Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Langkah Realistis untuk Melepas Diri dari Rantai Sandwich Generation

Ilustrasi seorang ayah dan seorang anak perempuan
Ilustrasi seorang ayah dan seorang anak perempuan (Pexels.com/Pavel Danilyuk)
Intinya sih...
  • Kenali dan pahami batasan diri untuk melindungi kesehatan mental dan prioritas diri.
  • Atur keuangan dengan bijak, buat rencana jangka panjang, dan minta bantuan profesional jika perlu.
  • Komunikasikan kebutuhanmu dengan keluarga untuk mengurangi beban dan ajak mereka berbicara tentang pembagian tanggung jawab secara adil.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kamu mungkin pernah merasakan bagaimana sulitnya berdiri di tengah dua dunia, merawat orangtua yang semakin menua sambil juga harus memikirkan kebutuhan anak-anak atau adik-adik yang masih bergantung padamu. Rasanya seperti berada di dalam jebakan yang gak pernah selesai. Terus-menerus memberi tanpa ada waktu untuk diri sendiri, tanpa ada ruang untuk bernapas. Ini yang sering disebut dengan istilah sandwich generation.

Masalahnya, kita sering terjebak dalam peran ini begitu lama hingga akhirnya lupa siapa kita di luar semua kewajiban itu. Kita jadi terfokus pada orang lain sampai melupakan diri sendiri. Tapi, ada kok cara untuk melepaskan diri dari siklus ini tanpa harus merasa bersalah. Jadi, bagaimana caranya? Yuk, kita cari tahu bersama lima langkah yang realistis dan bisa langsung kamu terapkan agar bisa keluar dari 'sandwich' ini tanpa kehilangan arah.

1. Kenali dan pahami batasan diri

Ilustrasi seorang wanita
Ilustrasi seorang wanita (Pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Langkah pertama untuk melepaskan diri adalah dengan mengetahui seberapa besar kapasitas diri kamu. Banyak dari kita terjebak dalam peran sebagai sandwich generation karena merasa harus terus memberi—baik secara emosional, finansial, ataupun waktu—tanpa memperhatikan batasan diri. Padahal, kita semua punya keterbatasan, dan mengenali hal ini adalah langkah pertama untuk melindungi diri. Jangan sampai kewajiban-kewajiban itu mengorbankan kebahagiaan dan kesehatan mental kamu.

Mengenali batasan ini juga berarti memprioritaskan diri sendiri lebih sering daripada yang biasanya. Ini bukan soal menjadi egois, tetapi soal memastikan kamu masih punya energi untuk tetap berfungsi dengan baik. Jika kamu merasa lelah, tidak ada salahnya untuk mengatakan tidak pada beberapa permintaan. Ingat, memberi tidak selalu berarti harus memberikan segalanya—kamu tetap berhak atas ruang dan waktu untuk dirimu sendiri.

2. Atur keuangan dengan bijak dan rencana

Ilustrasi seorang pria mencatat keuangan (Pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
Ilustrasi seorang pria mencatat keuangan (Pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Mengatur keuangan secara bijak adalah hal yang penting agar tidak terjebak dalam siklus finansial yang berulang. Kebutuhan untuk merawat orangtua atau anak sering kali datang dengan biaya yang tidak sedikit. Jika tidak diatur dengan baik, ini bisa membuat kamu merasa tercekik dan semakin sulit untuk melangkah. Mulailah dengan membuat rencana keuangan jangka panjang yang realistis—yang bisa mencakup dana darurat untuk kebutuhan tak terduga, biaya perawatan orangtua, serta tabungan untuk masa depan anak-anak.

Selain itu, jangan ragu untuk meminta bantuan profesional jika perlu. Terkadang, berbicara dengan seorang perencana keuangan bisa memberikan perspektif yang lebih jelas tentang bagaimana mengelola anggaran tanpa harus mengorbankan kebutuhan pribadi. Dengan langkah ini, kamu bisa merasa lebih tenang dan tidak terus-menerus merasa terjebak dalam tekanan finansial.

