Ibu Uminah: Asa yang Tak Pernah Putus Demi Anak Penderita Hidrosefalus

Aku mengunjungi rumah Ibu Uminah, seorang ibu yang memperjuangkan hidup anaknya yang menderita hidrosefalus. Dokter mengatakan bahwa sebuah keajaiban anaknya bisa bertahan sampai saat ini. Biasanya, anak yang menderita hidrosefalus tidak akan bertahan lama.
Ketika memasuki kontrakan sepetak yang diisi oleh enam orang anggota keluarga, kami memasuki sebuah kamar. Di sana telah terbaring seorang anak kecil berusia sembilan tahun yang diberi nama Siti Albarakah, nama yang diharapkan akan membawa berkat.
Anak itu terbaring lemah tidak berdaya. Ibunya menggendong Siti ke ruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga. Aku tidak tega ketika melihat tubuh Siti yang begitu ringkih dengan kepala yang tidak seperti anak normal lainnya. Saat itulah Ibu Siti mulai bercerita awal mula mengapa Siti bisa seperti itu.
Ibu Uminah menderita sakit saat mengandung Siti

Ketika mengandung Siti, Ibu Uminah menderita penyakit hati. Tidak begitu jelas saat beliau bercerita. Namun, diketahui penyakit Siti adalah hidrosefalus. Dilansir dari alodokter.com, hidrosefalus adalah penumpukan cairan pada rongga otak atau yang disebut dengan ventrikel yang mengakibatkan ventrikel-ventrikel di dalamnya membesar dan menekan organ tersebut. Cairan ini akan terus bertambah sehingga ventrikel di dalam otak membesar dan menekan struktur dan jaringan otak di sekitarnya. Jika tidak segera ditangani, tekanan ini dapat merusak jaringan dan melemahkan fungsi otak.
Saat Siti masih kecil, Ibu Aminah mengalami kesulitan ekonomi yang menyebabkan Siti tidak langsung ditangani dengan baik. Namun, Ibu Uminah tidak begitu saja menyerah. Dia berusaha keras agar anaknya tetap hidup. Bahkan, dia tidak tega saat anaknya harus menelan obat-obatan yang diberikan oleh dokter dan juga saat anaknya harus dioperasi.
Siti didiagnosis dokter tidak bisa melihat dan berbicara, tetapi dia bisa mendengar. Itu dibuktikan saat ibunya bercerita bahwa dia tidak rela jika anaknya meninggal, Siti meneteskan air mata. Siti masih bisa merasakan kasih sayang ibunya.
Ibu Uminah sendirian merawat anggota keluarganya

Ketika aku mengunjungi rumah Ibu Uminah, beliau bercerita bahwa dia berjuang merawat semua anggota keluarga di dalam rumahnya karena hanya dia yang sehat. Dia harus bolak-balik ke rumah sakit untuk memeriksakan Siti. Bahkan, Beliau harus membawa Siti 2-3 kali dalam seminggu. Bayangkan berapa biaya rumah sakit yang beliau keluarkan. Untung saja ada BPJS dan dokter yang menanganinya pun sangat baik. Ibu Uminah merasa malu karena pegawai rumah sakit sangat menghargainya dan menyayangi Siti juga.
Sempat ditolak oleh tetangga

Penghinaan. Kata yang sudah pasti diterima oleh Ibu Aminah. Bukan ibunya saja yang terkadang menjadi bahan gunjingan, tetapi kakak dari Siti yang bersekolah di sekolah dasar harus merasakan pahitnya dibully oleh teman-temannya karena adiknya Siti yang mempunyai kepala seperti 'love'. Namun, kakak Siti tetap membela adiknya. Ketika Siti harus tidur di ruang tamu dengan pintu terbuka karena pengapnya ruangan, kakak Siti menumpuki bantal mengelilingi adiknya agar tidak ada tetangga yang melihat.
Yang lebih mengenaskan adalah ketika orang tua Siti harus membawanya ke rumah sakit, salah satu tetangganya menolak untuk menjaga kakak dan adik Siti. Padahal hanya untuk semalam. Akhirnya anak-anak kecil itu harus berdua sendiri di rumah.
Aku sering merasa tidak bersyukur dengan hidupku saat ini walau berlimpah harta. Aku selalu berpikir kenapa Tuhan begitu kejam dan membuat hidupku sangat menyakitkan. Tidak jarang aku bertengkar dengan kedua orang tuaku. Namun, ketika aku melihat ada orang yang jauh lebih menderita daripadaku, aku tersadar bahwa aku lebih beruntung. Terlebih melihat perjuangan Ibu Uminah yang mempertahankan hidup anaknya sampai besar, walaupun menurut medis kemungkinannya kecil. Tetapi Siti seperti namanya, memberikan berkat dengan tetap hidup sampai saat ini.