Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Isi Kebun Peninggalan Bapak yang Kami Panen di Masa Sulit

Singkong (pixabay.com/rodrigoeudigo0)
Singkong (pixabay.com/rodrigoeudigo0)

Sebagaimana bapak-bapak pada umumnya, bapak saya suka berkebun. Setiap pulang kerja, setiap akhir pekan, setiap ada waktu luang, bapak akan menyempatkan diri untuk berkebun di pekarangan rumah. Bapak sudah melakukan aktivitas hobi ini jauh sebelum ramai tren berkebun. Ia selalu berpindah dari satu petak tanah ke petak tanah yang lain di sekitar rumah untuk menanam beragam tanaman pangan.

Tiga bulan lalu, tepatnya satu minggu sebelum lebaran Idul Fitri, bapak meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Ia berpulang ke rahmatullah. Dan ya, bersamaan dengan itu maka bapak juga meninggalkan sejumlah tanaman di pekarangan rumah yang selama ini ia garap sepenuh hati. Isi kebun bapak bak harta karun, bak oase di tengah padang pasir, menjadi lumbung persediaan makan di masa-masa sulit seperti sekarang.

Berikut di antaranya yang kami panen dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir.

1. Pisang

Pisang (pexels.com/alleksana)
Pisang (pexels.com/alleksana)

Ada beragam jenis pohon pisang yang ditanam bapak di pekarangan rumah. Rumah kami ada di pelosok Jawa Timur. Sebagian pisang jadi stok asupan buah bagi kami sendiri anak cucunya. Sebagian yang lain lagi dibagi ke tetangga.

Di antaranya ada jenis pisang kepok yang meskipun penampilan luarnya tampak tak menjanjikan, tetapi rasanya manis dan awet tahan lama. Ada pula jenis pisang raja nangka yang ukurannya jumbo dan nikmat sekali diolah jadi keripik. Ada juga pisang raja lilin yang ukurannya mini dan manis rasanya. Pisang yang melimpah ini lumayan mengaktifkan daya kreasi memasak, salah satunya saya jadi tertarik mencoba bikin olahan nugget pisang yang tahan hingga satu bulan.

Selagi makan pisang rebus atau pisang goreng, ingatan saya biasanya terlempar ke masa ketika bapak dulu rajin berkebun di pekarangan rumah. Bapak sudah tidak ada, tetapi hingga saat ini ia masih saja memberi makan buat saya, saya yang notabene pekerja freelance dengan penghasilan tak seberapa.

2. Singkong

Ketela Pohon/Ubi Kayu/Singkong (pixabay.com/Kavinda F)
Ketela Pohon/Ubi Kayu/Singkong (pixabay.com/Kavinda F)

Sebelumnya, saya selalu memandang sebelah mata pada singkong alias ketela pohon alias si ubi kayu ini. Menganggapnya sebagai makanan ndeso, padahal saya memang orang ndeso. Saya jadi malu sendiri mengenang saya yang dulu gengsi benar mau makan singkong.

Bapak menanam banyak sekali singkong di pekarangan rumah. Di hari-hari terakhirnya, saat ia sedang tak doyan makan nasi atau pencernaannya bermasalah, bapak akan mencabut sebatang pohon singkong dan meminta saya merebusnya. Pernah suatu kali saya lupa tengah merebus singkong, gosong sudah.

Dekat lebaran haji yang lalu, kami panen singkong sambil membuka kebun untuk tempat penyembelihan hewan qurban. Dapat satu karung, mungkin. Sebagian kami bagi ke tetangga, dan mereka bilang daging singkongnya empuk.

Karena tidak tahu, saya biarkan saja singkong yang tersisa tergeletak di lantai dapur selama berhari-hari sampai busuk. Saya kira bisa awet seperti kentang, ternyata tidak. Setelah disortir, singkong yang busuk dijadikan pakan ternak dan singkong yang masih lumayan bagus diolah dengan cara direbus, digoreng, hingga ditaburi bumbu tabur. Jadilah tela-tela seperti yang dijual abang-abang gerobak pinggir jalan, jadilah camilan murah meriah tanpa harus jajan di luar.

