Apa Itu Hoe Phase? Istilah yang lagi Diperbincangkan di TikTok

Belakangan ini, istilah hoe phase lagi sering muncul di TikTok. Biasanya, fase ini diidentikkan dengan aktivitas mencari pengalaman atau menikmati kebebasan tanpa terikat komitmen serius. Tapi jangan salah paham dulu, ini bukan cuma soal seks bebas atau pergaulan bebas seperti yang banyak orang pikirkan, soalnya hoe phase punya makna yang jauh lebih kompleks dari itu.
Viralnya istilah ini dimulai setelah ada seorang content creator di TikTok yang bilang kalau dia merasa bangga karena gak pernah melewati hoe phase. Menurut dia, menjaga reputasi diri sebagai perempuan yang “baik-baik” itu penting karena nantinya dia akan jadi istri, ibu, dan menantu. Tapi di sisi lain, banyak juga yang mengkritik pandangan ini dengan bilang bahwa melewati hoe phase atau gak, itu adalah pilihan pribadi, dan nilai seseorang gak semestinya diukur dari pengalaman masa lalunya.
Nah, di artikel ini bakal dibahas lebih dalam apa itu hoe phase, kenapa hal ini kontroversial, dan gimana cara pandang yang bisa bikin kamu lebih paham fenomena ini dari berbagai sisi.
1. Apa sebenarnya hoe phase itu?

Kalau diartiin secara sederhana, hoe phase itu fase di mana seseorang, biasanya di usia muda, mencoba lebih bebas dalam hubungan. Kebebasan di sini gak melulu soal hubungan seksual aja, tapi juga soal eksplorasi emosional, mencari tahu apa yang diinginkan dalam hidup, atau bahkan sekadar menjalani hidup tanpa tekanan norma atau komitmen tertentu. Buat sebagian orang, hoe phase jadi cara untuk belajar lebih banyak tentang diri sendiri apa yang bikin mereka nyaman, apa yang mereka cari dari pasangan, atau bahkan untuk membangun rasa percaya diri.
Tapi ya, istilah ini memang sering banget dipandang negatif. Banyak yang langsung mengaitkannya dengan gaya hidup “liar” atau “bebas banget”, padahal gak selalu begitu. Hoe phase itu subjektif. Buat satu orang, mungkin artinya cuma mencoba nge-date dengan beberapa orang sekaligus untuk tahu siapa yang paling cocok, tapi buat orang lain, bisa aja artinya lebih ekstrem. Nah, yang penting, fase ini bukan sesuatu yang harus dihakimi karena pada akhirnya, tujuan utama hoe phase adalah untuk memahami diri sendiri lebih baik, bukan untuk merusak reputasi atau hidup sembarangan.
2. Kenapa hoe phase jadi kontroversial?

Salah satu alasan kenapa hoe phase sering jadi topik panas adalah karena pandangan masyarakat yang masih konservatif tentang hubungan dan seksualitas, terutama di negara seperti Indonesia. Banyak yang melihat hoe phase sebagai sesuatu yang “tidak bermoral” atau “merusak harga diri”. Terlebih lagi, ada standar ganda di masyarakat yang sering banget bikin perempuan yang melewati hoe phase dihakimi lebih keras dibanding laki-laki. Kalau cowok dianggap “nakal tapi normal”, cewek sering dapat cap buruk seperti “murahan” atau “gak punya harga diri”.
Di sisi lain, ada juga yang merasa bahwa hoe phase justru penting sebagai bagian dari proses pendewasaan. Mereka yang mendukung biasanya berpendapat kalau fase ini adalah cara untuk belajar dari pengalaman. Melewati hoe phase bisa membantu seseorang mengenali batasan mereka, tahu apa yang benar-benar mereka mau dalam hubungan, dan pada akhirnya jadi lebih siap untuk komitmen serius. Jadi, kontroversinya muncul karena perbedaan cara pandang sebab ada yang fokus ke sisi moralitas, sementara yang lain melihatnya dari sudut pandang pengalaman dan pembelajaran hidup.
3. Apa risiko dan dampak dari hoe phase?

