6 Novel Pascabencana untuk Penikmat Series The Last of Us

Baru masuk episode awal, serial The Last of Us jadi sensasi di media sosial. Di negeri sendiri, ia banyak dibicarakan karena turut menyertakan Indonesia dalam salah satu episodenya. Terlepas dari itu, series pascabencana tersebut cukup beda dari serial lain serupa.
Tak hanya membahas ketegangan dan kemahiran bertahan hidup di tengah kejaran manusia yang terinfeksi virus, sang kreator menyertakan beberapa komentar sosial politik di dalamnya. Salah satunya kritik pada monopoli kekerasan oleh pemerintah yang akhirnya berujung fatal.
Kalau kamu menikmati serial laris rilisan HBO tersebut, boleh coba beberapa rekomendasi novel pascabencana berikut. Dengan komentar sosialnya, mereka bisa jadi bacaan yang menambah wawasan dan mengasah kepekaan kita. Berikut enam novel pascabencara untuk penikmat series The Last of Us.
1. Severance

Sama seperti The Last of Us, novel Severance juga membahas wabah penyakit menular yang mengubah manusia bak zombie. Bedanya bukan zombie yang melakukan kekerasan, orang-orang yang tejangkit virus di Severance akan melakukan satu aktivitas tanpa henti hingga akhirnya meninggal.
Sebagai salah satu dari sedikit yang selamat, Candace sadar bahwa ia gak bisa terus-terusan bertahan hidup sendiri mengingat banyak toko dan kantor yang mulai terbengkalai karena musnahnya populasi. Perjalanan Candace mencari rekan sesama penyintas pun dimulai.
Novel ini mencoba menjegal beberapa isu, seperti kapitalisme, hustle culture yang menjangkiti manusia modern. Ditambah dengan herd mentality yang makin menjadi ketika manusia dalam mode bertahan hidup.
2. Cloud Cuckoo Land

Cloud Cuckoo Land merupakan novel terbaru Anthony Doerr yang berlatarkan beberapa era sekaligus. Masa lalu yang diisi orang-orang serakah dan ceroboh, masa sekarang yang sudah diwarnai tanda-tanda kehancuran bumi, dan masa depan yang kelabu. Ada lima karakter yang diangkat Doerr dan hidup mereka akan saling bertautan.
Dalam novel setebal 600-an halaman ini, Doerr sebenarnya mengulang formula yang tak jauh beda dari karyanya yang sebelumnya, All The Light We Cannot See. Bahwa selalu ada harapan dan rasa kemanusiaan di tengah tragedi dan ketidakpastian.
4. White Noise

Novel klasik yang baru saja diadaptasi jadi film oleh Noah Baumbach dengan judul sama. White Noise menceritakan perjalanan sebuah keluarga yang terinterupsi oleh sebuah kabut putih mematikan. Kabut putih tersebut ternyata berasal dari sebuah proses produksi barang secara masal.
Secara gamblang, Don DeLillo melontarkan kritik pedasnya pada budaya konsumerisme yang menjangkiti manusia, terutama pada tahun 1960 sampai 1980-an. Meski lawas, isu yang dijegal DeLillo masih relevan hingga sekarang.
4. Velorio

Sebuah pulau porak poranda karena bencana alam dan menyisakan beberapa populasi manusia. Namun, mereka harus menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya meredam keinginan dan kesempatan untuk membangun kembali tatanan masyarakat melalui cara-cara otoritarianisme.
Dalam benak para penyintas, mereka ingin membangun sistem yang demokratis dan hampir utopis. Namun, bisakah mereka melakukannya?
5. Station Eleven

Station Eleven merupakan salah satu novel pascabencana yang cukup tersohor. Gak heran kalau HBO Max akhirnya membeli serial adaptasinya. Novel ini mengikuti kehidupan sekelompok seniman yang berhasil selamat dari bencana besar yang memusnahkan sebagian populasi manusia.
Lewat beberapa karakternya, Mandel berhasil menyenggol isu-isu yang relevan dengan pembaca. Mulai dari betapa rapuhnya memori manusia, teknologi yang bisa jadi musuh bila gak dibarengi empati, kaburnya batas moralitas baik dan buruk, dan lain sebagainya.
Ia dikemas dalam alur maju mundur yang seru. Tata bahasanya juga menawan, cocok buat yang ingin belajar kosakata advance Bahasa Inggris.
6. Nights of Plague

Berlatarkan pulau fiktif di bawah kekuasaan Kekaisaran Ottoman yang dihuni warga beragama Islam dan Kristen Ortodoks. Meski hidup berdampingan, tensi antaragama tidak bisa dielakkan. Puncaknya ketika sebuah wabah penyakit menular menyerang, warga muslim menolak imbauan seorang ahli beragama Kristen yang diutus Sultan.
Akibatnya, penyebaran penyakit pun tak terbendung. Otoritas Ottoman kemudian terpaksa mengisolasi pulau tersebut dan warga pun harus bertahan hidup sendiri mengatasi masalah tersebut. Orhan Pamuk banyak terinspirasi pandemi COVID-19 dalam karya terbarunya tersebut.
Sama seperti series The Last of Us yang kaya komentar sosial, keenam novel di atas juga tak segan menyelipkan isu-isu yang jadi perhatian penulis. Mulai konsumerisme berlebih, hustle culture yang mematikan, sampai konflik antaragama yang berujung petaka. Bisa dilirik untuk mengobati candu media sosial.