Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi low-quality people (pexels.com/cottonbro studio)

Intinya sih...

  • Perilaku rendah seseorang bukan hanya tentang status sosial, tapi juga kebiasaan dan sikap yang menghambat pertumbuhan pribadi.
  • Mengeluh terus-menerus, kurang empati, dan tidak bertanggung jawab adalah tanda perilaku low-quality people.
  • Orang dengan perilaku ini merendahkan pencapaian orang lain, suka mengkritik, egois, sering melanggar janji, menciptakan drama tanpa alasan.

Perilaku rendah seseorang atau yang dikenal dengan low-quality people, bukanlah tentang status keuangan atau kedudukan sosial. Ini melainkan tercermin dari kebiasaan serta sikap yang menghambat pertumbuhan pribadi dan hubungan yang sehat.

Psikologi menunjukkan, bahwa pola perilaku low-quality people sering menjadi ciri individu yang kurang memiliki kesadaran diri, kecerdasan emosional, dan tanggung jawab. Perilaku ini tidak hanya berdampak negatif pada kehidupan mereka sendiri, tetapi juga sering menciptakan energi negatif dalam kehidupan orang lain.

So, perhatikan tanda-tandanya untuk mengetahui apakah perilaku ini ada pada dirimu atau pada orang lain di sekitarmu. Cek di sini!

1. Suka mengeluh

Ilustrasi orang yang suka mengeluh (pexels.com/Keira Burton)

Menurut psikologi, mengeluh terus-menerus adalah kebiasaan umum di antara individu dengan kualitas rendah atau low-quality people. Dikutip laman Psychology Today, psikolog Dr. Albert Ellis, pendiri Cognitive Behavioral Therapy, mengatakan bila tahun-tahun terbaik dalam hidup adalah saat seseorang memutuskan bahwa masalahnya yang dihadapi adalah miliknya sendiri. Artinya, kamu tidak menyalahkan orang lain. 

Orang yang terus-menerus mengeluh selalu melihat diri sendiri sebagai korban, menyalahkan orang lain dan keadaan atas masalah mereka, daripada mengambil tanggung jawab atas hidupnya.

Bukan berarti kita harus mengabaikan keluhan yang benar-benar penting, tetapi jika seseorang terus-menerus menemukan kesalahan dalam segala hal dan semua orang di sekitar mereka, itu bisa menjadi tanda masalah yang lebih dalam.

2. Tidak memiliki empati

Ilustrasi tidak memiliki empati (pexels.com/RDNE Stock project)

Tanda bahwa seseorang berperilaku low-quality adalah tidak memiliki empati. Empati memainkan peran penting dalam mengungkapkan kebutuhan, keinginan, membangun koneksi, dan berbagi pengalaman.

Inilah mengapa penting untuk memiliki orang-orang dalam hidup yang dapat berempati dan terhubung denganmu, meskipun mereka tidak sepenuhnya memahami situasinya. Jika ada seseorang dalam hidup yang tidak bisa berempati denganmu, sebaiknya kamu menjaga jarak.

Bukan hanya karena mereka adalah orang yang kurang berkualitas, tetapi juga karena mereka berpotensi membahayakan kesehatan. Nah, apakah tanda ini ada di lingkunganmu atau pada dirimu sendiri?

3. Menolak bertanggung jawab atas kesalahan sendiri

Ilustrasi tidak mau bertanggung jawab (pexels.com/Alex Green)

Bukan pertanda baik jika seseorang menolak bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Hal ini bisa menjadi indikasi bahwa mereka bukan individu berkualitas tinggi atau termasuk dalam low-quality people. 

Menurut konselor berlisensi Dr. Raheem Lay, LCSW-S, EIC, dilansir laman Your Tango, orang yang menolak untuk bertanggung jawab memiliki berbagai alasan. Bagi sebagian orang, ini berkaitan dengan rasa takut akan kegagalan.

Mengakui bahwa mereka gagal sama dengan mengakui bahwa mereka telah melakukan kesalahan, yang memunculkan rasa takut akan penilaian orang lain. Bagi yang lain, hal ini disebabkan oleh kebiasaan buruk untuk menyalahkan orang lain. Mereka tidak memiliki kesadaran diri sehingga secara tidak sadar mengalihkan kesalahan untuk menghindari konsekuensi dari tindakan mereka.

4. Merendahkan pencapaian orang lain

Ilustrasi merendahkan pencapaian orang lain (pexels.com/Liza Summer)

Memiliki suatu pencapaian merupakan sebuah prestasi yang membanggakan. Namun jika seseorang termasuk low-quality people, mereka akan merendahkan pencapaian tersebut sehingga pencapaian ini terasa tidak berarti. 

