keinginanmu. Padahal, kamu tak tahu besaran anggaran liburannya dan rencana kegiatannya nanti.

Boleh jadi temanmu sama sekali gak hendak mampir ke toko oleh-oleh. Ia hanya ingin menikmati wisata alamnya. Sampai dia kembali pun, jangan pernah dirimu menyindirnya. Seperti dengan berkata, "Katanya baru berlibur, kok gak ada oleh-olehnya?" Orang yang berlibur memang tidak wajib kasih oleh-oleh buat siapa pun.

5. Pakai jastip saja kalau menginginkan sesuatu

ilustrasi pulang berlibur (pexels.com/Timur Weber)

Sekarang apa-apa makin mudah. Kalaupun kamu tidak bisa pergi berlibur seperti orang-orang, bukan artinya oleh-oleh khas suatu daerah tidak dapat diperoleh. Tinggal dirimu mau mengeluarkan uang untuk itu atau hanya mengandalkan gratisan dari kawan. Banyak oleh-oleh khas daerah sudah dijual di marketplace.

Jika pun barang yang diinginkan tidak ada di toko online, manfaatkan para penyedia jastip. Mereka bakal dengan senang hati mencarikan apa pun yang diinginkan olehmu. Tentu kamu menjadi harus membayar sesuai harga barang dan jasanya. Akan tetapi, martabatmu terjaga.

Sekalian buat membantu penyedia jastip dalam mencari rezeki. Memakai jasa mereka sama sekali tidak merepotkannya. Mereka malah senang. Lain dengan apabila dirimu minta oleh-oleh pada teman yang hendak berlibur. Mereka belum berangkat saja rasanya sudah terbebani. Temanmu gak bisa sepenuhnya menikmati liburannya.

Walau kamu tidak dapat ikut berlibur, jangan seperti minta dikasihani oleh siapa pun. Permintaan akan oleh-oleh dapat membuat teman pusing tujuh keliling. Anggaran liburannya terbatas. Begitu juga tenaganya untuk mengangkat barang-barang bawaan. Andai pun teman dekat seru berlibur dan sama sekali gak membawakanmu oleh-oleh, jangan lantas menyebutnya pelit.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us