Gak bisa dipungkiri, hoe phase memang punya risiko, terutama kalau dijalani tanpa pikir panjang. Misalnya, ada risiko kesehatan seperti infeksi menular seksual (IMS) kalau seseorang gak hati-hati atau gak pakai proteksi saat berhubungan. Selain itu, hoe phase juga bisa berdampak ke kesehatan mental. Beberapa orang mungkin merasa kehilangan arah atau malah jadi lebih sulit percaya sama orang lain karena terlalu banyak pengalaman yang negatif.
Tapi di sisi lain, hoe phase juga bisa membawa dampak positif kalau dijalani dengan bijak. Banyak orang yang bilang kalau fase ini bikin mereka lebih percaya diri, lebih tahu apa yang mereka mau, dan jadi lebih paham soal batasan pribadi. Jangan cuma ikut-ikutan tren atau tekanan sosial, tapi pahami lebih dalam apa yang kamu cari dan gimana cara melindungi diri, baik secara fisik maupun emosional.
4. Flex atau pilihan pribadi?

Kontroversi soal hoe phase juga muncul karena perbedaan cara orang melihatnya ada yang menganggap melewati hoe phase itu flex, ada juga yang merasa gak pernah melewati hoe phase adalah sesuatu yang bisa dibanggakan. Buat orang yang bangga gak melewati hoe phase, biasanya mereka percaya bahwa menjaga diri dan reputasi itu penting untuk masa depan. Mereka merasa lebih dihargai, terutama dalam lingkungan konservatif yang memandang tinggi nilai keperawanan atau kesucian sebelum menikah.
Di sisi lain, ada juga yang bilang kalau keputusan untuk melewati hoe phase atau gak, itu gak ada hubungannya sama harga diri. Menurut mereka, pengalaman masa lalu bukanlah cerminan nilai seseorang. Hal yang lebih penting yakni bagaimana seseorang memperlakukan diri mereka sekarang dan siapa mereka di masa depan. Jadi, apakah hoe phase itu flex atau bukan, semuanya balik lagi ke cara pandang masing-masing dan yang jelas, gak ada satu pilihan pun yang lebih superior dari yang lain.
5. Cara bijak menyikapi hoe phase

Hoe phase itu bukan kewajiban dan kamu juga gak harus merasa malu kalau pernah melewati fase ini. Hal yang wajib kamu ingat yakni tetap jaga kesehatan fisik dan mental kamu. Misalnya, kalau kamu memilih untuk kencan dengan beberapa orang, pastikan komunikasi kamu jelas dan terbuka. Jangan sampai ada yang merasa tersakiti atau dikhianati.
Selain itu, kalau kamu memutuskan untuk gak melewati hoe phase, itu juga pilihan yang valid. Jangan merasa tertekan untuk membuktikan sesuatu ke orang lain. Poinnya adalah kamu bahagia dengan keputusan kamu dan tahu alasan di balik pilihan itu. Hoe phase atau gak, hidup kamu ya tanggung jawab kamu sendiri. Jadi, jalani dengan cara yang bikin kamu merasa nyaman dan tetap jadi versi terbaik dari diri kamu.
Hoe phase merupakan fenomena yang mencerminkan kebebasan, pilihan, dan eksplorasi diri, tapi juga sering jadi perdebatan karena perbedaan cara pandang. Gak ada jawaban yang benar atau salah soal ini, karena setiap orang punya pengalaman dan nilai yang berbeda. Jadi, mau melewati hoe phase atau gak, yang penting kamu tetap menghargai diri kamu dan orang lain.
Referensi:
"Is having a hoe phase the life experience you didn't know you needed?" The ESTD. Diakses pada Januari 2025
"Why Women Have a Hoe Phase After a Breakup" Armani Talks. Diakses pada Januari 2025
"The Double Standard of the 'Hoe Phase'" The Courier. Diakses pada Januari 2025
"Is the "hoe phase" really empowering?" The John Hopkins News Letter. Diakses pada Januari 2025