3. Cabai

Cabai (pixabay.com/Hans Linde)
Cabai (pixabay.com/Hans Linde)

Bukan sepenuhnya panen, tetapi kalau mau bikin sambal atau buat lalapan tempe mendoan atau butuh tambahan rasa pedas untuk masakan, saya bisa petik cabai rawit dari pohonnya langsung yang tersebar di beberapa titik pekarangan rumah. Semua yang ditanam bapak di pekarangan rumah, termasuk cabai ini lumayan menghemat uang belanja.

Dulu sama sekali tidak pernah ikut bapak berkebun, sekarang setiap pagi dan kadang sore saya menyiram tanamannya, meneruskan hobinya. Seperti banyak orang bilang, hobi ini memang healing. Ada perasaan menyenangkan ketika melihat hijaunya dedaunan, pun ketika satu per satu tanaman berbuah, dan sedikit banyak tanaman-tanaman tersebut menambah persediaan oksigen di udara. Selain itu, rasanya seperti sedang berbincang dengan bapak.

4. Katuk

Katuk (instagram.com/keboenkaoem)
Katuk (instagram.com/keboenkaoem)

Tanaman lain di pekarangan rumah yang juga saya petik manfaatnya adalah katuk. Digadang-gadang jadi makanan yang baik bagi ibu menyusui, daun katuk bisa diolah jadi sayur bening yang segar.

Saat stok sayur habis tetapi mager atau tak sempat dan tak memungkinkan belanja ke pasar, maka saya petik saja daun katuk yang pohonnya berjejer rapi di samping rumah buat diolah. Pernah kejadian, suatu hari muncul gejala flu ringan dan daya indra penciuman saya kabur. Khawatir membawa virus COVID-19, saya pun tak jadi ke pasar dan bertahan di dalam rumah dengan stok sayur yang ada di pekarangan seperti ini.

Sementara itu, bunga katuk bisa saya ambil untuk mengisi vas dari botol bekas parfum dan saya letakkan di meja. Saya tidak tahu apa dulu motivasi bapak menanam katuk, tetapi saya berterima kasih bapak melakukannya.

5. Pepaya

Pepaya (freepik.com/jcomp)
Pepaya (freepik.com/jcomp)

Jenis tanaman lain di pekarangan rumah yang juga jadi alternatif sayur rumahan buat saya adalah daun pepaya. Dari situ, saya sekaligus belajar menghilangkan rasa pahitnya. Sejauh ini, belum berhasil. Namun buat saya ini tetap lebih baik daripada tidak sama sekali. Beranjak dewasa, saya jadi tahan makan apa saja asalkan makanan itu edible dan halal.

Sementara untuk buah pepaya, mungkin masih harus menunggu beberapa waktu lagi. Dulu kami sering makan buah pepaya yang ditanam bapak juga. Namun pohon pepaya tersebut sudah tidak ada dan kini tinggal beberapa pohon pepaya yang masih kecil dan belum berbuah.

Selain lima tanaman ini, masih ada beberapa tanaman lain yang ditanam bapak di pekarangan rumah. Beberapa bisa kami kenali sebagai jahe, terung, hingga jambu biji. Beberapa masih tetap jadi misteri karena keterbatasan pengetahuan kami tentang tanaman. Perjalanan berkebun bapak pun tak selalu berbuah manis, beberapa tanaman layu dan mati begitu saja, bahkan setelah berhasil tumbuh agak besar.

Namun demikian, kiranya lima tanaman yang saya sebutkan di atas cukup memberikan gambaran betapa isi kebun peninggalan bapak menjadi salah satu support system kami secara fisik maupun mental di masa-masa sulit seperti sekarang. Bahwa berkebun tanaman pangan di pekarangan rumah bisa saja menjadi langkah kecil menuju #IndonesiaPulih. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Henny Alifah
EditorHenny Alifah
Follow Us

Latest in Life

See More

Gimana Cara Berbagi Peran dalam Hubungan?

01 Nov 2025, 23:04 WIBLife