Tak Mulus, Perjalanan Yoga Pratama Rintis Fish Go Penuh Tantangan

Negara maritim tak membuat nelayan bebas dari kemiskinan

Keputusan I Gede Merta Yoga Pratama untuk merintis aplikasi pelacak ikan dirasa sangat tepat. Pemuda asal Bali itu merilis aplikasi bernama Fish Go guna membantu nelayan kecil mendapatkan ikan dengan mudah. Aplikasi yang ada sejak 2017 itu kini sangat berdampak.

Pasalnya, Indonesia yang 62 persen wilayahnya adalah perairan dan laut hingga kini belum dapat menyejahterakan para nelayan. Nelangsanya, sebagian besar warga miskin di Indonesia bermata pencaharian nelayan. Negara maritim bukan jaminan nelayan terbebas dari kemiskinan.

Fish Go yang diinisiasi oleh Yoga Pratama memberikan dampak baik bagi keberlangsungan hidup nelayan di Bali. Mereka dapat dengan mudah menemukan titik koordinat ikan, waktu terbaik untuk berangkat melaut, sampai cara melaut yang aman.

Namun, yang namanya merintis sebuah aplikasi berbasis teknologi, tentu ada saja tantangan yang Yoga Pratama hadapi. Perjalanan Yoga Pratama membangun dan merintis Fish Go tak semudah membalikkan telapak tangan.

Baca Juga: Yoga Pratama, Perjuangkan Kesejahteraan Nelayan Lewat Fish Go!

1. Website kurang membantu nelayan, Yoga Pratama alihkan Fish Go menjadi sebuah aplikasi

Tak Mulus, Perjalanan Yoga Pratama Rintis Fish Go Penuh TantanganI Gede Merta Yoga Pratama (dok. Fish Go)

Fish Go yang digagas oleh Yoga Pratama bersama dua rekannya tak langsung dibangun menjadi sebuah aplikasi. Awalnya, Fish Go berbasis sebuah website dengan sistem informasi geografis, mulai dari pengolahan data citra hingga model. Dari data tersebut, nantinya akan menunjukkan lokasi dari ikan yang ingin diambil.

Sayangnya, website bukanlah media yang tepat menurut Yoga. Laki-laki yang menggeluti dunia kelautan itu akhirnya memilih menjadikan Fish Go sebagai sebuah aplikasi. Aplikasi tersebut dapat dengan mudah diakses para nelayan meski sedang berada di lautan.

“Nelayan di Bali lebih terbiasa menggunakan handphone di laut. Namun, biasanya hanya digunakan untuk mendengarkan radio atau menelepon keluarga di rumah,” kata Yoga saat diwawancarai pada Sabtu (30/9/2023) lalu.

Uniknya lagi, sistem yang diberlakukan oleh aplikasi Fish Go diadaptasi dari sebuah game populer, yakni Pokemon GO. Alurnya yang sederhana membuat Yoga Pratama membuat sistem Fish Go layaknya permainan Pokemon GO.

Sederhananya, apabila nelayan ingin menangkap ikan lemuru, mereka tinggal membuka aplikasi Fish Go dan melihat koordinatnya. Nanti, nelayan dapat memilih port mana untuk mengawali pelayarannya. Bahkan, Fish Go bisa mengetahui lokasi ikan dari garis pantai, loh!

2. Rela merokok demi dapat mengobrol dan memperkenalkan aplikasinya pada para nelayan

Tak Mulus, Perjalanan Yoga Pratama Rintis Fish Go Penuh TantanganI Gede Merta Yoga Pratama (instagram.com/mertayogapr)

Mengenalkan sebuah produk atau inovasi teknologi pada masyarakat bukan perkara mudah. Yoga Pratama pun mengakui hal tersebut. Di awal merilis Fish Go, pemuda yang pernah pertukaran pelajar ke Jepang saat di bangku kuliah itu harus menelan pil pahit atas sebuah penolakan.

Merasa dirinya harus “masuk” ke dalam lingkungan para nelayan di Bali, Yoga bahkan sampai melakukan hal yang sebenarnya tak ia sukai. Demi bisa mengobrol dengan para nelayan, Yoga yang bukan perokok harus berpura-pura merokok untuk memberi tahu adanya aplikasi Fish Go.

“Ibarat saya baru anak kemarin gitu, tiba-tiba ngajarin nelayan gimana caranya mencari ikan, saya pasti ditolak. Saya dan teman-teman sudah mencobanya sejak 2017 hingga 2018, hasil penolakannya keras banget,” cerita Yoga.

Selama hampir dua tahun, yakni dari 2017 hingga 2018, Fish Go belum mendapatkan pengguna atau user pertamanya. Namun, hasil manis dirasakan Yoga pada 2019 ketika user pertama menggunakan Fish Go. Setelah setahun, pengguna Fish Go melonjak menjadi 326 akun. Butuh dua tahun untuk meyakinkan para nelayan di Bali akan visi dan misi Fish Go.

