Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-07-26 at 17.39.29_7f4d8311.jpg
Korpus Uterus, novel terbaru karya Sasti Gotama yang diluncurkan di Gramedia Jalma. 26 Juli 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Intinya sih...

  • Aborsi legal: Hak yang masih asing di telinga publik Korpus Uterus hadir dari keresahan sang penulis terhadap ketidaktahuan publik soal akses aborsi legal di Indonesia.

  • Uterus sebagai simbol dari luka, kuasa, dan harapan. Rahim, dalam novel ini, digambarkan sebagai organ penuh kontradiksi.

  • Dari riset mendalam ke fiksi bernyawa. Proses kreatif Korpus Uterus melibatkan riset panjang dan intensif.

Jakarta, IDN Times - Dalam jagat sastra Indonesia, tak banyak karya fiksi yang berani menelanjangi kenyataan pahit perempuan secara mendalam, jujur, dan menyayat hati. Korpus Uterus, novel karya Sasti Gotama, adalah satu dari sedikit yang memilih jalan sunyi itu. Dengan latar belakang sebagai seorang dokter, Sasti meramu fakta medis, hukum, dan pengalaman nyata menjadi narasi fiksi yang sangat hidup dan sangat menyesakkan.

Terinspirasi dari banyak kasus pemerkosaan dan aborsi, salah satunya kisah nyata siswi SMP di Jambi yang mengalami kehamilan tak diinginkan, lalu menghadapi kriminalisasi setelah menjalani aborsi legal, Sasti menulis bukan sekadar untuk bercerita, melainkan untuk menyampaikan kepedihan, keresahan, dan perjuangan. Novel ini adalah suar yang mengajak pembaca, terutama perempuan, untuk menyadari pentingnya informasi mengenai otonomi tubuh dan pendidikan seksual yang benar.

1. Aborsi legal: hak yang masih asing di telinga publik

Peluncuran Korpus Uterus, novel terbaru karya Sasti Gotama di Gramedia Jalma. 26 Juli 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Korpus Uterus hadir dari keresahan sang penulis terhadap ketidaktahuan publik soal akses aborsi legal di Indonesia. Bahkan, banyak perempuan, terutama remaja, tidak mengetahui hak-hak reproduksinya. Celakanya, informasi yang minim ini justru membuat mereka mengambil langkah yang salah dan membahayakan nyawa.

Melalui karakter-karakter dalam novel, Sasti berusaha menyuarakan bahwa aborsi bukan semata isu moral, tetapi juga kesehatan, keadilan, dan hak asasi. Ia menggambarkan bahwa ketika kebijakan dan hukum tak sejalan dengan realitas sosial, perempuan menjadi korban ganda dari kehilangan kendali atas tubuh dan impian mereka.

"Aku melihat banyak perempuan yang tidak mengetahui informasi otonomi atas dirinya sehingga mencari informasi dengan cara yang salah. Maka dari itu, aku titipkan lewat tokoh di novel ini, betapa pentingnya pendidikan seksual, kontrasepsi, dan bagaimana langkah yang harus diambil ketika hal buruk menimpa. Aku berharap buku ini bisa memberi pelajaran empati untuk korban karena bekasnya lama, traumatis jiwa akan mengikuti sampai bertahun-tahun lamanya, bahkan hingga akhir hayat," ujar Sasti dalam acara Peluncuran Novel Korpus Uterus di Gramedia Jalma, pada Sabtu (26/7/2025).

2. Uterus sebagai simbol dari luka, kuasa, dan harapan

Peluncuran Korpus Uterus, novel terbaru karya Sasti Gotama di Gramedia Jalma. 26 Juli 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Judul Korpus Uterus dipilih bukan tanpa makna. Rahim, dalam novel ini, digambarkan sebagai organ penuh kontradiksi. Ia bisa memberi kehidupan, namun juga menjadi sumber trauma, terutama dalam masyarakat yang masih mengatur tubuh perempuan seolah milik publik.

Sasti memilih kembali pada judul awal setelah sempat mengubahnya karena alasan teknis. Ia ingin agar pembaca memahami rahim bukan sekadar dari sisi biologis, tapi sebagai simbol perjuangan, luka, sekaligus kekuatan perempuan. Bahkan sampul buku hasil kolaborasi dengan Laksmita Indira tersebut, menyimpan makna mendalam tentang tubuh dan identitas perempuan.

