Ingin Hidup yang Damai? Jangan Lupa Terapkan 5 Hal Ini

Hidup yang cenderung tenang, tak kerap berkonflik dengan diri sendiri maupun orang lain, tentu akan membuat hidup kita jauh lebih berkualitas. Tak sedikit yang meragukan hidup manusia bisa setenang itu.
Dengan segala kekisruhan yang terjadi setiap hari, beberapa orang menganggap hidup yang damai sebagai kemustahilan. Yah, sekalipun hidup kita tak pernah sepenuhnya bebas dari masalah, tetapi kita akan merasa lebih damai bila kita selalu menerapkan 5 hal berikut ini.
1.Berhenti menekan diri sendiri terlalu keras dan 'berbagi tugas' dengan Tuhan
Wajar bila kita menginginkan hasil yang baik dalam hal apa pun. Itu menjadi motivasi untuk kita berupaya semaksimal mungkin. Namun kita harus tetap mempertahankan kesadaran bahwa kita bukanlah penentu.
Tugas kita hanya berusaha sebaik yang kita bisa pada suatu waktu. Tentang hasil, serahkan pada kehendak Tuhan. Hasil yang memuaskan tentu harus disyukuri. Namun jika sebaliknya, jangan pula merasa tidak terima.
Jangan menyalahkan orang lain, mengambinghitamkan keadaan, atau menyiksa diri sendiri. Kita hanya perlu beristirahat sejenak bila merasa lelah dan butuh waktu untuk menerima hasil yang tak sesuai harapan. Lalu esok kembali berusaha diiringi doa.
Tak kan lari gunung dikejar, hilang kabut tampaklah dia. Bila sudah diusahakan dan didoakan, banyak hal hanya perkara waktu. Apa-apa yang sudah semestinya menjadi milik kita, bila pun tak saat ini juga, suatu saat pasti akan tetap teraih.
2.Memilih menjadi pribadi yang ramah pada semua orang
Menjadi pribadi yang ramah pada semua orang bukan berarti kita harus banyak omong. Bahkan, bila kita seorang yang pendiam dan tak suka kumpul-kumpul, kita tetap bisa menjadi sosok yang ramah.
Ramah dengan tak secara sengaja bersikap mengintimidasi siapa pun. Tidak membesar-besarkan kesalahan mereka atau memperlakukan mereka seenaknya di muka umum sehingga membuat mereka malu. Tidak mempersulit urusan-urusan mereka yang melibatkan kita.
Menghormati setiap perbedaan, bukan menjadikannya alasan untuk bertikai atau menghakimi. Serta dapat ikut berbahagia atas kebahagiaan orang lain dan berempati atas setiap kesusahan yang sedang mereka hadapi.
3.Terus mengurangi kebiasaan mengungkit masa lalu siapa pun yang kurang baik
Hidup sepenuhnya di saat ini menjadi poin penting berikutnya untuk dapat hidup dengan damai. Kita bisa saja terus membicarakan masa lalu orang lain maupun diri sendiri yang buruk. Namun bila itu tak mendatangkan kebaikan, untuk apa terus melakukannya?
Bila yang diungkit adalah suramnya masa lalu orang lain, tentu itu akan membuatnya sedih bila mengetahuinya. Seolah-olah usahanya untuk berusaha menjadi lebih baik tak akan pernah menghapus kekeliruan yang pernah dilakukannya di masa lalu.
Sementara jika masa lalu diri sendiri yang terus diungkit, itu hanya akan membuat luka kita terasa abadi. Sampai titik tertentu, kita perlu membicarakannya dengan orang-orang terdekat untuk bisa menyarikan hikmahnya. Selebihnya, hiduplah sepenuhnya untuk saat ini.
4.Memaafkan sebelum diminta sekalipun masih terluka dan belum bisa melupakan kesalahan orang lain
Memaafkan dengan melupakan adalah dua hal yang amat berbeda. Memaafkan ialah suatu keputusan. Maka kita memiliki kendali atasnya. Hendak memilih memaafkan atau tidak, sesederhana itu.
Namun ingatan kita tak berada dalam kendali kita. Ingatan memiliki cara kerjanya sendiri. Maka wajar bila kita tak juga bisa lupa kesalahan yang pernah dilakukan orang lain pada kita sekalipun kita telah memaafkannya.
Tugas kita hanyalah memaafkan, bukan melupakan. Maaf dari kita penting untuk melegakan orang yang telah berbuat salah pada kita dan menyesalinya. Namun sebenarnya lebih penting lagi untuk diri kita sendiri. Jalan menuju kesembuhan diawali dengan memaafkan.
5.Selalu merasa cukup dengan yang dimiliki hari ini seraya terus berusaha membuat hidup menjadi lebih baik
Merasa cukup dengan apa-apa yang dimiliki hari ini bukan lantas kita tak perlu lagi bekerja, belajar, dan hanya bermalas-malasan. Merasa cukup adalah mensyukuri dengan tidak berbuat sia-sia dengan apa pun yang kita miliki.
Kita mengelolanya dengan baik. Kita menggunakannya juga untuk hal-hal yang baik. Sebab jika kita tidak bisa merasa cukup, sebanyak apa pun yang dimiliki, rasanya jadi tidak ada artinya. Kita akan hidup dengan perasaan dikejar-kejar demi memperturutkan rasa haus yang kian menjadi-jadi.
Dengan menerapkan kelimanya secara konsisten, hidup yang damai bukan lagi sesuatu yang mustahil.