Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Bystander Effect, Fenomena di Mana Orang Sukar untuk Menolong

ilustrasi menolong (pexels.com/Samantha Garrote)

Apakah kamu pernah melihat orang yang terluka, tertindas, atau terancam di depan matamu, tapi kamu tidak berbuat apa-apa? Apakah kamu merasa bahwa ada orang lain yang lebih bertanggung jawab, lebih berani, atau lebih tahu apa yang harus dilakukan? Jika ya, maka kamu mungkin mengalami bystander effect atau dampak bystander.

Bystander effect adalah fenomena psikologis yang menggambarkan pengaruh negatif dari kehadiran orang lain terhadap kemauan seseorang untuk menolong orang yang membutuhkan. Fenomena unik ini pertama kali dipopulerkan oleh kasus pembunuhan brutal terhadap Kitty Genovese pada tahun 1964. Saat itu, 38 orang menjadi saksi namun tidak ada yang menghubungi polisi. Berikut adalah lima fakta menarik tentang bystander effect, penyebabnya, dan cara mencegahnya.

1. Bystander effect terjadi karena tiga faktor psikologis utama

ilustrasi pasangan (pexels.com/SHVETS production)

Menurut penelitian, ada tiga faktor psikologis utama yang menyebabkan bystander effect, yaitu:

  • Diffusion of responsibility: Orang merasa tanggung jawabnya berkurang ketika ada orang lain yang hadir, sehingga mereka berpikir bahwa orang lain akan bertindak atau sudah bertindak.
  • Evaluation apprehension: Orang takut mendapat penilaian negatif dari orang lain jika mereka bertindak, misalnya dianggap sok pahlawan, bodoh, atau ikut campur urusan orang.
  • Pluralistic ignorance: Orang salah mengira bahwa orang lain memiliki pengetahuan atau pandangan yang berbeda dari mereka, sehingga mereka mengikuti perilaku mayoritas. Jika tidak ada orang lain yang bertindak, mereka menganggap bahwa situasinya tidak darurat atau tidak memerlukan bantuan.

2. Bystander effect bisa terjadi dalam situasi darurat maupun sehari-hari

ilustrasi menangis (pexels.com/MART PRODUCTION)

Bystander effect sering dikaitkan dengan situasi darurat, seperti kecelakaan, kekerasan, atau bencana. Namun, fenomena ini juga bisa terjadi dalam situasi sehari-hari, seperti ketika seseorang membutuhkan bantuan untuk mengangkat barang berat, meminjam uang, atau menyelesaikan tugas. Dalam hal ini, bystander effect bisa mempengaruhi tingkat altruisme atau kemanusiaan seseorang.

3. Bystander effect bisa dipengaruhi oleh karakteristik korban, penolong, dan situasi

ilustrasi menangis (pexels.com/Keira Burton)

Bystander effect tidak selalu terjadi dengan intensitas yang sama. Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kemungkinan seseorang untuk menolong atau tidak, seperti:

  • Karakteristik korban: Orang cenderung lebih mau menolong korban yang mereka kenal, mirip, atau menyukai daripada yang asing, berbeda, atau tidak menyukai. Selain itu, orang juga lebih mau menolong korban yang tampak membutuhkan bantuan daripada yang tidak.
  • Karakteristik penolong: Orang yang memiliki kepribadian, nilai, atau motivasi yang pro-sosial cenderung lebih mau menolong daripada yang tidak. Selain itu, orang yang memiliki keterampilan, pengetahuan, atau pengalaman yang relevan dengan situasi juga lebih mau menolong daripada yang tidak.
  • Karakteristik situasi: Orang lebih mau menolong jika situasinya tampak mendesak, berbahaya, atau jelas daripada yang tidak. Selain itu, orang juga lebih mau menolong jika ada petunjuk, imbalan, atau norma sosial yang mendukung perilaku menolong daripada yang tidak.

4. Bystander effect bisa berdampak negatif bagi korban, penolong, dan masyarakat

ilustrasi menolong (pexels.com/SHVETS production)

Bystander effect bisa menimbulkan dampak negatif bagi korban, penolong, dan masyarakat, seperti:

  • Korban: Korban bisa mengalami cedera, trauma, atau kematian akibat tidak mendapat bantuan yang tepat dan cepat. Korban juga bisa merasa tidak dihargai, tidak dipedulikan, atau tidak dicintai oleh orang lain.
  • Penolong: Penolong bisa merasa bersalah, menyesal, atau malu karena tidak bertindak ketika ada orang yang membutuhkan bantuan. Penolong juga bisa kehilangan rasa percaya diri, harga diri, atau kemanusiaan mereka.
  • Masyarakat: Masyarakat bisa menjadi kurang solidaritas, harmonis, atau peduli terhadap sesama. Masyarakat juga bisa menjadi lebih apatis, individualis, atau egois.

5. Bystander effect bisa dicegah dengan beberapa cara

ilustrasi teman (pexels.com/SHVETS production)

Bystander effect bukanlah hal yang tidak bisa diubah. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah atau mengurangi fenomena ini, seperti:

  • Menyadari adanya bystander effect dan dampaknya bagi diri sendiri dan orang lain.
  • Meningkatkan rasa tanggung jawab, empati, dan kemanusiaan terhadap orang yang membutuhkan bantuan.
  • Mengurangi rasa takut, malu, atau ragu untuk bertindak di depan orang lain.
  • Mencari informasi, petunjuk, atau bantuan dari orang lain yang ada di sekitar.
  • Menyebut nama, memberi instruksi, atau meminta bantuan secara langsung kepada orang tertentu.
  • Memberi contoh, pujian, atau imbalan kepada orang yang menunjukkan perilaku menolong.

Bystander effect adalah fenomena psikologis yang menunjukkan betapa sulitnya bagi orang untuk menolong orang lain yang membutuhkan bantuan. Namun, bystander effect bukanlah hal yang tak terelakkan. Kita bisa mencegah atau mengurangi fenomena ini dengan cara-cara yang sederhana namun efektif, seperti yang telah dijelaskan di atas. Dengan demikian, kita bisa menjadi penolong yang aktif, bukan penonton yang pasif, dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fajar Laksmita
EditorFajar Laksmita
Follow Us