Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

9 Alasan Jangan Malu Punya Rumah Kecil, Baik Komersial maupun Subsidi

ilustrasi miniatur rumah (pexels.com/Alex P)
Intinya sih...
  • Membeli rumah kecil tetap memenuhi kebutuhan papan, harganya tetap berlipat-lipat dari harga sembako dan pakaian.
  • Belanja harus sesuai kebutuhan dan kemampuan, jangan membebani diri dengan rumah besar yang lebih mahal jika bisa hidup nyaman di rumah kecil.
  • Jangan malu memiliki rumah kecil, tata rumah sebaik mungkin agar terasa nyaman dan asri tanpa perlu terjebak di rasa malu atau ejekan orang lain.

Apakah kamu sedang berjuang atau malah telah berhasil membeli rumah? Berapa ukuran rumah yang diincar atau sudah terbeli? Jangan sedih kalau tadinya dirimu ingin memiliki rumah dengan luas tanah dan bangunan tertentu, tetapi kenyataannya hanya bisa membeli rumah yang lebih kecil.

Hindari merasa malu atas rumah tersebut dan gak bangga terhadap perjuanganmu. Baik rasa malu itu timbul dari dalam diri atau dipicu oleh ejekan orang, rumahmu adalah surgamu di dunia. Kamu akan menghabiskan begitu banyak waktumu di sana. Jangan malu punya rumah kecil dan nikmati kehidupanmu dengan memikirkan sembilan hal berikut.

1. Meski kecil, rumah lebih mahal daripada kebutuhan pokok lainnya

ilustrasi rumah (pexels.com/Ánh Đặng)

Membeli rumah merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan pokokmu akan papan. Meski rumahmu kecil, harganya tetap berlipat-lipat dari harga sembako dan pakaian. Tentu selalu ada rumah yang lebih mahal atau lebih murah.

Namun, tetap saja harga rumah mencapai ratusan juta rupiah. Tidak ada alasan untukmu merasa malu jika kamu mampu mengeluarkan uang sebanyak itu buat memilikinya. Baik dirimu membayar lunas maupun kredit, nilai rumah sangat besar meski ukurannya mungil.

2. Membeli kudu sesuai kebutuhan dan kemampuan membayar

ilustrasi membaca di dapur (pexels.com/PNW Production)

Gak cuma ketika kamu membeli rumah. Belanja apa pun harus melihat pada kebutuhan serta kemampuanmu dalam membayar. Soal rumah, terkadang antara kebutuhan dan keinginan memang bercampur. Dirimu menginginkan rumah yang lebih besar, tapi belum tentu benar-benar membutuhkannya.

Rumah yang lebih kecil pun sudah cukup buat memenuhi kebutuhanmu akan tempat tinggal. Pun terpenting dirimu bisa mengukur kemampuan dalam membayar. Untuk apa membebani diri dengan rumah besar yang lebih mahal jika kamu sebenarnya dapat hidup nyaman di rumah kecil?

3. Realistis merupakan tanda kematangan diri

ilustrasi membaca di rumah (pexels.com/Melike B)

Orang dewasa tidak boleh hidup dalam angan-angan. Setiap saat kamu kudu kembali melihat realitas. Apabila kamu memaksakan diri untuk membeli rumah yang lebih besar padahal secara finansial gak mampu, itu artinya tidak realistis. Sama juga kamu belum sedewasa umurmu.

Cara berpikir yang seharusnya adalah dengan uang yang ada, dirimu dapat memperoleh rumah seperti apa? Sesuaikan rumah yang dibeli dengan bujet yang tersedia. Ketika kamu mampu melakukan ini, tandanya telah sungguh-sungguh menjadi pribadi matang.

4. Jika suatu saat ada rezeki lebih bisa beli rumah yang lebih besar

ilustrasi di dapur (pexels.com/Askar Abayev)

Kehidupan siapa pun dapat terus berkembang, termasuk dalam hal keuangan. Meski sekarang kamu hanya mampu membeli rumah kecil bersubsidi, jangan minder. Bertahun-tahun yang akan datang boleh jadi dirimu bisa membeli rumah yang lebih besar dengan mudah.

Saat itu terjadi, kamu tinggal pindah. Kamu juga dapat meluaskan bangunan rumah dengan membuatnya bertingkat atau membeli rumah sebelah dan menjadikannya satu. Jangan takut dirimu bakal terjebak di rumah kecil untuk selamanya. Selama kamu tak berhenti berusaha mencari rezeki, punya lebih banyak uang di masa mendatang bukan hal mustahil.

