Medsos Bikin Kesepian? 4 Bukti Nyata dari Keseharian Kita

- Media sosial sering memicu perbandingan hidup dan merasa rendah diri
- Interaksi digital cenderung dangkal, sulit menciptakan koneksi emosional yang dalam
- Rasa takut ketinggalan membuat fokus lebih ke dunia maya ketimbang dunia nyata
Pernah merasa sepi meski baru saja menghabiskan waktu berjam-jam di Instagram? Media sosial seharusnya menghubungkan kita dengan dunia, tetapi terkadang malah bikin hati terasa kosong. Di 2025, ketika 143 juta orang Indonesia aktif di media sosial, pertanyaan ini makin relevan. Dari rasa takut ketinggalan sampai kebiasaan membandingkan hidup, benarkah media sosial bisa membuat kita kesepian?
1. Membandingkan diri sama "kehidupan sempurna" di medsos

Media sosial dipenuhi unggahan tentang liburan mewah, karier sukses, atau keluarga harmonis. Tanpa sadar, kita sering membandingkan hidup kita yang biasa dengan “kesempurnaan” yang ditampilkan orang lain. Laporan Katadata menyebutkan 51 persen pengguna media sosial di Indonesia menggunakan platform ini untuk mencari inspirasi barang atau kegiatan. Namun, kebiasaan ini justru bisa memicu rasa rendah diri.
Perbandingan ini bikin kita merasa hidup kita kurang berarti, apalagi kalau melihat teman pamer liburan ke Bali sementara kita cuma di rumah. Lama-lama, perasaan “Kenapa hidupku gak sekeren itu?” menciptakan jarak dengan orang lain. Alih-alih terhubung, kita malah merasa terisolasi dari dunia nyata.
2. Interaksi palsu menggantikan kedekatan sebenarnya

Memberi like atau komentar di Instagram memang terasa menyenangkan, tetapi itu tidak sama dengan ngobrol langsung sama teman. DataReportal mencatat orang Indonesia menghabiskan rata-rata 3 jam 8 menit sehari di media sosial pada 2025. Sayangnya, interaksi digital ini cenderung dangkal, seperti sekadar membalas story dengan emoji. Koneksi emosional yang dalam, seperti cerita panjang saat nongkrong, sulit didapat dari layar smartphone.
Bayangkan, kamu bisa nge-like puluhan post, tapi tetap merasa gak ada yang benar-benar mengerti kamu. Interaksi palsu ini bikin kita kehilangan kedekatan sejati. Makanya, meski linimasa ramai, hati bisa terasa sepi.
3. FOMO bikin kita terjebak di layar

Rasa takut ketinggalan (FOMO) membuat kita sulit lepas dari media sosial. Menurut We Are Social, 50 persen pengguna di Indonesia mengakses platform ini untuk mengikuti tren terkini, seperti konser atau tempat hits. Melihat teman pamer acara seru di story, kita langsung merasa harus ikutan biar gak ketinggalan. Akibatnya, waktu untuk keluarga atau santai bersama teman jadi tersita.
FOMO ini bikin kita lebih fokus ke dunia maya ketimbang dunia nyata. Misalnya, daripada ngobrol sama orang tua, kita malah sibuk cek update terbaru di TikTok. Semakin lama terpaku pada layar, semakin jauh kita dari hubungan yang bikin hati hangat.
4. Kurang waktu buat diri sendiri

Media sosial sering mencuri waktu yang seharusnya buat refleksi atau hobi pribadi. Kominfo melaporkan 42 persen remaja di Indonesia merasa kurang fokus pada kegiatan offline karena penggunaan internet berlebihan. Alih-alih baca buku, nulis jurnal, atau meditasi, kita menghabiskan waktu scroll TikTok sampai lupa waktu. Padahal, momen sendirian itu penting buat ngerasa utuh.
Tanpa waktu buat kenal diri sendiri, kita jadi gampang merasa kosong. Misalnya, coba inget kapan terakhir kamu duduk tenang tanpa ponsel? Media sosial memang seru, tapi kalau kebanyakan, kita bisa kehilangan hubungan sama diri sendiri.
Media sosial ibarat cermin: bisa nunjukin dunia, tapi juga bikin kita lupa ngeliatin diri sendiri. Alih-alih cuma scroll tanpa tujuan, coba luangin waktu buat ketemu teman, baca buku, atau menikmati kopi tanpa notifikasi. Dengan 143 juta pengguna di Indonesia, media sosial gak akan ke mana-mana, tapi kehangatan hubungan nyata bisa hilang kalau kita gak jaga. Jadi, kapan kamu mau logout sejenak dan nyanyi bareng hati kamu?