Kenapa Orang yang Fanatik Lebih Mudah Dihasut?

- Individu fanatik cenderung melihat ajaran tertentu sebagai kebenaran yang tak tergugat
- Keyakinan tinggi pada otoritas agama atau spiritual mengurangi kritis dan rentan terhadap hasutan
- Identifikasi dengan kelompok tertentu dapat memperkuat loyalitas dan meningkatkan konflik antar kelompok
Fanatisme, terutama dalam konteks agama atau ideologi, sering dikaitkan dengan kecenderungan untuk mudah menerima hasutan. Beberapa faktor seperti kepatuhan terhadap otoritas, pola pikir hitam-putih, dan tekanan sosial dalam kelompok bisa membuat seseorang lebih rentan terhadap propaganda. Lantas apa saja alasan psikologis dan sosial di balik fenomena ini?
Disclaimer: Artikel ini tidak bermaksud menyinggung agama atau keyakinan tertentu. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman ilmiah mengenai faktor-faktor yang dapat membuat individu lebih rentan terhadap hasutan, sehingga kita dapat lebih waspada terhadap manipulasi informasi.
1. Keyakinan absolut dan otoritas

Menurut penelitian The Authoritarian Personality"oleh Adorno et al. (1950) individu yang memiliki keyakinan absolut seringkali melihat ajaran atau doktrin tertentu sebagai kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat. Pandangan ini membuat mereka cenderung menerima informasi yang sejalan dengan keyakinan mereka tanpa mempertanyakan atau menganalisis lebih lanjut.
Selain itu, mereka sering mengandalkan figur otoritas, seperti pemimpin agama atau tokoh spiritual, sebagai sumber kebenaran utama. Kepercayaan yang tinggi terhadap otoritas ini dapat mengurangi kecenderungan untuk berpikir kritis, sehingga mereka lebih rentan terhadap hasutan yang datang dari sumber-sumber tersebut.
2. In-group vs out-group

Berdasarkan kajian Social Identity Theory oleh Henri Tajfel dan John Turner, konsep in-group dan out-group menjelaskan bagaimana individu mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari kelompok tertentu (in-group) dan membedakan diri dari kelompok lain (out-group). Identifikasi ini dapat memperkuat loyalitas terhadap kelompok sendiri dan menimbulkan prasangka atau diskriminasi terhadap kelompok lain. Ketika seseorang sangat terikat pada kelompoknya, mereka mungkin lebih mudah terpengaruh oleh hasutan yang menggambarkan out-group sebagai ancaman atau musuh. Hal ini dapat memperkuat solidaritas internal, tetapi juga meningkatkan konflik antar kelompok.
3. Kebutuhan akan makna dan kepastian

Masih mengacu pada The Authoritarian Personality, manusia memiliki dorongan alami untuk mencari makna dan kepastian dalam hidup mereka. Bagi beberapa individu, keyakinan religius atau ideologis menawarkan jawaban yang jelas dan tegas terhadap pertanyaan-pertanyaan eksistensial. Kebutuhan ini dapat membuat mereka lebih rentan terhadap hasutan yang menawarkan penjelasan sederhana atau solusi definitif terhadap masalah kompleks. Dalam upaya memenuhi kebutuhan akan kepastian, mereka mungkin mengabaikan informasi yang bertentangan atau tidak sejalan dengan keyakinan mereka.
4. Dinamika kelompok

Dinamika kelompok merujuk pada cara individu berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain dalam konteks kelompok. Tekanan untuk mematuhi norma kelompok dan keinginan untuk diterima dapat mendorong individu untuk menyesuaikan pandangan dan perilaku mereka dengan mayoritas. Dalam kelompok yang sangat kohesif, dissent atau perbedaan pendapat seringkali tidak disukai, sehingga anggota mungkin merasa tertekan untuk mengikuti pandangan dominan, bahkan jika itu berarti menerima hasutan atau informasi yang menyesatkan.
5. Dominasi emosi atas logika

Isu-isu yang berkaitan dengan keyakinan seringkali memicu respons emosional yang kuat. Emosi seperti ketakutan, kemarahan, atau rasa bersalah dapat mengaburkan penilaian rasional dan membuat individu lebih rentan terhadap hasutan. Propaganda atau pesan yang dirancang untuk memanipulasi emosi dapat mempengaruhi perilaku dan keyakinan seseorang lebih efektif daripada argumen logis. Akibatnya, individu mungkin mengambil tindakan atau mengadopsi pandangan tertentu berdasarkan respons emosional daripada analisis kritis.
Memahami mengapa seseorang lebih mudah dihasut tidak berarti menyamaratakan semua orang yang religius atau fanatik. Faktor sosial, psikologis, dan lingkungan turut berperan dalam membentuk pola pikir seseorang. Artikel ini tidak bermaksud menyinggung agama atau keyakinan tertentu, tetapi bertujuan untuk memahami fenomena ini secara ilmiah agar kita lebih waspada terhadap manipulasi informasi.