Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kebiasaan Buruk Pembeli yang Bikin Penjual Kesal, Jaga Etika dong

ilustrasi pria berbelanja (pexels.com/Michael Burrows)
ilustrasi pria berbelanja (pexels.com/Michael Burrows)

Mentang-mentang menjadi jalan rezeki untuk para penjual, jangan lantas kita bersikap semaunya kepada mereka, ya! Sebab sejatinya, bukan hanya penjual yang butuh dagangannya dilarisi. Kita pun memerlukan barang-barang yang dijualnya.

Oleh karena itu, sikap saling menghargai harus tetap dijaga. Jangan lagi melakukan lima kebiasaan buruk di bawah ini ketika berbelanja. Sikap kita menunjukkan kualitas diri kita, lho.

1. Keterlaluan dalam menawar harga

default-image.png
Default Image IDN

Tawar-menawar dalam jual beli adalah hal yang biasa. Khususnya ketika kita berbelanja di pasar tradisional. Penjual tentu juga sudah siap harga dagangannya ditawar pembeli.

Di mana-mana, pembeli memang lebih menyukai harga yang miring. Namun, jangan keterlaluan juga dong. Mereka kan, berdagang memang untuk mencari keuntungan.

Jika kita keterlaluan dalam menawar, bukannya untung, mereka justru bisa rugi. Kalaupun tak sampai rugi, keuntungan yang diperoleh menjadi terlalu tipis. Padahal, mereka juga punya keluarga yang harus dihidupi.

2. Sudah minta diskon, masih minta bonus juga

default-image.png
Default Image IDN

Duh, rakus amat, sih? Minta salah satu saja deh. Pilih mana yang lebih kita butuhkan, menghemat pengeluaran atau tambahan barang karena keluarga kita banyak. Misalnya, saat kita membeli buah seperti dalam ilustrasi.

Apabila kita hanya hidup sendiri, meminta diskon lebih tepat karena bonus buah malah bisa tak termakan dan hanya bakal membusuk. Sedang jika keluarga kita banyak, jangan menawar harga melainkan minta dikasih bonus saja.

3. Menyerobot antrean di kasir

default-image.png
Default Image IDN

Aksi seperti ini ternyata tidak hanya membuat pembeli lain yang sudah lama mengantre menjadi marah. Penjual atau kasirnya juga bisa sebal. Soalnya, kalau kita tidak dilayani, kita pasti marah-marah.

Akan tetapi bila dia mau saja mendahulukan kita, pembeli yang lain juga bakal memarahinya. Perilaku kita membuatnya berada di posisi yang serba salah. Makanya, belajar antre itu hukumnya wajib!

Kita harus malu kalau sudah sebesar ini masih saja tidak dapat mengantre dengan tertib. Jangan malah bangga karena merasa telah berhasil mengalahkan pembeli yang lain. Bukankah sejak kecil kita sudah diajari budaya antre? Mau masuk kelas saja berbaris dulu, kan?

4. Tak jeli memilih varian dan ukuran, tapi menyalahkan penjual

ilustrasi memeriksa pesanan (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi memeriksa pesanan (pexels.com/Gustavo Fring)

Ini biasa terjadi ketika kita berbelanja online. Kita tidak membaca dengan jeli keterangan produk. Seperti ada warna apa saja dan ukuran yang pas buat kita.

Untuk makanan, kita bisa keliru memilih topping, tidak memberikan catatan mau pedas atau tidak, dan detail lainnya. Nanti bila yang datang berbeda dari harapan, penjual yang disalahkan. 

Oleh karena itu, cek lagi apa-apa yang akan dipesan. Bila pesanan yang datang tidak sesuai dengan keinginan, lihat dulu riwayat pesanan kita sebelum protes. Siapa tahu kita cuma gak sadar sudah salah memesan.

5. Memberi review buruk padahal barang dan layanan sudah baik

ilustrasi belanja online (pexels.com/Ivan Samkov)
ilustrasi belanja online (pexels.com/Ivan Samkov)

Entah apa yang ada di pikiran kita ketika melakukan ini. Apakah kita hanya iseng atau memang ingin menjatuhkan reputasi toko atau penjualnya? Mana pun yang menjadi motivasi kita, tindakan seperti ini sangat merugikan penjual.

Terutama dalam jual beli secara onlinereview dari pembeli bakal sangat memengaruhi keputusan calon pembeli untuk jadi memesan atau tidak. Bila kita memberikan review yang buruk tanpa alasan yang benar, itu sama saja menghalangi rezeki orang.

Nanti rezeki kita juga bisa ikut gak lancar, lho. Kita memang gak wajib memberikan ulasan yang baik. Akan tetapi, kita harus jujur dalam membuat review. 

Kelima kebiasaan di atas sebenarnya tak hanya merugikan penjual, tetapi juga memperburuk citra diri kita. Yuk, kita belajar menjadi pembeli yang beretika agar penjual pun senang dalam melayani kita. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us