3. Komunikasikan kebutuhanmu dengan keluarga

Ilustrasi berdiskusi
Ilustrasi berdiskusi (Pexels.com/Mikhail Nilov)

Bukan hal yang mudah untuk mengungkapkan perasaan kepada keluarga, terutama jika kamu merasa harus memenuhi harapan mereka. Namun, komunikasi yang terbuka adalah kunci untuk mengurangi beban yang kamu rasakan. Jelaskan dengan jujur bahwa kamu juga butuh dukungan, baik itu secara emosional maupun praktis. Mengatakan bahwa kamu perlu waktu untuk diri sendiri bukan berarti kamu tidak peduli—justru ini akan membantu keluarga lebih mengerti batasanmu.

Proses ini memang bisa terasa berat, terutama jika selama ini kamu selalu menjadi yang diandalkan. Tetapi, jika kamu tidak menyuarakan apa yang kamu butuhkan, kamu akan terus-menerus merasa kehilangan kontrol atas hidupmu. Mengajak anggota keluarga untuk berbicara tentang pembagian tanggung jawab secara adil bisa membuat semua orang merasa lebih ringan dan saling mendukung.

4. Luangkan waktu untuk diri sendiri

Ilustrasi seorang pria sedang berolahraga (Pexels.com/Ketut Subiyanto)
Ilustrasi seorang pria sedang berolahraga (Pexels.com/Ketut Subiyanto)

Ini mungkin terdengar klise, tetapi luangkan waktu untuk diri sendiri adalah langkah yang sering diabaikan. Dalam rutinitas yang sibuk, kita sering merasa bersalah jika meluangkan waktu hanya untuk diri sendiri. Padahal, ini sangat penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik. Baik itu dengan hobi, olahraga, atau sekadar bersantai di rumah—waktu untuk diri sendiri akan memberikan keseimbangan dalam hidup kamu.

Cobalah untuk merencanakan waktu pribadi di kalendermu, sama seperti kamu merencanakan waktu untuk keluarga atau pekerjaan. Ini bukan hanya tentang istirahat, tetapi juga tentang memberi ruang untuk berkembang sebagai individu yang tidak hanya dikenal karena peran sebagai anak atau orangtua. Jika kamu terus memberi tanpa mengambil waktu untuk diri sendiri, kamu justru akan kehilangan energi dan semangat yang pada akhirnya mempengaruhi semua aspek kehidupan.

5. Terima bahwa tidak ada yang sempurna

Ilustrasi seorang wanita sedang merenung (Pexels.com/MART PRODUCTION)
Ilustrasi seorang wanita sedang merenung (Pexels.com/MART PRODUCTION)

Langkah terakhir adalah menerima bahwa tidak ada yang sempurna, dan itu oke. Terkadang, kita terlalu keras pada diri sendiri, merasa harus memenuhi ekspektasi yang sangat tinggi, baik dari keluarga, pekerjaan, atau bahkan dari diri sendiri. Tuntutan sebagai sandwich generation memang berat, dan tidak semua hal bisa berjalan sesuai rencana. Kamu mungkin merasa cemas atau bersalah, tetapi cobalah untuk melepaskan tekanan itu. Semua orang sedang berusaha, dan kita semua punya hak untuk tidak sempurna.

Belajarlah untuk merayakan kemajuan kecil dan menghargai diri sendiri, meskipun perjalanan ini tidak mudah. Dengan menerima ketidaksempurnaan, kamu memberi ruang bagi dirimu untuk tumbuh dan beradaptasi. Kamu tidak perlu menyelesaikan semuanya dalam satu waktu. Proses ini adalah perjalanan, dan yang terpenting adalah bagaimana kamu terus melangkah, meskipun dengan penuh tantangan.

Menjadi bagian dari sandwich generation bukanlah hal yang mudah, tetapi dengan langkah-langkah realistis dan penuh kesadaran, kamu bisa melepaskan diri dari beban yang terkadang terasa terlalu berat. Ini bukan soal mengabaikan orang lain atau menjadi egois, tetapi tentang menjaga keseimbangan agar kamu tetap bisa hadir secara utuh, baik untuk keluarga maupun untuk dirimu sendiri.

Ingat, untuk bisa memberi yang terbaik pada orang lain, kamu harus terlebih dahulu memberi yang terbaik untuk dirimu sendiri. Jadi, mulailah hari ini, ambil langkah kecil, dan percayalah bahwa setiap usaha akan membawa perubahan yang berarti.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us

Latest in Life

See More

6 Plus Minus Memilih Backdrop Ruangan dengan Bahan Kayu

04 Sep 2025, 19:42 WIBLife