6 Penyebab Kebiasaan Menyisakan Makanan, Habiskan atau Bungkus

Makin gampang kamu membeli makanan, makin mungkin ada sikap kurang menghargainya. Dirimu selalu berpikir kapan pun bisa membeli makanan yang diinginkan. Akibatnya, menyisakan makanan yang berujung hanya dibuang pun tidak memunculkan rasa bersalah.
Kamu punya banyak alasan, termasuk sampah makanan itu bisa menjadi rezeki buat makhluk lainnya baik binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Dirimu hanya mengembalikan kelebihan makanan ke alam. Meski itu ada benarnya, tindakan yang lebih baik ialah menghabiskan makanan di piringmu.
Terbiasa meludeskan makanan yang sudah diambil atau dipesan mengajarimu batasan cukup dalam mengonsumsi sesuatu. Kamu terhindar mengambil terlalu banyak bahan makanan dari alam. Ini membantu menjaga kelestarian alam dan menghargai makanan sebagai penunjang kehidupan. Enam penyebab kebiasaan buang-buang makanan di bawah ini harus dihentikan.
1. Mengambil terlalu banyak

Sekalipun kamu merasa lapar sekali belum tentu mampu menghabiskan isi piring yang penuh. Apalagi kalau dirimu mengambil makanan lebih dari itu. Minumannya juga memberikan tambahan rasa kenyang, seperti jus alpukat atau berbagai minuman dengan kandungan susu dan gula.
Mungkin dirimu baru menyantap setengahnya saja, perut sudah mulai memberikan sinyal kenyang. Kamu masih bertekad menghabiskannya. Perutmu sampai terasa agak sakit dan kamu tak mampu lagi memaksakan diri. Gak cuma makanan yang tersisa, minuman enak pun masih mengisi gelas.
Maka dari itu, ambil atau pesan makanan secukupnya. Nanti dirimu bisa menambah lagi kalau masih kurang. Jangan memikirkan kepraktisan mengambilnya sekali saja, tetapi malah banyak yang tersisa dan terbuang. Makanan buat dinikmati, bukan untuk dibuang-buang.
2. Rasa tak sesuai harapan

Jika kamu baru kali ini hendak mencoba suatu menu, cari tahu dulu gambaran rasanya. Jangan sampai kamu penyuka makanan gurih, tapi ternyata suatu menu cenderung memiliki rasa manis. Demikian juga ketika dirimu jajan di tempat yang berbeda dari biasanya.
Meski kamu pernah menikmati menu serupa di tempat langgananmu dan menyukainya, rasa masakan warung lain boleh jadi berbeda. Jika tersedia porsi kecil, pesan ini saja dulu. Atau, datanglah bersama beberapa orang supaya satu menu bisa buat bareng.
Cara ini bikin kalian lebih mungkin menghabiskannya walaupun rasanya gak seenak menu yang sama di tempat lain. Kamu juga dapat membeli dengan membungkusnya. Selain di rumah menu itu dapat disantap bersama keluarga, kalau kurang lezat bisa dimodifikasi di dapur sendiri.
3. Terlalu pedas

Buatmu yang gak doyan pedas, jangan lupa buat selalu memberikan catatan tidak kepedasan dalam pesanan makanan. Terutama ketika memesan menu yang sering kali diberi cabai seperti nasi goreng, bakmi, dan sebagainya. Kamu juga sebaiknya tidak mencoba-coba menu yang terkenal karena tingkat kepedasannya.
Bila mereka gak menyediakan menu dengan level pedas 0, mending makan di tempat lain. Kalau rasa pedas bersumber dari irisan cabai, kamu juga bisa mengurangi rasa pedas dengan menyingkirkannya. Sementara makanan yang langsung dicampur dengan sambal lebih sukar dinetralkan kembali.
Hanya pada tingkat kepedasan tertentu, penambahan kecap dapat membantu dan makanan tetap terasa enak. Untuk menu seperti bakso atau mi ayam yang hendak dibawa pulang, selalu ingatkan penjual supaya membungkus sambal dan sausnya secara terpisah. Sebab meski sambal yang dimasukkan ke bakso atau mi ayam cuma satu sendok, boleh jadi rasanya sangat pedas.
4. Masih kenyang tapi merasa harus makan

