#MahakaryaAyahIbu: Dari Tukang Ojeg Sampai Jadi Kepala Sekolah, Bapak Ajarkan Aku Bahwa Hidup Harus Berjuang

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik.
Aku dilahirkan bukan dari sebuah keluarga yang kaya raya. Rumahku sederhana, suatu petakan yang dihimpit rumah nenek dan saudaraku. Rumah itu hanya memiliki satu kamar, dan aku adalah satu-satunya yang menguasai kamar itu karena kedua adikku belum lahir ke dunia. Kehidupanku memang jauh dari kesan mewah, tidak ada barang-barang mahal, hanya ada sebuah tivi dan lemari yang isinya pun hanya beberapa hiasan yang katanya hasil seserahan dulu Bapak ketika meminang Ibu.
Saat itu Bapak dan Ibu bekerja sebagai seorang guru yang gajinya hanya 93.000 per bulan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terpaksa Bapak harus menyambil pekerjaan menjadi tukang ojeg ketika pulang bekerja, lalu menjemput Ibu yang bertugas di desa yang jauh dari rumah sehingga aku menghabiskan sore bersama nenekku. Hingga suatu hari aku mendengar Bapak kecelakaan karena mengojek ketika hujan sampai kakinya harus dijahit. Karena masih kecil, aku tidak paham apapun, yang kuingat aku melihat Bapak pulang ke rumah kami dengan cara berjalan yang agak pincang.
Aku ingat bagaimana kami harus menghemat pengeluaran. Suatu hari, aku mendengar sebuah bunyi-bunyian (ini adalah bunyi tukang es krim yang yang jualan), mungkin saat itu Bapak tidak punya uang sehingga beliau berkata padaku, “Masuk, itu alarm (dulu aku berpikir alarm adalah tentara yang bakal mengambil anak-anak dari orangtuanya).”, tanpa pikir panjang aku langsung masuk ke dalam dan bersembunyi di kamar karena ketakutan.
Setiap kali ada bunyi seperti itu, aku refleks langsung bersembunyi dan tidak berada diluar rumah. Dalam pikiranku saat itu, “Aku tidak mau diambil oleh tentara, aku ingin tinggal di rumah”. Dan ternyata ini adalah cara yang ampuh membuatku tidak jajan.
Bapak adalah pribadi yang keras, jika aku melakukan kesalahan beliau memang tidak segan-segan untuk menghukumku. Suatu hari ketika aku tidak ingin sekolah, beliau menyiramku dengan air membuatku jera bahwa menjadi pemalas tidak akan menjadikanku manusia yang berhasil. Suatu hari aku pernah berbohong mengatakan bahwa pengajian libur, lalu Bapak mengecek ke tempat mengajiku dan ternyata tidak libur, aku langsung dipukul dengan menggunakan sapu lidi. Aku menangis, namun Bapak tetap memberikanku pukulan. Lalu, setelah itu Bapak mengajakku jajan ke pasar dekat rumah dan aku diperbolehkan untuk mengambil apapun yang aku mau.
Aku menyadari hal itu mengapa Bapak lakukan. Jika saat itu Bapak tidak memberikanku hukuman karena aku berbohong, mungkin aku akan menjadi pembohong yang ulung dan tidak takut untuk berbohong lagi. Dan dengan menjadi pembohong tidak akan menjadikan hidupku menjadi orang yang sukses.
Hari ini, adik-adikku tidak merasakan bagaimana harus menahan keinginan untuk makan es krim karena uang susu jauh lebih dibutuhkan. Mereka bebas memilih es krim yang mereka mau, membeli sepeda, bahkan membeli mainan yang menurutku tidak berguna untuk dibeli. Aku bahagia, ketika adik-adikku tidak harus menunggu berbulan-bulan untuk dibelikan baju baru. Jika ingi hari ini, Bapak dan Ibu masih bisa membelikannya untuk mereka hari itu juga.
Yang Bapak dapatkan hari ini adalah yang Bapak perjuangkan dari dulu bersama Ibu. Dari mulai hujan-hujanan menggunakan motor, sampai untuk melindungiku Bapak memasukanku kedalam jaketnya, beruntung sekali aku tidak gendut sehingga aku aman di dalam jaket Bapak. Kesemuanya yang didapat hari ini olehku adalah buah perjuangan dari apa yang dilakukan Bapak dan Ibuku sejak mereka memutuskan bersama.
Bukankah di dunia ini tidak pernah ada yang instan? Semua butuh perjuangan dan tidak pernah ada yang gratis. Hari ini ketika kehidupan kami lebih baik, Bapak dan Ibu telah membayarnya lebih dahulu dengan perjuangan yang tidak kenal lelah setiap harinya. Hari ini Bapak telah menjadi kepala sekolah disebuah sekolah dasar di desaku. Dan mungkin kebanyakan orang tidak akan menyangka, bahwa Bapak Kepala Sekolah yang mereka hormati itu pernah menjadi mengojek demi membeli susu untuk anaknya yang hari ini telah menjadi seorang perempuan dewasa dengan karir yang cukup menjanjikan.
Bapak memang memberikanku hukuman ketika aku melakukan kesalahan, dan hari ini aku sadar bahwa setiap kesalahan memang pantas mendapatkan hukuman. Bapak mengajarkanku untuk tidak menjadi seorang pembohong, Bapak mengajarkanku untuk tidak menjadi pemalas. Bapak dan Ibu mengajarkanku bahwa hidup harus berjuang. Berjuang adalah sebuah keharusan bagi setiap manusia. Berjuang adalah kunci untuk menjadikan kehidupan kita menjadi lebih baik. Memang tidak ada jaminan dengan berjuang kita akan menjadi kaya raya, tapi dengan berjuang kita tahu bahwa segala sesuatu harus diusahakan.