Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Cara Menghadapi Tekanan Sosial dalam Dunia Parenting

ilustrasi orangtua dan anak
ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Gustavo Fring)
Intinya sih...
  • Memahami bahwa setiap anak berbeda
  • Menetapkan batasan pada lingkungan sekitar
  • Mengelola informasi dari media sosial
  • Mencari dukungan yang sehat
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Menjadi orangtua tidak hanya tentang mengasuh dan merawat anak, tetapi juga menghadapi berbagai tekanan sosial yang muncul dari lingkungan sekitar. Mulai dari perbandingan gaya pengasuhan, komentar keluarga besar, hingga opini orang lain, semua itu bisa menjadi beban mental yang tidak ringan. Tekanan sosial ini kerap membuat orangtua merasa ragu dengan keputusan yang sudah diambil, seolah selalu ada standar tertentu yang harus dipenuhi agar dianggap berhasil.

Fenomena tersebut semakin kuat di era media sosial. Foto dan cerita tentang anak orang lain yang tampak selalu bahagia bisa memunculkan rasa cemas, bahkan rasa bersalah ketika kehidupan pribadi tidak terlihat seideal itu. Padahal, setiap keluarga memiliki perjalanan unik yang tidak bisa disamakan dengan orang lain. Oleh karena itu, penting untuk menemukan cara menghadapi tekanan sosial dalam dunia parenting agar tetap tenang dalam menjalani peran sebagai orangtua.

1. Memahami bahwa setiap anak berbeda

ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/RDNE Stock project)

Salah satu sumber tekanan terbesar datang dari perbandingan dengan anak orang lain. Banyak orangtua merasa khawatir ketika perkembangan anak tidak sama cepatnya dengan teman sebayanya, misalnya dalam hal berbicara, berjalan, atau prestasi akademik. Hal ini bisa menimbulkan kecemasan berlebih, padahal setiap anak memiliki fase pertumbuhan yang berbeda.

Dengan memahami bahwa setiap anak berkembang sesuai ritme masing-masing, orangtua dapat lebih fokus pada kebutuhan nyata buah hati tanpa terbebani standar sosial. Konsultasi dengan tenaga profesional seperti dokter anak atau psikolog perkembangan jauh lebih bermanfaat daripada sekadar mendengarkan komentar orang sekitar. Langkah ini akan membantu mengurangi tekanan dari perbandingan yang sebenarnya tidak relevan.

2. Menetapkan batasan pada lingkungan sekitar

ilustrasi orangtua dan anak
ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Elina Fairytale)

Tekanan sosial sering muncul dari komentar orang lain, baik keluarga besar maupun tetangga. Banyak orang merasa bebas memberikan saran yang terkadang tidak sesuai dengan kondisi keluarga. Jika hal ini dibiarkan, rasa tertekan bisa semakin bertambah hingga memengaruhi kepercayaan diri dalam mengasuh anak.

Menetapkan batasan komunikasi menjadi penting agar orangtua bisa menjaga kesehatan mental. Menolak secara halus atau mengalihkan pembicaraan dapat membantu mengurangi intensitas komentar yang mengganggu. Dengan begitu, fokus tetap terjaga pada hal-hal yang lebih penting, yaitu kesejahteraan anak dan keharmonisan keluarga.

3. Mengelola informasi dari media sosial

ilustrasi orangtua dan anak
ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Media sosial bisa menjadi sumber inspirasi, tetapi juga pemicu tekanan sosial. Melihat postingan tentang pencapaian anak orang lain sering kali membuat orangtua merasa kurang berhasil. Padahal, yang ditampilkan di media sosial hanyalah potongan kecil dari kehidupan seseorang, bukan gambaran utuh yang sebenarnya.

Mengelola informasi dengan bijak berarti memilih konten yang benar-benar bermanfaat dan mengurangi paparan pada hal-hal yang menimbulkan kecemasan. Mengikuti akun edukatif tentang parenting atau komunitas pendukung bisa membantu menumbuhkan rasa percaya diri. Sementara itu, membatasi waktu menggunakan media sosial juga memberi ruang untuk lebih fokus pada hubungan langsung dengan anak.

4. Mencari dukungan yang sehat

ilustrasi konsultasi keluarga
ilustrasi konsultasi keluarga (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Tekanan sosial akan terasa lebih ringan jika memiliki dukungan emosional yang kuat. Berbicara dengan pasangan, sahabat, atau bergabung dalam komunitas orangtua bisa memberikan rasa lega karena masalah dibagikan dengan orang yang memahami situasi serupa. Dukungan ini bukan hanya memberi semangat, tetapi juga membuka kesempatan untuk belajar dari pengalaman orang lain tanpa merasa dihakimi.

Selain itu, tidak ada salahnya meminta bantuan profesional ketika tekanan sudah terlalu berat. Konseling dengan psikolog keluarga dapat membantu menemukan strategi pengasuhan yang sesuai dan memperkuat ketahanan mental. Dengan adanya dukungan yang sehat, orangtua bisa merasa lebih tenang dan percaya diri dalam menjalani peran penting mereka.

Tekanan sosial dalam dunia parenting merupakan hal yang sulit dihindari, tetapi bukan berarti tidak bisa diatasi. Dengan memahami cara menghadapi tekanan sosial dalam dunia parenting, orangtua dapat lebih fokus pada kebutuhan nyata keluarga. Pada akhirnya, keberhasilan dalam mengasuh bukan ditentukan oleh pandangan orang lain, melainkan oleh kebahagiaan dan perkembangan anak itu sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Life

See More

6 Penempatan Tanaman Hias Gantung yang Aman dan Estetik, Terapkan! 

01 Okt 2025, 17:15 WIBLife