Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Gestur yang Gak Cocok saat Ngomong Bahasa Inggris

ilustrasi seorang terlihat sombong (freepik.com/katemangostar)
ilustrasi seorang terlihat sombong (freepik.com/katemangostar)
Intinya sih...
  • Posisi tangan menyilang dianggap defensif atau agresif pasif di budaya Barat
  • Menunjuk langsung dengan jari dianggap kasar dan menuduh dalam bahasa Inggris
  • Senyum berlebihan atau tidak pada tempatnya dapat membuatmu terlihat tidak serius atau tidak tulus
  • Kontak mata yang cukup menunjukkan kepercayaan diri, tetapi jangan berlebihan
  • Gerakan tangan yang terlalu banyak, cepat, atau besar bisa menjadi distraksi bagi lawan bicara

Ngomong pakai bahasa Inggris itu gak cuma soal pilihan kata dan pelafalan. Bahasa tubuh alias body language juga punya peran penting. Bahkan, dalam banyak situasi, gestur atau ekspresi wajah bisa lebih berpengaruh daripada apa yang kamu ucapkan. Masalahnya, beberapa kebiasaan gestur yang dianggap biasa aja di Indonesia justru bisa disalahartikan atau dianggap gak sopan di budaya berbahasa Inggris, terutama di negara-negara Barat.

Jadi kalau kamu lagi presentasi, ngobrol sama native speaker, atau bahkan wawancara kerja dalam bahasa Inggris, kamu gak cuma harus mikirin grammar, tapi juga bahasa tubuh yang kamu tunjukkan. Yuk, kenali lima bahasa tubuh yang sebaiknya kamu hindari saat ngomong bahasa Inggris!

1. Melipat tangan di depan dada

Ilustrasi melipat tangan (pexels.com/Yan Krukau)
Ilustrasi melipat tangan (pexels.com/Yan Krukau)

Kita sering banget lihat orang berdiri dengan tangan menyilang di depan dada, entah karena nyaman atau kebiasaan. Di Indonesia, ini bisa jadi posisi tubuh yang netral atau malah tanda fokus. Tapi di banyak budaya Barat, gestur ini sering dianggap defensif, tertutup, atau bahkan agresif pasif.

Kalau kamu sedang berdiskusi atau menyampaikan ide, berdiri dengan tangan menyilang bisa bikin kamu kelihatan gak terbuka pada opini orang lain. Citra kamu bisa jadi kaku dan sulit didekati, padahal mungkin kamu cuma gugup. Sebagai gantinya, coba posisikan tangan di samping tubuh secara rileks atau gunakan gestur tangan terbuka saat menjelaskan sesuatu. Ini akan membuatmu terlihat lebih percaya diri dan approachable.

2. Menunjuk langsung dengan jari telunjuk

Ilustrasi menunjuk (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Ilustrasi menunjuk (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menunjuk pakai jari telunjuk mungkin terasa biasa aja di sini, apalagi saat ingin menekankan sesuatu. Tapi di negara-negara berbahasa Inggris seperti Amerika atau Inggris, menunjuk langsung ke seseorang dengan jari bisa dianggap kasar dan menuduh.

Gestur ini bisa memberikan kesan agresif, seolah kamu sedang menyalahkan atau menyerang lawan bicara. Apalagi jika digunakan saat kamu sedang memberikan pendapat atau menyanggah sesuatu. Kalau kamu perlu mengarahkan perhatian seseorang ke suatu hal, lebih baik gunakan seluruh tangan atau anggukan kepala sebagai isyarat. Lebih sopan, lebih aman.

3. Senyum terus-menerus tanpa konteks

ilustrasi seseorang ngobrol (freepik.com/freepik)
ilustrasi seseorang ngobrol (freepik.com/freepik)

Orang Indonesia dikenal ramah dan murah senyum, bahkan dalam situasi formal. Tapi di banyak konteks berbahasa Inggris, terutama dalam suasana profesional, senyum yang terlalu sering atau gak pada tempatnya bisa bikin kamu terlihat gak serius, gugup, atau malah gak tulus.

Misalnya, kamu senyum saat membicarakan topik serius atau saat lawan bicara sedang menyampaikan kritik. Itu bisa terasa gak pas dan membuat pesanmu kehilangan bobot. Senyum tetap penting, tentu saja. Tapi pastikan senyumanmu muncul di momen yang tepat, seperti saat menyapa, memberi pujian, atau menutup pembicaraan dengan nada positif.

4. Kontak mata yang terlalu minim atau malah berlebihan

ilustrasi bersama sahabat (freepik.com/freepik)
ilustrasi bersama sahabat (freepik.com/freepik)

Kontak mata adalah salah satu aspek paling krusial dalam komunikasi antarbudaya. Dalam budaya berbahasa Inggris, kontak mata yang cukup dianggap sebagai tanda kepercayaan diri dan ketulusan. Sebaliknya, kalau kamu terus menghindari tatapan lawan bicara, kamu bisa dianggap gak jujur, gugup, atau kurang antusias.

Tapi kontak mata juga gak boleh berlebihan. Menatap seseorang terlalu lama tanpa berkedip atau berganti fokus bisa terasa mengintimidasi atau gak nyaman. Idealnya, lakukan kontak mata sewajarnya, tatap mata lawan bicara saat menyampaikan poin penting, lalu alihkan sesekali ke arah lain agar percakapan tetap natural.

5. Gerakan tangan yang berlebihan dan terburu-buru

Ilustrasi gestur tangan saat berbicara (pexels.com/Kevin Malik)
Ilustrasi gestur tangan saat berbicara (pexels.com/Kevin Malik)

Menggunakan tangan saat bicara itu sah-sah aja, bahkan bisa membantu memperjelas maksud. Tapi gerakan tangan yang terlalu banyak, terlalu cepat, atau terlalu besar bisa jadi distraksi bagi lawan bicara.

Apalagi kalau kamu sedang berbicara dalam bahasa Inggris dan masih terbata-bata, gerakan tangan yang heboh bisa menimbulkan kesan panik, gak terkontrol, atau dramatis. Di situasi formal seperti wawancara kerja atau meeting, ini bisa merusak impresi kamu. Gunakan gestur yang tenang, jelas, dan mendukung apa yang kamu ucapkan. Gerakan yang terukur akan memperkuat pesanmu tanpa terasa lebay.

Menguasai bahasa Inggris bukan cuma soal bisa ngomong lancar. Cara kamu membawa diri juga punya pengaruh besar dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Bahasa tubuh yang tepat bisa memperkuat pesanmu, membuatmu terlihat percaya diri, dan membangun koneksi yang lebih baik dengan lawan bicara.

Sebaliknya, kebiasaan gestur yang kurang pas bisa mengganggu komunikasi, bahkan tanpa kamu sadari. Jadi, mulai sekarang, yuk perhatikan juga cara berdiri, gerakan tangan, hingga ekspresi wajah saat ngomong dalam bahasa Inggris. Kamu gak harus berubah total, cukup sesuaikan dengan konteks dan budaya lawan bicaramu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us