"Istilah judul itu sebelumnya memang Rahim. Tapi sebetulnya, sebelum mengirim ke Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), judulnya ya Korpus Uterus. Cuma waktu mau dikirim, biasa lah aku kirim dulu ke teman-teman dan kata mereka judulnya rumit, lalu berharap ada yang mirip. Detik terakhir akhirnya diganti kembali ke judul awal, yakni Korpus Uterus," tuturnya.

3. Dari riset mendalam ke fiksi bernyawa

Korpus Uterus, novel terbaru karya Sasti Gotama yang diluncurkan di Gramedia Jalma. 26 Juli 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Proses kreatif Korpus Uterus melibatkan riset panjang dan intensif. Sasti menggali berbagai sumber, mulai dari draft undang-undang, kasus sosial, hingga pengalaman medis yang ia temui sebagai dokter. Ia juga berkonsultasi dengan sejawat dokter kandungan untuk memastikan keakuratan data dan informasi yang didapat.

Namun, tokoh-tokoh dalam novel hadir dari kombinasi imajinasi dan pengalaman nyata. Ada karakter yang mewakili korban kekerasan seksual, perempuan muda yang kebingungan, hingga bidan yang harus mengambil keputusan dilematis. Dengan pendekatan wawancara imajinatif, Sasti membangun karakter-karakter bernyawa yang membawa beban hidup, tetapi tetap berani bertahan.

"Karakter terinspirasi dari kasus yang ditemui di artikel. Tapi, ada banyak juga karakter yang berasal dari imajinasiku. Tujuannya, aku ingin tokoh perempuan yang kuat menghadapi kesakitan dalam hidup karena setiap kita pasti punya kesakitannya masing-masing. Jadi, ada juga kasus kecil yang aku sisipkan dari pengalamanku," jelas Sasti.

4. Untuk laki-laki, diharapkan bisa belajar lebih peka dan bertanggung jawab

Adi Ekatama, Publisher dari Penerbit novel terbaru Sasti Gotama berjudul Korpus Uterus yang diluncurkan di Gramedia Jalma. 26 Juli 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Yang menarik, publisher dari Penerbit buku ini, Adi Ekatama, menyampaikan pandangannya sebagai laki-laki yang merasa terguncang saat membaca Korpus Uterus. Baginya, ini bukan buku yang bisa dibaca dalam sekali duduk. Ia bahkan perlu napas panjang, jeda, dan refleksi.

Adi turut menekankan bahwa buku ini penting dibaca oleh laki-laki agar bisa memahami betapa rumit dan menyakitkannya pengalaman perempuan ketika tubuh mereka tidak dihormati. Tubuh perempuan adalah milik perempuan itu sendiri. Kesadaran itu harus menjadi bagian dari pembentukan karakter laki-laki sejak dini.

"Ini buku, saat saya membacanya, sangat sesak dan pikuk tapi penting untuk dibaca. Buku ini wajib dibaca oleh laki-laki untuk memahami apa yang terjadi pada tubuh perempuan saat mengalami kekerasan dan bagaimana hidup perempuan terpengaruh terhadap perilaku laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Tubuh perempuan adalah hak perempuan itu sendiri, jadi tidak perlu diatur oleh siapa pun," tegasnya dalam sesi awal acara.

5. Harapannya, buku ini bisa menjadi teman dalam sunyi bagi setiap perempuan

Peluncuran Korpus Uterus, novel terbaru karya Sasti Gotama di Gramedia Jalma. 26 Juli 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)

Di tengah ketakutan dan refleksi terhadap makna rahim, ia menemukan ruang untuk bersuara. Dengan begitu, buku ini bisa dianggap sebagai terapi sekaligus suara untuk banyak perempuan yang selama ini bungkam dalam luka.

Ia berharap, buku ini bisa menjadi teman bagi perempuan yang merasa sendiri dalam trauma mereka. Ada harapan, ada informasi, dan ada jalan untuk memahami diri sendiri dan mengambil alih kendali atas tubuh. Tidak dengan memaksakan, tetapi dengan memahami dan berempati.

Lebih dari sekadar novel, Korpus Uterus adalah manifesto kesadaran akan pentingnya tubuh, hak, dan pilihan perempuan. Dalam lanskap sosial yang masih penuh stigma dan patriarki, buku ini hadir sebagai cahaya kecil yang menuntun pembaca pada empati dan pengetahuan. Sebuah bacaan wajib, bukan hanya untuk perempuan, tapi untuk siapa pun yang ingin memahami pentingnya memperjuangkan tubuh sebagai ruang otonom, bukan objek penghakiman.

Editorial Team