Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Thrifting Makin Populer?

ilustrasi thrifting
ilustrasi thrifting (pexels.com/RDNE Stock project)
Intinya sih...
  • Thrifting makin populer karena harganya terjangkau dan memberi kesempatan tampil stylish dengan cara unik.
  • Tren ini didorong oleh kesadaran lingkungan serta dorongan besar dari media sosial dan influencer.
  • Thrifting juga menawarkan nilai nostalgia dan keunikan cerita di balik setiap barang.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Beberapa tahun belakangan, thrifting alias belanja baju bekas menjadi tren yang makin naik daun, terutama di kalangan anak muda. Dulu, beli barang bekas mungkin dianggap "gak keren", tapi sekarang justru jadi gaya hidup yang keren dan berkelas. Media sosial punya peran besar dalam mengubah pandangan orang soal thrifting. Banyak influencer pamer gaya kece dari hasil berburu di pasar loak atau online thrift shop yang membuat orang penasaran dan akhirnya ikut-ikutan berburu harta karun mode ini.

Namun, popularitas thrifting gak cuma karena faktor gaya, lho. Di balik itu, ada alasan yang lebih dalam, mulai dari isu lingkungan, ekonomi, sampai nostalgia. Nah, biar makin paham kenapa thrifting bisa jadi tren global yang gak ada matinya, yuk, bahas satu-satu alasan kenapa gaya preloved ini begitu digandrungi!

1. Bisa tetap stylish dengan harga miring

ilustrasi thrifting
ilustrasi thrifting (pexels.com/cottonbro studio)

Salah satu alasan paling jelas kenapa thrifting makin digemari ialah harganya yang ramah di dompet. Siapa, sih, yang gak senang dapat jaket bermerek dengan harga sepersepuluh dari harga aslinya? Banyak orang bisa tampil fashionable tanpa harus boros. Bahkan, dengan modal kecil, kamu bisa mendapatkan outfit unik yang gak pasaran. Ini juga menjadi daya tarik besar bagi para anak muda yang suka mix and match gaya, tapi punya anggaran terbatas.

Selain itu, sensasi nemu barang bagus di tumpukan pakaian bekas itu bikin nagih. Rasanya seperti dapat jackpot, apalagi kalau berhasil dapat vintage item yang sudah langka. Jadi, bagi banyak orang, thrifting bukan sekadar belanja, tapi juga petualangan seru yang penuh kejutan.

2. Gaya unik dan anti-mainstream

ilustrasi thrift shop
ilustrasi thrift shop (unsplash.com/Noémie Roussel)

Kalau belanja di toko biasa, kemungkinan besar kamu akan ketemu orang lain yang pakai baju sama denganmu. Dengan thrifting, kamu bisa menemukan pakaian dengan model, motif, atau potongan yang sudah gak diproduksi lagi. Baju-baju vintage dari era 80-an atau 90-an punya karakter kuat yang susah dicari dari brand modern.

Bagi mereka yang suka tampil beda, thrifting jadi cara ekspresif untuk menunjukkan kepribadian. Gaya retro, grunge, atau streetwear bisa dikreasikan dengan lebih bebas. Gak heran kalau banyak fashion stylist dan content creator menjadikan thrift item sebagai bahan utama untuk menciptakan tampilan yang menonjol dan "punya cerita".

3. Kesadaran lingkungan yang meningkat

ilustrasi thrift shop
ilustrasi thrift shop (unsplash.com/Anastasiya Badun)

Thrifting juga naik daun karena makin banyak orang sadar pentingnya menjaga Bumi. Industri fashion, terutama fast fashion, dikenal sebagai salah satu penyumbang limbah tekstil terbesar di dunia. Produksi massal pakaian murah menyebabkan tumpukan baju yang berakhir di tempat pembuangan akhir.

Dengan membeli baju bekas, kita sebenarnya ikut memperpanjang umur pakaian dan mengurangi permintaan produksi baru. Ini berarti jejak karbon yang lebih kecil dan limbah yang lebih sedikit. Bagi generasi muda yang peduli isu keberlanjutan, thrifting bukan hanya soal penampilan, tapi juga bentuk aksi nyata untuk lingkungan.

4. Dorongan dari media sosial dan influencer

ilustrasi media sosial
ilustrasi media sosial (pexels.com/Pixabay)

Gak bisa dimungkiri, media sosial punya peran besar dalam meledaknya tren thrifting. Banyak influencer atau selebgram pamer hasil thrift haul mereka dengan gaya yang kece. Bahkan, banyak yang membuat konten thrift challenge alias tantangan untuk mendapatkan outfit terbaik dengan anggaran paling kecil.

Konten semacam ini bukan hanya menghibur, tapi juga menginspirasi. Orang jadi sadar kalau barang bekas bukan berarti murahan. Banyak yang akhirnya termotivasi untuk mencoba, lalu ketagihan. Tren ini juga mendorong munculnya banyak online thrift shop di Instagram dan TikTok, lengkap dengan kurasi produk yang estetik serta harga yang bersahabat.

5. Nilai nostalgia dan cerita di balik barang

ilustrasi jaket
ilustrasi jaket (pexels.com/Anete Lusina)

Setiap barang thrift punya cerita. Kadang, kamu bisa menemukan baju dari era tertentu yang punya desain atau logo ikonik. Ada sensasi sentimental yang muncul saat pakai sesuatu yang punya "sejarah". Itulah kenapa banyak orang sangat menyukai vintage item. Ini bukan hanya karena tampilannya, tapi juga auranya.

Bagi sebagian orang, thrifting juga jadi cara untuk terkoneksi dengan masa lalu. Sebagai contoh, kami bisa menemukan jaket denim klasik yang mirip punya ayah waktu muda atau kaus rock band legendaris yang dulu hanya bisa dilihat di majalah. Hal-hal semacam ini bikin thrifting terasa personal dan bermakna.

Thrifting bukan hanya tren sesaat, tapi sudah jadi bagian dari gaya hidup baru yang lebih hemat, ramah lingkungan, dan ekspresif. Dari sekadar berburu jaket vintage sampai membuat konten thrift flip, semuanya menunjukkan bahwa dunia mode kini lebih terbuka pada konsep keberlanjutan dan keaslian. Jadi, kalau kamu belum pernah coba thrifting, mungkin sekarang waktunya ikut nimbrung!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us

Latest in Life

See More

3 Contoh Naskah Khotbah Jumat 10 Oktober 2025, Singkat dan Sarat Ilmu

10 Okt 2025, 03:00 WIBLife