5 Hal yang Membedakan Validasi dan Apresiasi, Penting Diketahui!

- Validasi mencari pengakuan, apresiasi memberi penghargaan tanpa tuntutan
- Validasi bersifat eksternal, apresiasi bisa berasal dari dalam diri
- Validasi memenangkan ego, apresiasi menguatkan harga diri
Dalam keseharian, kita sering mendengar dua kata yang terdengar mirip namun memiliki makna yang sangat berbeda. Validasi dan apresiasi. Keduanya sama-sama melibatkan pengakuan dari orang lain. Namun perbedaan esensinya terletak pada tujuan, dampak emosional, dan arah penerimaannya.
Seseorang yang mencari validasi biasanya berorientasi pada penerimaan eksternal. Sementara apresiasi lebih pada penghargaan terhadap nilai diri atau tindakan seseorang tanpa tuntutan pembenaran. Memahami perbedaannya penting agar kita tidak terjebak dalam kebutuhan untuk terus diakui. Berikut 5 hal utama yang membedakan antara validasi dan apresiasi.
1. Validasi menurut pengakuan, sedangkan apresiasi berupa penghargaan

Mungkin kita kerap mendengar antara validasi dan apresiasi. Perbedaan paling mendasar antara keduanya terletak pada arah niatnya. Validasi adalah pencarian pengakuan. Seseorang ingin orang lain membenarkan perasaan, keputusan, atau tindakannya agar merasa diterima.
Sementara apresiasi adalah pemberian penghargaan tanpa tuntutan. Ia muncul dari pengakuan yang tulus terhadap nilai atau usaha seseorang maupun diri sendiri. Tanpa keinginan untuk mengontrol penilaian orang lain, apalagi memaksakan respon positif.
2. Validasi bersifat eksternal, apresiasi bisa berasal dari dalam diri

Validasi seringkali bersumber dari luar diri. Entah berasal dari orang tua, teman, pasangan, atau bahkan media sosial. Kita merasa layak hanya jika ada orang lain yang mengafirmasi. Pengakuan sepenuhnya terletak pada pendapat orang lain.
Sementara apresiasi bisa bersumber dari luar dan dalam diri. Seseorang dapat mengapresiasi dirinya sendiri karena telah melewati masa sulit atau menyelesaikan pekerjaan dengan baik, tanpa perlu pujian. Orang yang berlatih apresiasi diri akan tetap bangga karena tahu apa yang ia hasilkan memiliki nilai personal.
3. Validasi cenderung memenangkan ego, apresiasi menguatkan harga diri

Kebutuhan validasi sering kali berkaitan dengan ego. Ini merupakan keinginan untuk terlihat benar, disukai, atau diterima. Saat validasi diterima, ego merasa puas. Namun, jika ditolak, muncul rasa cemas, rendah diri, bahkan marah.
Sebaliknya, apresiasi bekerja pada tingkat yang lebih dalam, yaitu harga diri. Apresiasi menumbuhkan rasa cukup, rasa layak, dan penghargaan sejati terhadap diri, tanpa bergantung pada opini luar. Apresiasi lebih berfokus pada nilai tindakan nyata.
4. Validasi berorientasi pada pembenaran, apresiasi berorientasi pada nilai

Validasi dan apresiasi dua hal yang sering beriringan. Validasi biasanya muncul dalam konteks ingin dianggap tidak salah. Orang mencari pembenaran agar tindakannya diterima sosial. Meskipun sebenarnya apa yang dilakukan tidak sesuai dengan aturan dan tatanan yang berlaku.
Tentu saja ini berbeda dengan apresiasi. Perlu diketahui, apresiasi berfokus pada nilai dari pengalaman atau usaha itu sendiri, terlepas dari benar atau salahnya. Validasi menenangkan perasaan sesaat, sementara apresiasi memberi makna jangka panjang.
5. Validasi diperlukan sesekali, apresiasi perlu dihidupkan setiap hari

Tidak dapat dimungkiri jika validasi dan apresiasi kerap terlihat hampir mirip. Padahal keduanya terdapat batas perbedaan yang tegas. Validasi dapat dilakukan sesekali. Adapun jika terlalu sering mencari validasi membuat kita kehilangan arah dan ketenangan batin.
Sebaliknya, apresiasi adalah kebiasaan yang perlu dipupuk setiap hari. Mengucapkan terima kasih, mengakui usaha orang lain, atau bersyukur atas kemampuan diri sendiri adalah bentuk apresiasi yang memperkuat koneksi dan kebahagiaan. Apresiasi membuat hubungan lebih hangat, tim kerja lebih solid, dan individu lebih sadar nilai dirinya.
Validasi dan apresiasi sama-sama menyentuh sisi emosional manusia. Tetapi keduanya membawa arah yang berbeda. Validasi menenangkan untuk sesaat, namun bisa menjerat dalam ketergantungan pengakuan. Apresiasi, sebaliknya, menumbuhkan kekuatan dari dalam seperti rasa cukup, rasa bersyukur, dan keutuhan diri.


















