3 Hal yang Gak Pantas buat Konten, Mana Sopan Santunnya?

- Materi konten sehari-hari harus menginspirasi, bukan ekspos urusan privat atau seksual.
- Berbagi bantuan di konten harus tulus, jangan jadikan kesulitan orang lain sebagai bahan.
- Konten viral harus bijak, hindari menjadikan kondisi khusus sebagai bahan tertawaan.
Bikin konten adalah hal yang lumrah dikerjakan di zaman sekarang. Tidak hanya seseorang yang memang menekuni pekerjaan membuat konten saja yang sering melakukannya, tetapi kesempatan ini terbuka untuk siapa pun yang merasa berminat. Selagi ada ide menarik, maka bisa segera dieksekusi agar jadi tontonan yang memikat.
Namun, situasi semacam ini juga seperti pisau bermata dua. Di satu sisi, ada kebebasan berekspresi yang menyenangkan, tetapi di sisi lain, tidak semua orang paham akan batasan baik buruknya sesuatu, sehingga kerap kali membuat konten yang kurang layak untuk dinikmati khalayak ramai. Jika kamu juga berminat untuk bikin konten, pahami beberapa hal yang sebenarnya tidak pantas untuk dijadikan konten berikut ini, ya!
1.Kehidupan pribadi, terutama yang mengarah soal urusan rumah tangga

Materi tentang kehidupan sehari-hari sebenarnya terbilang sederhana, tetapi bila dikemas secara menarik, rasanya seru juga buat ditonton. Oleh sebab itu, banyak orang mulai mendokumentasikan kesehariannya agar bisa dijadikan konten. Masalahnya, terkadang ada hal-hal yang tidak pantas untuk dipertontonkan, seperti urusan rumah tangga, terlebih bila mengarah pada sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan seksual.
Jika memang ingin membuat konten dengan materi kehidupan sehari-hari, fokus saja pada aktivitas yang menginspirasi. Sebagai contoh, beri edukasi tentang pekerjaan yang kamu geluti, sehingga bisa menambah wawasan orang-orang yang menonton konten tersebut. Jangan malah mengekspos hal-hal yang sudah masuk ranah privat karena sebenarnya akan merugikan diri sendiri.
2.Kesulitan yang dialami orang lain

Banyak orang memproduksi konten bagi-bagi bantuan kepada mereka yang sedang dalam kesulitan. Ambil contoh, memberikan donasi makanan untuk orang-orang yang tinggal di jalanan. Sekilas ini tampaknya baik dan mampu menginspirasi penonton agar tidak pelit berbagi rezeki. Namun, apakah kamu tidak menyadari bahwa banyak yang akhirnya menjadikan situasi menyedihkan orang lain ini sebagai bahan konten?
Alangkah baiknya bila tidak menjadikan kesulitan orang lain sebagai bahan konten, ya. Coba pahami bagaimana perasaan mereka saat kemiskinan, keadaan sakit, atau situasi yang kurang menguntungkan lainnya dipertontonkan kepada khalayak, sedangkan cuannya kamu yang menikmati. Kalau memang ingin berbagi, sembunyikan kameramu, sehingga kamu bisa memberi dengan tulus.
3.Orang dengan kondisi khusus

Banyak orang rela melakukan apa pun demi terkenal, meski hanya sesaat. Salah satu caranya adalah dengan membuat konten yang sekiranya bakal jadi viral. Masalahnya, terkadang ada saja orang-orang aneh yang tidak tahu apa yang mereka lakukan, sehingga menjadikan hal sensitif, seperti orang dengan kondisi khusus, sebagai konten. Jahatnya, keadaan ini malah dibuat bahan tertawaan, sehingga tentu merugikan orang yang bersangkutan.
Ketahuilah bahwa perbuatan semacam ini sangat tidak beradab. Kondisi khusus yang dialami seseorang itu merupakan hal yang tidak bisa dia pilih. Kalau malah menjadikannya bahan candaan, jelas menunjukkan bahwa kamu manusia yang tidak punya perasaan. Akibatnya, alih-alih mendapatkan respons positif, justru yang ada panen hujatan. Memangnya kamu gak takut?
Di era yang memberikan kebebasan berekspresi seperti ini, siapa pun boleh membuat konten, baik untuk ditekuni atau pun sekadar coba-coba. Namun demikian, ada hal yang jauh lebih penting, yaitu memahami bahwa ternyata tidak semua hal pantas buat dikontenin. Jadi, bijaksanalah dalam memilih dan memilah materi, sehingga kelak akan menghasilkan karya berkualitas, bukan sekadar konten tidak bermutu yang memicu kegaduhan, ya!