5. Lebih baik beli sekarang daripada terus menunda

ilustrasi membaca (pexels.com/cottonbro studio)

Jangan maju mundur bila danamu sudah cukup untuk membeli rumah meski kecil. Kalau kamu menunggu nanti-nanti dengan harapan bisa membeli rumah yang lebih besar, boleh jadi dua-duanya gagal didapatkan. Rumah kecil yang beberapa tahun lalu masih terjangkau tabunganmu, sekarang sudah jauh lebih mahal.

Apalagi rumah yang lebih besar, dahulu tak terbeli dan kini makin tidak terkejar. Pun kamu barangkali sudah gak tenang terus tinggal di kos-kosan atau kontrakan. Menghuni rumah milik sendiri akan memberimu kedamaian, kebahagiaan, dan akhirnya meningkatkan produktivitas.

6. Rumah kecil bisa dirawat dan ditata dengan baik

ilustrasi dapur (pexels.com/Jonathan Borba)

Rumah besar pun jika tidak terawat dan tertata tak bakal membuat penghuninya nyaman. Dalam beberapa hal seperti banyaknya anggota keluarga, ukuran rumah yang lebih besar memang penting. Akan tetapi kalau kamu hanya sendirian, berdua bersama pasangan, atau berempat bareng pasangan dan dua anak rumah kecil telah memadai.

Rumah dua kamar sudah cukup. Tinggal rumah dirawat sebaik mungkin setiap harinya. Tata setiap perabot agar rumah tak terasa terlalu sempit. Pastikan rumahmu selalu bersih. Rumah kecilmu justru dapat tampak lebih asri daripada rumah besar yang gak terawat.

7. Orang yang mengejek tak membantumu apa-apa

ilustrasi rumah (pexels.com/Lisa Anna)

Ejekan seputar harta memang sangat menyakitkan hati. Begitu pula jika rumahmu diolok-olok karena ukurannya yang kecil dan bersubsidi. Namun, coba pikirkan baik-baik. Apakah orang yang menghina berkontribusi barang 1 juta rupiah saja dalam pembayaran rumah tersebut?

Jelas tidak, kan? Mereka gak membantu menambah danamu buat membeli rumah kecil bersubsidi. Maka mustahil mereka akan menjadi donatur untukmu membeli rumah yang lebih besar di perumahan komersial. Orang-orang yang cuma senang mentertawakan tanpa kontribusi nyata begini harus diabaikan.

8. Tetangga toksik bisa terdapat di lingkungan mana pun

ilustrasi pasangan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Perumahan dengan tipe rumah kecil-kecil juga kerap dikaitkan dengan lingkungannya yang kurang kondusif. Kamu mungkin pernah melihat beberapa konten yang menggambarkan tetangga toksik di lingkungan perumahan yang unitnya mungil. Dari narasi konten tersebut, lingkungan perumahan yang lebih mahal serta rumahnya besar-besar selalu lebih menyenangkan.

Kenyataannya, tetangga toksik bisa ada di lingkungan mana pun. Di perumahan yang unitnya luas misalnya, tak jarang satu orang punya beberapa mobil. Carport-nya tidak cukup lalu kendaraannya yang lain diparkirkan sembarangan. Termasuk menutupi pagar rumah tetangga. Kalau dia ditegur, sifat arogannya keluar lantaran merasa kaya. Maknanya semua kembali ke watak orangnya, bukan ukuran rumahnya.

9. Mampu menyelesaikan pembayaran merupakan hal utama

ilustrasi menata buku (pexels.com/cottonbro studio)

Baik dirimu membeli rumah secara cash maupun kredit, tugasmu adalah menyelesaikan pembayarannya. Barangkali sekarang kamu juga bisa mengambil kredit rumah yang lebih besar. Akan tetapi, bayangkan 15 hingga 20 tahun lagi. Apakah dirimu masih mampu membayar cicilannya?

Bunga mungkin terus naik sedangkan tidak ada yang tahu pekerjaanmu saat itu masih aman atau justru ada masalah. Lebih bijak dirimu mengambil rumah kecil yang pembayarannya tidak memberatkanmu. Sayang sekali apabila pembayaran sudah berjalan sekian tahun, tetapi akhirnya mandek lantaran ketiadaan uang.

Rumah tidak harus besar. Jika kamu merasa cukup dengan luasnya serta harga dan lokasinya cocok ambil saja. Jangan malu punya rumah kecil karena bila rumah sudah terbeli, maka kamu akan lebih betah setelah merawatnya dengan baik. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us