Baca Juga: Fish Go Idaman, Nelayan Senang karena Paham di Mana Ikan Berenang

3. Mengeluarkan dana pribadi untuk memberangkatkan para nelayan ke laut demi uji coba

dm-player
Tak Mulus, Perjalanan Yoga Pratama Rintis Fish Go Penuh TantanganFish Go melakukan kegiatan melaut (dok. Fish Go)

Tak berhenti di masalah jumlah pengguna, Fish Go yang pada saat itu memang masih mengembangkan sistemnya memang belum sepenuhnya bekerja dengan baik. Untuk mengetahui hasil risetnya sukses atau tidak, Yoga meminta tolong pada nelayan untuk melaut.

Namun, lagi-lagi tak semudah yang dibayangkan. Karena masih trial and error, Yoga mau tak mau membiayai proses melaut para nelayan demi mendapatkan hasil yang akurat. Tak hanya uang bensin, rokok pun Yoga sediakan supaya nelayan bersedia dimintai tolong.

“Pak, bapak saya kasih titik (koordinat), saya bayarin bensinnya. Kalau dapat ikan, bapak boleh ambil. Kalau tidak dapat ikan, uang bensin saya ganti rugi untuk jaminan,” ujar Yoga pada para nelayan yang saat itu bersedia melaut demi menguji coba riset Fish Go.

Usaha tersebut tidak sia-sia, karena pada akhirnya riset yang dilakukan Fish Go tepat sasaran. Sejak saat itu user Fish Go semakin bertambah, bahkan sempat dibantu oleh Pemerintah Daerah Bali untuk mengumpulkan para nelayan.

4. Trial and error yang dilakukan tak lantas langsung menghasilkan titik koordinat pasti

Tak Mulus, Perjalanan Yoga Pratama Rintis Fish Go Penuh TantanganI Gede Merta Yoga Pratama (dok. Fish Go)

Seperti yang sudah disinggung pada poin-poin sebelumnya, Fish Go mengandalkan titik koordinat untuk bisa menangkap ikan. Ikan yang baru bisa Fish Go lacak keberadaannya adalah baby tuna, lemuru, dan kenyar. Ketiganya selalu bergerombol, sehingga memudahkan nelayan untuk menangkapnya.

Namun, yang namanya riset di awal pasti ada saja kendalanya. Sepanjang 2017 hingga 2019, model perkiraan yang dirancang oleh Fish Go dibangun semaksimal mungkin supaya koordinatnya sesuai. Sayangnya, tentu ada saja perkiraan yang melenceng.

“Misalnya di trip 1 koordinat A, nelayan hanya dapat 40 kilogram. Di kapan lain, dengan trip B bisa mendapat 120 kilogram. Nah, itu berarti kita sudah dapat 1 data koordinat baru. Namun, tetap ada error yang kemungkinan terjadi,” jelas Yoga.

Yoga mengakui jika akurasi Fish Go dalam menentukan koordinat keberadaan ikan baru di angka 73 persen. Alasannya cukup simpel, karena ikan bergerak sepanjang waktu. Selain itu, konsentrasi klorofil, arus, dan suhu perairan juga jadi penyebabnya.

5. Bongkar pasang alat sudah menjadi sebuah kebiasaan

Tak Mulus, Perjalanan Yoga Pratama Rintis Fish Go Penuh TantanganFish Go melakukan kegiatan uji coba alat pelacak (dok. Fish Go)

Sistem kanibal juga terpaksa dilakukan oleh Fish Go saat mengembangkan aplikasi dan alatnya. Tantangan dari segi developer ini nyatanya juga sempat menghambat Fish Go di tengah perjalanannya.

Kata Yoga, ia sempat membeli alat-alat canggih yang ia impor dari luar negeri. Tak lantas digunakan begitu saja, alat yang ia pesan harus dibongkar dan dianalisis cara kerjanya. Kendala dari segi komponen membuat Yoga menggelontorkan cukup banyak dana saat itu.

“Beberapa sensor pun gak ready di Indonesia. Walau ada, tetapi akurasinya kurang bagus. Di situ sih kendala-kendala dari segi komponen,” kata laki-laki yang kini tengah menempuh pendidikan S2 di Institut Teknologi Bandung itu.

Alat canggih yang dimaksud oleh Yoga adalah PATRIOT. Sistem kerja alat tersebut mengandalkan sensor. Cara kerjanya pun cukup unik, yakni dengan memasukkan alat ke dalam perairan, lalu kemudian sensornya akan menembak ke dasar. Keberadaan ikan pun dapat terdeteksi nantinya.

Menggapai kesuksesan memang bukan hal yang mudah. Namun, bagi siapa yang pantang menyerah pasti bisa mewujudkan kesuksesan tersebut. Kamu bisa belajar dari I Gede Merta Yoga Pratama, pemuda asal Bali penggagas alat pelacak ikan ebrnama Fish Go.

Dari Yoga Pratama kita belajar bahwa tantangan selama perjalanannya merintis Fish Go bukanlah penghalang, melainkan tempaan untuk terus maju. Usahanya mengembangkan Fish Go membuat hidup para nelayan di Bali bergerak maju menuju cahaya terang.

Baca Juga: Fish Go: Rangkul Nelayan Kecil dengan Aplikasi Cerdas Pelacak Ikan

Kaluna Niskala Photo Writer Kaluna Niskala

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Diana Hasna

Berita Terkini Lainnya