Dari Kami, Non Muslim yang Ikut Bahagia Menyambut Ramadan

Semua umat muslim pasti mempersiapkan bulan Ramadan dengan baik, agar pada hari puasa tiba bisa fokus beribadah. Ibadah dimulai dari Sahur sampai Tarawih, bahkan tidak sedikit juga yang melanjutkan ibadahnya dengan Shalat di tengah malam.

Sepanjang hari dipenuhi dengan doa dan ibadah, tidak kah menjadi hari yang teduh dan menenangkan hati ? Banyak energi-energi positif berhamburan di alam semesta. Setiap kali mau marah, selalu teringat kalau sedang berpuasa, setiap umat muslim menjaga hati dan tutur kata agar tidak mengundang dosa. Dunia menjadi lebih damai, membuat kami non Muslim menjadi ikut menjaga perilaku menghargai mereka yang berpuasa.

Suasana ini yang tidak bisa didapatkan di bulan lain sepanjang tahun selain bulan Ramadan. Anak-anak kecil dan ibu-ibu sudah ramai mengelilingi pusat-pusat jajanan takjil menyambut buka. Jajaran makanan yang begitu banyak tampak sedap dipandang dan mengundang selera. Di beberapa tempat bahkan, sambil menunggu buka puasa, orang-orang duduk bercengkrama. Keramaian yang penuh canda tawa dan aktivitas-aktivitas penuh keakraban. Apa yang tidak lebih menyenangkan dari menyaksikan pemadangan ini ?

Seminggu sebelum Lebaran, banyak dari pusat perbelanjaan menggelar discount besar-besaran. Banyak orang berbondong-bondong berebut membeli barang-barang murah. Kesempatan ini tentunya tidak hanya milik mereka yang sedang berpuasa saja, tapi juga berlaku bagi kami yang tidak berpuasa.

Bagi beberapa orang, merasakan macet nya jalur mudik dan ramainya bandara, terminal atau stasiun mungkin menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan. Tapi dari pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan itu, nyatanya masih banyak orang yang mau dan rela merasakan pengalaman itu setiap tahun. Bagi beberapa orang, perjalanan yang panjang dan melelahkan adalah pengalaman berharga dan seru yang selalu jadi bahan cerita ketika bertemu dengan keluarga di kampong halaman.

Nah, inilah moment yang paling dinanti dari sepanjang bulan Ramadan. Ketika tiga puluh hari “bersusah-susah” menahan diri menghadapi godaan, perjuangan itu tentu tak sebanding dengan bahagianya saat berkumpul bersama dengan keluarga.

Bagi kami anggota keluarga yang tidak menjalankan ibadah puasa, kami ikut berbahagia melihat anggota keluarga lain yang sedang merayakan kemenangannya menghadapi godaan selama bulan Ramadan. Momen Idul Fitri inilah momen yang paling tepat untuk kami juga memohon maaf kepada anggota keluarga lain yang merayakan Idul Fitri. Pasti, beberapa hari dalam satu tahun yang lalu, kami melakukan kesalahan atau mengatakan hal-hal yang menyakitkan sebagai saudara. Di hari yang Fitri inilah, semua dosa dan kesalahan menjadi “Nol” lagi. Bahagianya saling memaafkan.

Makanan yang paling dicari saat hari Raya, ketupat opor ayam dan sambal goreng ati buatan keluarga. Setiap rumah, selalu menyediakan hidangan spesialnya, tetapi tidak mungkin kehilangan menu yang satu itu. Bagi kami yang tidak menjalankan ibadah puasa, namun bisa ikut menikmati hidangan ini setiap tahun tentu menjadi kebahagiaan tersendiri.