Kalau kamu diperlakukan kurang baik oleh seseorang, apa yang biasanya kamu lakukan? Apakah kamu lebih suka langsung memberikan perlawanan padanya sekalipun itu berarti akan terjadi keributan besar di antara kalian?
Atau justru kamu paling enggan ribut-ribut dengan siapa pun sehingga cenderung untuk mengalah? Jika yang terakhir, kamu mungkin akan melakukan ketujuh hal ini untuk membuat perasaanmu terasa lebih baik.
Sudah telanjur sedih, mau diapakan lagi? Begitu kira-kira yang kamu pikirkan. Maka kamu memilih menikmatinya saja. Ini bukan berarti kamu terlalu pasrah.
Justru kamu telah mengerti bahwa makin cepat perasaan negatif itu diterima, bukan disangkal, makin cepat pula perasaanmu pulih. Kalau pura-pura bahagia, kamu malah akan makin tersiksa.
Menunggu permintaan maaf dari orang yang telah melukaimu mungkin hanyalah kesia-siaan. Bahkan belum tentu juga dia sadar telah berbuat salah padamu. Sementara memendam rasa kesal juga membuatmu gak tenang.
Maka kamu memilih untuk memaafkannya saja. Dia sadar atau tidak akan kesalahannya bukan lagi urusanmu. Yang penting dengan memaafkan, hatimu menjadi tenang kembali. Cara simpel membahagiakan diri sendiri.
Kamu percaya gak ada satu pun hal terjadi di dunia ini tanpa ada pelajaran yang bisa dipetik. Dan jika kamu bisa mengambil pelajarannya, itu baik untuk dirimu sendiri. Pertama, kamu jadi lebih berhati-hati.
Bisa saja kan, orang menyakitimu karena kamu terlalu mudah percaya padanya? Kedua, mungkin kamu sendiri pernah bersalah padanya sehingga dia membalas kesalahanmu. Maka kalau kamu gak ingin disakiti, kamu juga harus berusaha untuk gak menyakiti siapa pun.
Satu sisi, kamu sedih. Namun di sisi lain, perasaan teraniayamu juga membuatmu merasa geli. Misal, kamu diremehkan oleh orang yang merasa dirinya jauh lebih tajir darimu.
Terus kamu bilang ke temanmu, "Duh, baru kali ini aku benar-benar merasa menjadi orang termiskin di dunia. Apa isi dompetku kelihatan banget dari mukaku, ya?"
Gak jarang, mentertawakan kesedihan seperti ini justru membuat perasaanmu lekas membaik. Kamu akan merasa lebih santai.
Kamu bukan lagi cari teman buat melawan orang yang telah menyakitimu. Kamu gak ada rencana untuk melakukan aksi balas dendam apa pun kok. Kamu cuma perlu berbagi cerita biar merasa lega.
Kamu sengaja memilih teman curhat yang emosinya gak gampang tersulut atau berlebihan dalam menunjukkan rasa setia kawan. Kamu cuma ingin didengarkan, bukan dibela mati-matian.
Melupakan memang bukan kata yang tepat untuk menggambarkan pilihanmu ini. Bagaimanapun, kamu akan tetap mengingat perbuatan gak mengenakkan seseorang. Hanya saja, kamu gak mau ambil pusing.
Kamu gak ingin memikirkannya lebih jauh. 'Bodo amat deh, yang penting hidupku jalan terus,' begitu kira-kira yang ada di benakmu. Dengan begini, sikapmu pada orang itu juga gak lantas memburuk. Biasa saja, seperti sebelum kamu tersakiti.
Gak seperti penjelasan sebelumnya, kali ini kamu dengan sadar memilih menjaga jarak dari orang yang telah melukaimu. Kamu bukan sedang mendendam. Kamu cuma gak mau sewaktu-waktu dilukai lagi oleh orang yang sama.
Apalagi, dia memang punya watak yang kurang baik. Kamu paham benar, watak mustahil diubah. Apalagi saat seseorang telah dewasa. Maka lebih baik kamu menjauh sebagai bentuk pengamanan diri.
Malas ribut sama siapa pun bukanlah tanda kamu lemah. Justru ini pilihan sikap yang sangat praktis agar ketenangan hidupmu senantiasa terjaga.