Makan teratur memang bagus untuk mencegah asam lambung naik. Akan tetapi bila masih kenyang sekali, tak perlu memaksakan diri makan di jam yang sama. Contohnya, waktu makan siangmu biasanya jam 12.00. Hanya saja tadi kamu baru ditraktir teman pukul 10.00. Meski traktirannya bukan nasi, rasanya perut masih penuh.
Gak ada salahnya menunda jam makan hingga pukul 14.00. Kalaupun di jam itu tidak memungkinkan buatmu makan siang, makanlah sedikit saja. Kamu tak harus menyantap menu nasi seperti makan siang biasanya. Beli menu yang lebih ringan seperti soto tanpa ketupat atau nasi. Atau, bakso tanpa mi.
Itu cukup buat memasok energi hingga jam kerjamu habis dan perut gak keroncongan di sore hari. Demikian juga ketika kamu sakit, enggan makan, tapi harus minum obat. Daripada mengambil porsi makanan seperti ketika dirimu sehat, ambil 2 atau 3 sendok saja. Sebatas cukup buat syarat mengonsumsi obat. Nanti kalau badan sudah terasa lebih baik dan kamu kembali lapar, tinggal makan lagi.
5. Terburu-buru

Satu sisi, kamu perlu bersantap sebelum memulai atau melanjutkan aktivitas. Namun, kadang waktu yang tersedia untuk menikmati hidangan gak banyak. Dirimu harus bergegas berangkat ke kantor atau kembali rapat. Pilihan yang lebih bijaksana daripada makan di tempat ialah membungkusnya.
Kamu juga bisa selalu membawa kotak makan sendiri. Minta pelayan di kantin menaruh makananmu di situ. Dirimu dapat makan sedikit, kembali berkegiatan, dan melanjutkan bersantap setelah agenda yang padat berakhir. Keuntungan lainnya, waktu mengantre biasanya lebih singkat daripada makan di tempat.
Ketika dirimu bersantap di rumah makan, makanan yang dipesan kadang baru datang cukup lama. Belum menunggu minumannya dan saat membayar. Kamu juga dapat memilih makanan yang lebih mudah dihabiskan dalam waktu singkat seperti roti daripada menu nasi.
6. Takut dibilang rakus atau kelaparan

Makan sampai piring kembali licin bukan hal yang memalukan. Justru inilah sikap yang tepat. Piring dari kosong kembali kosong. Semua makanan sudah dihabiskan. Meski biasanya ada teman yang mentertawakan kebiasaan makan seperti ini.
Olok-olok yang kerap muncul adalah anggapan bahwa kamu rakus atau lapar sekali. Walaupun dirimu sesungguhnya tidak terlalu lapar, cukup mengangguk-angguk dan tersenyum daripada membalas perkataannya. Suasananya kurang tepat buatmu menjelaskan pentingnya menghabiskan makanan.
Takutnya kamu dianggap sok menceramahi dan hanya menyangkal sifat rakus atau kondisimu yang lapar sekali. Nanti kalian malah berdebat di meja makan. Tenang saja, di samping orang yang mengejek pasti ada pula kawan yang malah senang dengan kebiasaanmu tak menyia-nyiakan makanan. Mereka tidak merasa sayang buat kapan-kapan mentraktirmu karena kamu terlihat sangat menghargai makanan.
Kalaupun kamu sudah terbiasa menyisakan makanan, minimal mulai dari sekarang kurangi kebiasaan tersebut. Ini bukan semata-mata tentang uang yang sudah dikeluarkan buat membelinya. Namun, kesadaran bahwa makanan yang bagimu biasa saja dan murah boleh jadi merupakan kemewahan untuk orang yang kelaparan di berbagai penjuru dunia.