Menurut psikologi, orang yang merendahkan orang lain melakukannya karena merasa tidak percaya diri terhadap diri mereka sendiri dan pencapaian mereka. Dikutip laman Your Tango, Konselor Araya Baker, M.Phil.Ed., menambahkan bahwa orang yang iri dan tidak bisa menemukan kekurangan pada diri sendiri akan mencoba "merendahkan" orang lain. Ini dilakukan untuk mengurangi daya tarik seseorang, meskipun hal itu tidak benar, bersifat bias, atau tidak relevan.

5. Selalu mengkritik

Ilustrasi mengkritik (pexels.com/Budgeron Bach)

Kritik tidak selalu buruk, tetapi seperti hal lainnya dalam hidup, ada kebutuhan untuk keseimbangan. Sayangnya, jika seseorang suka mengkritik, artinya mereka tidak memahami keseimbangan ini dan akan melakukan segala cara untuk membuktikan pendapat mereka atau merendahkan orang lain. Meskipun mungkin tampak sepele, kritik tidak boleh dianggap enteng.

Kritik bisa menyakitkan jika diterima dengan cara yang negatif. Jika seseorang di dekatmu terus-menerus mengkritik kemungkinan besar kamu akan merasa terganggu. Bahkan, kamu dapat lebih rentan terhadap gangguan kesehatan mental semakin banyak kritik yang dirimu terima.

6. Egois

Ilustrasi egois (pexels.com/RDNE Stock project)

Tanda low-quality people berikutnya yaitu sangat egois dan hanya peduli pada diri mereka sendiri. Seseorang dengan perilaku ini akan menganggap masalahnya lebih penting dibandingkan dengan masalah orang lain. Sikap ini akan membuat orang lain di sekitarnya merasa kesepian dan berdampak negatif pada kesehatan mental. 

Contoh kasusnya, seperti low-quality people yang akan mudah melupakan orang lain, yang sudah meminjamkan mereka uang. Mereka juga akan menghubungi orang lain hanya saat  membutuhkannya saja dan cenderung mengabaikan jika orang tersebut merasa kesulitan. Intinya, mereka akan mendahulukan kepentingan diri sendiri daripada orang lain.

7. Suka melanggar janji

Ilustrasi melanggar janji (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Siapa pun yang memiliki teman pasti berharap dapat mengandalkan kata-kata sahabatnya. Namun, orang yang terus-menerus melanggar janji bukanlah orang yang dapat diandalkan dan tidak seharusnya dipercaya. Mereka tidak hanya menunjukkan kualitas pribadi yang rendah, tetapi juga secara aktif merusak dan mengkhianati kepercayaanmu.

Pengkhianatan terhadap kepercayaan dapat menyebabkan rasa terkejut, kehilangan, kesedihan, kemarahan, keraguan diri, dan penurunan rasa percaya diri. Semua hal ini secara bersamaan dapat berdampak buruk pada kesehatan mental.

Jadi, jangan merasa terlalu bersalah jika kamu mulai menjaga jarak dari orang-orang yang tidak menepati janji atau merusak kepercayaanmu. Teman sejati tidak akan pernah meninggalkanmu, apa pun yang terjadi.

8. Membuat drama karena bosan

Ilustrasi suka mengkritik (pexels.com/Keira Burton)

Jika ada seseorang dalam hidupmu yang senang memulai drama hanya karena bosan dan tidak memiliki hal lain untuk dilakukan, ini menunjukkan bahwa mereka adalah individu dengan kualitas rendah.

Meskipun mungkin terasa seperti hiburan atau permainan, seseorang yang menciptakan drama yang tidak perlu dapat membuatmu kelelahan. Karena kamu terus berada dalam kewaspadaan tinggi atau merasa terlalu stres, kamu mungkin akhirnya merasa draining. Hal ini dapat memicu kecemasan, depresi, dan kemarahan.

Jangan biarkan seseorang tetap berada dalam hidupmu jika mereka tidak bisa memberikan rasa hormat yang mendasar. Kamu kemungkinan sudah memiliki cukup banyak hal yang harus dihadapi dan tidak perlu menambah kekacauan dari seorang “drama queen!”.

Nah, itulah tanda-tanda low-quality people yang termasuk red flag. So, tidak ada salahnya menghindari seseorang dengan ciri ini demi kebaikan kesehatan mentalmu. Namun jika kamu yang memiliki tanda-tandanya, berusahalah untuk mengembangkan kebiasaan serta karakteristik yang lebih baik dengan berfokus pada self-awareness.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAliya